Site icon Inspirasi Muslimah

Menjadi Manusia yang Berkasih Sayang kepada Hewan

kasih sayang hewan

Kamis ini kami lagi-lagi diingatkan tentang kasih sayang sebagai fitrah manusia. Jika kita masih setia di dalam fitrah kita, maka tentu tidak akan ada tawar-menawar dalam menerapkan prinsip berkasih sayang ini. Bukan hanya kepada anak, atau suami. Bukan hanya kepada tetangga atau rekan kerja. Namun lebih jauh lagi, lebih luas lagi, kepada sesama makhluk Allah. Kepada hewan dan tanaman, kepada hutan, pantai, dan pegunungan.

Saya kembali teringat betapa saya bergidik membaca beberapa lembar halaman buku berjudul Sapiens, karangan Yuval Noah Harari itu. Buku ini banyak sekali menggambarkan tentang perilaku semena-mena manusia demi kemakmurannya. Salah satunya adalah domestikasi hewan ternak.

Transisi kehidupan berburu dan meramu menuju era pertanian dimulai 10.000 tahun silam.  Manusia mulai memanipulasi kehidupan segelintir hewan dan tumbuhan. Sekilas revolusi pertanian baik adanya, memudahkan manusia mendapatkan kebutuhan pokoknya tanpa harus berpindah-pindah atau menelusuri hutan rimba.

Namun tengoklah beberapa fakta-fakta miris berikut, di mana manusia memperlakukan hewan yang sejatinya sesama mahluk Tuhan itu dengan penuh kesewenangan. Mundur ke era mulainya revolusi pertanian, ditemukan banyak fakta manusia melakukan banyak hal demi mengubah kerbau, kuda, keledai, dan unta menjadi hewan penghela yang patuh. Manusia mematahkan naluri alami dan ikatan sosial hewan-hewan tersebut, termasuk juga mengendalikan agresi seksualitas mereka. Proses ini termasuk memutilasi bagian tubuh hewan, mengikat dan mencambuk, juga melakukan kebiri kepada pejantan.

Dari buku tersebut saya menjadi tahu bahwa para peternak di Papua memotong sebagian hidung babi agar hilang indra penciumannya, serta mencungkil sebelah matanya agar sepenuhnya bergantung kepada manusia. Babi memang bukan hewan yang dihalalkan dagingnya, namun demikian menyakiti babi tentu saja tidak kalah menyedihkan hati.

Sedangkan masih ada di bagian lain para peternak ayam kampung yang mengumbar hewan ternaknya, dibiarkan menciap dan bertelur di sudut rumah pemiliknya. Ada juga banyak kajian kapan waktu yang tepat memisahkan anak sapi dengan induknya, untuk mendapatkan hasil terbaik hewan ternak tanpa harus menyiksanya.

Anjuran berbuat baik kepada hewan ternak

Allah banyak menurunkan firman mengenai hewan ternak, tentang manfaatnya dan juga bagaimana kita berlaku kepada mereka.

Seperti yang Allah firmankan di QS An Nahl ayat 5-8

“ Dan Dia menciptakan binatang ternak untuk kamu; padanya ada (bulu) yang menghangatkan dan berbagai-bagai manfaat, dan sebahagiannya kamu makan.

Dan kamu memperoleh keindahan padanya, ketika kamu membawanya kembali ke kandang dan ketika kamu melepaskannya (ke tempat penggembalaan.

Dan ia mengangkut beban-bebanmu ke sesuatu negeri yang kamu tidak sanggup mencapainya kecuali dengan susah payah. Sungguh Tuhanmu Maha Pengasih Maha Penyayang.

Dan (Dia telah menciptakan) kuda, bagal, dan keledai, untuk kamu tunggangi dan (menjadi) perhiasan. Allah menciptakan apa yang tidak kamu ketahui.

Dari ayat-ayat di atas kita mengetahui bahwa hewan ternak adalah salah satu wujud kasih sayang Allah kepada manusia. Kita jelas diperbolehkan menungganginya, mengambil manfaat dari hewan-hewan ternak tersebut. Namun apakah berhenti sampai di situ, cukup mengambil manfaat tanpa menghormati hak-hak mereka sebagai sesama mahluk ciptaan Allah?

Banyak riwayat menjelaskan bagaimana baginda rasulullah begitu lemah lembut kepada hewan. Beliau rela memotong sebagian kain yang menjadi pakaiannya saat ada kucing tertidur di atasnya. Beliau juga melarang manusia menyiksa hewan, meminta menajamkan pisau saat menyembelih hewan ternak.

