Site icon Inspirasi Muslimah

Menantang Diri untuk Olahraga Pagi Hari, Saat Puasa Ramadan

olahraga ramadan

Curah Hujan di Bulan Ramadan tahun ini rasanya lebih tinggi dari sebelumnya. Mengguyur deras Kota Bandung dengan tak kenal waktu. Bisa turun pagi, siang, malam, malah tak jarang sampai seharian atau semalaman. Soal suhu jangan ditanya, yang pasti, tentunya enggan jauh-jauh dari tempat tidur dan selimut.

Sebetulnya untuk saya pribadi, berpuasa di musim hujan seperti ini lebih nyaman, karena sedikit banyak bisa mengurangi rasa haus, hehe.. Hanya satu hal yang membuat saya sedikit bete, ini sudah menginjak minggu kedua Ramadan, artinya sudah selama 14 hari saya tidak berolahraga!

Selebay itu saya, sampai bete karena tidak olahraga? Saya terima koq, kalau ada yang bilang saya lebay, memang begitu adanya. Untuk saya olahraga sudah menjadi kebutuhan, karenanya saya melakukan secara rutin. Dalam seminggu biasanya saya berlari 3x , ke gym 2x, sepeda 1x dan 1 hari restday. Pun di Bulan Ramadan, saya tetap melakukan olahraga tersebut.

Jika biasanya olahraga tersebut dilakukan pagi hari setelah shalat subuh, maka selama bulan Ramadan saya melakukannya di sore hari menjelang buka. Mulai sekitar jam 16.30 WIB, selesai 30 menit atau 15 menit menjelang adzan Magrib. Tentu saja durasi dan bobotnya tidak seperti hari-hari di luar bulan Ramadan.

Dan sudah 14 hari ini hujan lebih sering turun di jam-jam saya harus memulai latihan. Jadi ya Wassalam… Kadang sudah tinggal memakai sepatu, atau bahkan sering juga baru rampung mengingat tali sepatu, tiba-tiba bbyyuurr… hujan turun seperti ditumpahkan begitu saja dari langit. Tak jarang disertai petir dan angin. Jika hujan seperti itu, untuk saya yang mengendarai motor, pergi ke gym pun jadi membutuhkan effort yang besar. Dan akhirnya saya lebih memilih absen latihan.

***

Bagi Rahmania yang sudah terbiasa berolah raga, pasti  tahu bagaimana rasanya jika aktifitas ini tidak dilakukan. Jangankan 14 hari, 3 – 4 hari saja badan pasti sudah memberikan signal-signal negatif. Badan lebih cepat lelah, sendi- sendi terasa pegal. Ini akibat dari VO2 max menurun dan massa otot yang juga mengalami penurunan. Juga memberikan pengaruh secara non fisik, yaitu perubahan suasana hati yang sering tak terduga.

“Duh, gawat!” Pikirku ketika saya cek smartwatch menunjukan VO2 Max sudah turun cukup drastis ke angka 39 dengan Training Status pun sudah berubah, dari Productive ke Maintaining. Merujuk kepada sebuah Jurnal Olahraga, VO2 Max ini adalah yang paling awal akan memberikan indikator kebugaran saat aktifitas olah raga berhenti dilakukan. VO2 Max itu sendiri adalah indikator kebugaran terbaik untuk menentukan kardiovaskular dan daya tahan tubuh seseorang.

Lalu apakah saya akan menyerah saja pada keadaan? Ternina bobo karena musim hujan dan sedang berpuasa??? Mengabaikan alarm tubuh yang sudah meraung-raung tanda bahaya? Ingat hai Kamu, untuk 1 minggu saja cuti olahraga, butuh 3 minggu untuk mengembalikan kebugaran!

Sebetulnya setelah sahur dan Sholat Subuh saya masih mempunyai banyak waktu. Sejujurnya, jika saya menggunakan waktu tersebut untuk latihan, pasti sangat bisa. Jadi apa masalahnya jika sampai sekarang belum melakukan itu? Hhmm… terus terang, ada pemikiran takut terganggu puasa saya karena kelelahan. Lapar dan lemas mungkin masih bisa saya abaikan dengan tidur sesaat, menggunakan waktu jam istirahat di kantor. Tapi haus, ini yang seringkali menjadikan saya payah, pun jika sedang tidak berpuasa.

***

“Huuufffff…..” Saya hembuskan nafas dari mulut, berbarengan dengan mematikan menu run di smartwacth.  Yap, saya baru saja finish lari dan ini hari ke 3!! Akhirnya saya memenangkan diri sendiri!!! Sahur seperti biasa, kemudian setelah selesai Shalat Subuh dan rutinitas one day one juz, saya mempersiapkan dulu keperluan ke kantor. Dan tepat jam 6, saya sudah siap untuk memulai latihan.

Latihan lari saat berpuasa ini, saya pikir lebih tepatnya di sebut jogging. Jika saya melakukannya sore menjelang buka, durasi dan pace hampir sama dengan jadwal latihan di hari tidak berpuasa. Hanya saja dilakukannya sesuai kemampuan. Misalnya seharusnya Easy Run 60 menit dengan kecepatan yang sudah ditentukan, maka karena berpuasa, saya boleh melakukannya 60 menit dengan kecepatan lebih lambat, tapi jika merasa mampu, saya tetap melakukan seperti jadwal latihan yang sudah ditentukan.

Nah, karena dilakukan di pagi hari, di mana masih jauh ke azan Magrib, jadi saya hanya melakukan jogging selama 40 menit saja. Fokus latihan pada Zona 2, tapi kenyataannya sesekali nyudul ke Zona 3, hehe. Zona 2 – Zona 3 adalah wilayah aman detak jantung saya. Dalam dunia lari, latihan dengan memperhatikan wilayah aman detak jantung atau Heart Rate ini dinamakan maximum aerobic fuction (MAF) training.

Sudah tidak ada lagi ketakutan melakukan olahraga di pagi hari saat puasa. Karena memang pada hakekatnya berpuasa bukan berarti harus jadi kaum rebahan. Yang terpenting lakukan sesuai dengan kemampuan saat berpuasa. Dan demi puasa dan olahraga lancar, jangan lupa memperhatikan asupan makanan dan cairan dalam tubuh.  Pergunakanlah waktu dari buka sampai sahur dengan mengkonsumsi makanan karbohidrat kompleks, tinggi serat dan tinggi protein. Lakukan asuapan cairan semaksimal mungkin, agar tubuh terhidrasi dengan baik. Selain air putih, buah-buahan dan sayur berkuah menjadi solusi yang baik untuk memenuhi cairan tubuh.

Sebagai hadiah kemenangan dalam menantang diri,  segudang manfaat dari olahraga di pagi hari saat puasa ini, sudah menunggu saya. Di antaranya selain tubuh tetap segar, bugar dan bersemangat,  juga lebih cepat membakar lemak, meningkatkan fungis kognitif dan konsentrasi, juga melancarkan metabolisme tubuh.

Besok Insya Allah saya akan menyambut jadwal ngegym pagi dengan semangat dan bahagia. Andai sorenya turun hujan, pasti menjadi kenikmatan tersendiri dalam menunggu waktu berbuka.

Bagikan
Exit mobile version