f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
kulepas engkau

Kulepas Engkau dengan Taubatan Nasuha

Hidup memang unik dan ajaib. Inilah yang Alit-pria berusia 35 tahun, rasakan. Bertemu Senin lalu, 20 Juni 2022, Alit mengisahkan persahabatannya dengan seseorang yang bernama Rizal, yang sudah seperti paru-paru dan jantung baginya.

Menurutnya, sosok ini memberikan banyak pelajaran berharga dalam hidupnya. Baik dari ranah bisnis, pertemanan maupun spiritual. Pertemanannya dimulai ketika mereka berada di sebuah perguruan tinggi yang sama di Bogor. Dari sekian banyak teman kuliah, Rizal adalah sosok yang humoris dan ramah. Pria asal Sukabumi ini juga sangat disiplin terkait waktu, satu hal yang tidak dimiliki Alit saat itu.

Kecocokan karakter membuat dua insan ini memutuskan bisnis bersama. Sayangnya, dunia bisnis tidak seindah dunia persahabatan. Uang dan target perusahaan menjadi masalah di kemudian hari yang menjadi pemicu perpecahan di antara mereka.

Akibatnya, penyuka rujak dan asinan ini  sempat ‘kehilangan’ sahabatnya itu dan memetik sebuah pelajaran yang berharga bahwa bertemu dan berpisah adalah kasih sayangNya. Tak hanya itu, ia meyakini benar bahwa sebuah persahabatan tidak  bisa ditukar dengan uang setinggi gunung sekalipun.

Berbisnis Bersama

Di akhir kuliah, jelang sidang skripsi, Alit menawarkan agar mereka memulai sebuah bisnis. Dipilihlah skin care sebagai ladang usaha mereka berdua. Sebenarnya, keduanya mewakili tidak memiliki ilmu yang cukup untuk berbisnis. Sedikit nekat, itulah gambaran sikap mereka dalam mengawali dunia perniagaan ini.

Kendati demikian, Alit tidak merasakan ada perubahan pada sahabatnya ini. Ia tetap bersahaja. Tidak neko-neko. Sahabatnya itu juga tidak ada gelagat untuk menguasai perusahaan yang mereka bangun bersama. Mereka membangun bisnis seperti air mengalir saja. Mereka pun sangat menikmati. Untuk ukuran pemula, bisnis yang mereka kelola cukup sukses. Saat itu, mereka sempat memiliki karyawan 25 orang.

Baca Juga  Kenapa Sekolah Belum Dibuka Pak?

Terbersit pula di benak mereka untuk umroh bareng dan jalan-jalan ke luar negeri bersama. Pernah, mereka mendapat bonus dari sebuah perusahaan kurir untuk traveling ke Singapura. Namun karena hanya berlaku untuk satu orang, Alit mengalah. Rizal yang berangkat sendiri dan mereka berjanji untuk pergi lagi ke negara tersebut bersama-sama di kemudian hari. Sayangnya, cita-cita ini tidak pernah kesampaian karena Rizal terlebih dulu menghadap Yang Maha Kuasa.

Perpecahan

Bisnis yang mereka garap membuat mereka bahagia. Mereka bersyukur bisa sedekah, hidup cukup dan memberdayakan orang lain. Perjalanan bisnis mereka nyaris tanpa ilmu. Semuanya dikelola berdasar insting saja. Mungkin ada sedikit ilmu agama yang mereka terapkan. Semuanya berjalan mulus, hingga tibalah pihak ketiga di antara mereka.

Pihak ketiga ini menghembuskan angin perubahan dan kemajuan kepada mereka. Mereka yang tadinya ‘menikmati’ bisnis mereka menjadi berubah seperti macan yang kelaparan dalam berbisnis. Semuanya serba ditarget dan mereka menjadi sibuk dan lupa akan manisnya persahabatan mereka yang saling menyelami satu sama lain.