Ada kisah mashyur tentang seorang pelacur yang mendapatkan ampunan Allah setelah memberi minum seekor anjing. Berbuat baik dan berkasih sayang kepada sesama makhluk akan dibalas dengan rahmat dan ampunan-Nya. Dan sebaliknya, mereka yang menyia-nyiakan dan semena-mena terhadap hewan pun akan mendapatkan balasan berupa azab.

“Ada seorang wanita yang masuk neraka karena seekor kucing, dia mengurungnya sampai mati sehingga wanita tersebut dimasukkan ke dalam neraka. Perempuan itu tidak memberi makan atau minum kucing yang dikurungnya dan tidak pula melepasnya untuk bisa makan serangga” (H.R. Bukhari).

Musuh yang bernama hawa nafsu

Menurut kitab Al Hikam, yang menjauhkan manusia dari fitrahnya adalah hawa nafsu dan cinta dunia. Manusia seringkali lupa bahwa Allah yang menciptakan dan memberi rizki. Lupa bahwa setiap manusia sudah digariskan rizkinya. Kemaruk ingin mendapatkan sebanyak-banyaknya, dan egois sebagai turunan dari nafsu membuat manusia merasa berada di atas angin. Bahwa manusia adalah makhluk terpenting.

Padahal setiap ciptaan Allah berdzikir dengan caranya masing-masing. Tak terkecuali hewan. Bahkan angin dan awan pun tunduk dan patuh atas ketentuan-Nya. Manusia memang istimewa dengan akal dan pikiran, namun perlu kita ingat bahwa kita bukansatu-satunya yang menjadi penghuni bumi Allah.

Kesejahteraan hewan demi keberkahan

Rasa terhibur muncul saat saya membaca sebuah tulisan tentang  penerapan prinsip animal welfare dalam manajemen pembibitan ternak yang ditulis oleh Yuliati Wahyu S. Dalam makalah ini dijelaskan bahwa animal welfare atau biasa disebut kesejahteraan hewan adalah aspek yang harus dipenuhi bukan hanya pada pemeliharaan hewan kesayangan saja, namun juga menjadi kebutuhan bagi pemelihara ternak produksi.

Hal ini dilakukan sebagai bentuk kesadaran kita dalam meperlakukan hewan sebagai mahluk ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa, demikian Yuliati menambahkan. Ternak harus bebas dari haus dan lapar, ketidaknyamanan atas penyiksaan fisik, rasa sakit, cidera, dan penyakit. Dan yang tidak kalah penting ternak bebas mengekspresikan perilaku alamiah dan bebas dari rasa ketakutan (tertekan).

Penerapan prinsip animal welfare ini sangat penting. Jika diabaikan akan berdampak kepada kerentanan hewan ternak terhadap penyakit. Dan ujung-ujungnya hasil produksi yang dinikmati tentu akan berkurang atau bahkan menurun drastis.

Kalau saja semua peternak menerapkan prinsip animal welfare ini, saya yakin sekali keberkahan akan melimpah. Para peternak ini bukan saja berjasa dalam memenuhi kebutuhan pokok manusia, namun lebih jauh lagi mengamalkan kasih sayang kepada sesama makhluk ciptaan-Nya.

Tentu saja tidak mudah. Diperlukan fasilitas dan tenaga ekstra, yang diawali dengan kesadaran penuh akan hak-hak sesama mahluk Tuhan. Untuk pecinta hewan kesayangan tentu lebih sederhana, namun tetap saja ada tantangannya. Bagaimana mengkondisikan semua anggota keluarga agar menyadari bahwa hewan peliharaan ini juga memiliki fitrahnya, memiliki hak untuk bermain dan beristirahat, juga tempat dan makanan yang memadai.

Semakinlah saya terkagum-kagum dengan para relawan yang seringkali menenteng makanan di tas mereka, menyelamatkan atau setidaknya memberi makan hewan jalanan yang mereka temui. Menyediakan tempat penampungan bahkan mempekerjakan orang terpercaya untuk mengawasi hewan-hewan ini. Mereka sadar sepenuhnya bahwa jalan yang ditempuh ini bukan sekedar memenuhi panggilan hati, bahwa ini adalah cara mereka bersyukur menjadi hamba yang sejati.

Bagikan
Exit mobile version