Site icon Inspirasi Muslimah

Menjadi Single Parent yang High Quality

lama

Single parent atau dalam tulisan ini ditujukan pada kepala keluarga perempuan, merupakan status yang bisa membuat orang yang mengalaminya merasa berat untuk menjalani kehidupan. Beban di pundak akan terasa begitu sesak, entah itu menjadi single parent karena di tinggalkan ataupun karena perpisahan. Tidak ada perempuan yang menginginkan itu, semua berharap bisa hidup bersama sampai menua; juga bisa melihat anak-anak tumbuh dewasa sampai mereka menikah dan memiliki cucu.

Manusia hanya bisa berencana tetapi semua kembali pada ketetapan Allah. Allahlah yang menentukan semuanya. Sebab semua yang terjadi pada kehidupan kita sudah tertulis di Lauhul Mahfudz sebelum kita diciptakan. Apapun yang terjadi semua sudah menjadi takdir-Nya.

Setelah menyandang status ini perempuan harus siap untuk menjalani peran ganda, yaitu sebagai ibu yang harus merawat dan mendidik anak-anaknya sekaligus ayah bagi anak-anaknya.

Untuk peran sebagai ibu mungkin sebagai perempuan sudah terbiasa dan memang sudah menjadi kodrat untuk melakukan itu semua, tetapi untuk menjadi kepala keluarga, seorang pemimpin keluarga yang tugasnya melindungi, mengayomi, dan mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidup mungkin itu sesuatu yang bisa dikatakan sulit bagi sebagian perempuan, terlebih yang terbiasa menjadi ibu rumah tangga murni.

Lain halnya dengan perempuan yang sudah terbiasa bekerja atau seorang perempuan pekerja yang biasa disebut “wanita karier”. Sebenarnya dari kedua perempuan tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, karena pada dasarnya tidak ada manusia yang sempurna. Dan kesempurnaan itu hanyalah milik Allah Subhanahuwata’ala semata.

Dilema terkadang menghadapi semua yang terjadi, tetapi “live must go on”, hidup harus terus berjalan. Dengan tuntutan kebutuhan hidup sehari-hari membuat perempuan harus berpikir keras untuk mengatur keuangan, namun juga dapat menabung untuk masa depan anak-anak. Terlebih di masa pandemic saat ini yang begitu menguras pikiran, tenaga, juga materi.

Kita harus tetap bertahan dan kuat untuk memenuhi kebutuhan hidup anak-anak; misalnya dengan berjualan makanan ringan melalui online dan lainnya. Banyak hal yang bisa kita lakukan untuk menyambung hidup, tidak perlu malu yang penting halal dan baik.

Sudah sewajarnya apabila seorang ibu ingin membahagiakan anak-anaknya, memberikan penghidupan yang layak, memberikan kasih sayang, pendidikan yang baik, dan lainnya. Meskipun situasi yang dihadapi terasa berat, semua harus dijalani dengan penuh semangat demi anak-anak tercinta dan cita-cita yang kita harapkan. Jadikan anak-anak sebagai motivasi bagi seorang ibu supaya semangat tetap berkobar.

Tidak semudah yang dibayangkan, tak semudah seperti membalikkan telapak tangan. Untuk menjadi seorang single parent, terlebih seorang perempuan. Masih banyak pertanyaan yang bergelayut dalam benak, bagaimana bisa melewati semua dan berhasil dengan baik nan berkualitas. Untuk menjadi seorang “Single Parent yang High Quality”, kita sebagai perempuan bisa kok. Berdasarkan pengalaman yang sudah terlewati, kita memiliki caranya. Yaitu 4I, 1B dan 1T.

Pertama, ikhlaskan yang sudah pergi

Dengan mengikhlaskan, maka hidup akan merasa tenang. Doa akan diijabah, dekat dengan pertolongan Allah, selalu dalam lindungan Allah, diangkat derajat dan martabat kita dan insyaallah akan diganti dengan yang lebih baik.

Sesuatu yang diambil oleh Allah dari hidupmu, Allah akan menggantinya dengan sesuatu yang lebih baik. Dan tetaplah berbaik sangka pada Allah apapun yang terjadi.

Ibarat tukang parkir, yang dititipi motor atau mobil oleh yang punya kendaraan. Harus ikhlas dan menyerahkan kendaraan tersebut kepada pemiliknya karena itu hanya titipan, hanya sementara. Tetapi tukang parkir tetap tersenyum walaupun kendaraan itu diambil. Begitupun kita, yang dititipi suami sama Allah, ketika waktunya diambil kita tidak bisa menolak harus mengikhlaskan manakala Allah menginginkannya. Kapanpun harus siap, karena kematian datangnya tak bisa diprediksi dan tanpa pamit terlebih dahulu.

Kedua, Ibadah dipertajam lagi

Dengan mendekatkan diri pada Allah, berdoa, semua beban hidup akan terasa lebih ringan.

Ibadah itu banyak macamnya. Sholat wajib tepat waktu ditambah dengan sholat sunnahnya, sholat duha, sholat tahajud, puasa senin-kamis, ikut kajian-kajian keagamaan di sekitar rumah atau masjid terdekat.

Itu semua bisa kita lakukan, bahkan akan menjadi sebuah pembiasaan yang bagus. Selain itu juga bisa menjadikan contoh bagi anak-anak kita, sehingga anak-anak kitapun mau melakukannya.

Ibadah lainnya, kita bisa mengikuti kelompok-kelompok yang bergerak di bidang sosial, yang mengurusi anak-anak yatim, duafa dan jompo. Dengan mengikuti kegiatan tersebut kita akan merasa lebih dekat dengan Allah dan tenang.

Ketiga, Ikhtiar atau berusaha

Bisa dengan mengikuti kegiatan-kegiatan yang positif; terlebih yang bisa menghasilkan sesuatu untuk kelanjutan hidup dan bisa menambah penghasilan, maka kebutuhan anak-anak dan kebutuhan hidup akan terpenuhi.

Bagi ibu-ibu bekerja, mungkin tidak kesulitan dalam hal ini, karena sudah terbiasa membantu suami dalam mencari nafkah. Terlebih apabila lingkungan pertemanan kita juga dengan orang-orang yang berjiwa positif.

Lain halnya dengan ibu yang hanya menjadi ibu rumah tangga. Tetapi tak perlu takut banyak jalan menuju roma. Ibu-ibu yang punya hobi memasak, mendesain, berdandan, bisa mengembangkan keahliannya lebih mahir dengan cara mengikuti kursus di lembaga-lembaga kursus di daerah masing-masing.

“Ah…itu kan teorinya pelaksanaannya tetap saja sulit, belum anak-anak, ini dan itu”

Jangan menyerah, semua pasti bisa dilakukan dan ada cara yang pasti bisa dilakukan.

Keempat, Ibrah

Mengambil pelajaran atau hikmah dari kejadian yang menimpa hidup orang lain. Kita tidak sendiri, banyak yang sama nasibnya seperti kita; dan itu bisa kita ambil ibrahnya untuk bekal kita.

Kelima, bersyukur

Jangan pernah lupa menyukuri semua yang sudah Allah berikan untuk kita. “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS Ibrahim [14]: 7). 

Sering kita mendengar itu dalam berbagai acara keagamaan baik itu tausyiah ataupun ceramah yang mengisyaratkan dalam Al-Qur’an bahwa kita harus bersyukur. Perintah dalam ayat tersebut jelas yaitu anjuran untuk bersyukur jika ingin ditambah nikmat oleh Allah Subhanahuwata’ala.

Keenam, tawakal (berserah diri)

Setelah kita berusaha dan berdoa, terakhir bertawakallah (berserah diri sepenuhnya kepada Allah dalam menghadapi dan menunggu hasil sesuatu pekerjaan, atau menanti akibat dari suatu keadaan).

Tetaplah semangat menjalani hidup, karena hidup harus berjalan terus. Ada dan tiada itu sudah kehendak-Nya, kita sebagai manusia hanya bisa berdoa, berusaha, selebihnya biarlah Allah yang menentukan.

Tunjukkan pada dunia bahwa kita bisa melanjutkan amanahnya dengan elegant walau dengan sayap yang patah dan kadang tertatih-tatih melaluinya.  Jangan merasa sendiri, yakinkan diri ada Allah Subhanahuwata’ala yang selalu mendekap, menjaga dan melindungi kita dan keluarga kita. Tetap bahagia dan selalu tersenyum.

Bagikan
Exit mobile version