Mereka pun tenggelam dalam target perusahaan dan sibuk masing-masing. Bendera perusahaan yang tadinya berakar pada kekeluargaan, kebersamaan, kesederhanaan, berganti dengan bendera target-target yang mesti terpenuhi. Dua sosok ini pun sibuk mengibarkan bendera pencapaian itu agar berkibar dengan gagahnya. Sayangnya, semakin dikejar, bendera itu semakin menjauh. Seiring dengan hal tersebut, persahabatan dan persaduaraan di antara mereka pun semakin luntur.

Tak jarang karena tidak enakan satu sama lain, mereka saling menahan dan memendam apa yang menjadi unek-unek di antara mereka. Terlebih, Alit adalah sosok yang kurang peka, sehingga apa yang dirasakan oleh sahabatnya, tidak mengetuk pintu batinnya dengan anggapan ‘ah ini hanya hal sepele’.

Baca Juga  Anak "Tawanan Perang" yang Gandrung Buku

Persahabatan itu makin tidak terasa ketika Alit didapuk menjadi direktur dengan alasan mereka harus membenahi struktur perusahaan sementara Rizal diangkat menjadi manajer marketing. Alit tidak menyadari bahwa inilah cikal bakal gerbang kekecewaan Rizal pada dirinya mulai terbuka pelan-pelan. Padahal Alit juga sudah lupa kenapa ia yang dinobatkan menjadi direktur di perusahaan mereka.

Perasaan-perasaan yang kurang enak pun yang selama ini dipendam seperti mendapat muara untuk berlabuh. Perang dingin di antara keduanya lambat laun menabuh genderang perang meski dalam diam. Sekali lagi, Alit tidak tahu sama sekali akan hal ini. Kendati demikian, perlahan tapi pasti gerbang perbedaan terbuka.

Akhirnya benteng persahabatan dan persaudaraan mereka runtuh. Suatu hari ketika Alit sedang itikaf, tanpa sepengetahuannya, Rizal membeli parcel yang dimaksudkan untuk karyawan. Hal ini berseberangan dengan keinginan Alit yang berpendapat bahwa gaji dan THR harus didahulukan. Alit yang saat itu sedang bermunajat kepada Allah, sedang memasuki goa keajaiban akhirnya sangat terusik dengan perbuatan Rizal. Alit tidak kuasa membendung amarahnya. Bagai tanggul yang jebol, air emosinya meluber kemana-mana.

Dalam keadaan marah ia mengirimkan chat kepada Rizal mempertanyakan alasan di balik perbuatannya itu. Entah bagaimana awalnya hingga tercetuslah kalimat, “Dalam khilafah bila ada dua pemimpin maka yang satu harus dibunuh!”

Kata-kata ini menghujam ke hati Rizal bagai belati yang sangat haus darah. Dengan perasaaan yang hancur, Rizal membalas chat tersebut, ”Mulai sekarang saya tidak akan ikut campur dalam perusahaan.”

Sejak saat itu, pria yang sudah membangun perusahaan bersama dengan Alit itu tidak pernah muncul lagi ke kantor. Awalnya Alit membiarkan karena yakin Rizal akan datang. Alit merasa Rizal berlaku demikian karena marah sementara.

Baca Juga  Rasulullah Berpesan: Beri Tahu, Jangan Disalahkan
Kehilangan

Setelah berhari-hari bahkan berbulan-bulan, Rizal tak kunjung kembali ke kantor. Alit mulai resah dan mencoba mengontaknya. Kesedihan dan penyesalan mulai menerpanya. Nomernya ternyata diblokir. Alit kesulitan untuk berkomunikasi dengan Rizal. Alit sempat mengunjungi rumahnya, namun Rizal tidak ada.

Akhirnya, setelah sekian lama, akhirnya chat Alit bisa masuk dan dibalas dengan kalimat, “Jangan pura-pura amnesia dengan apa yang terjadi.”

Deg! Astagfirullah. Apa yang sudah ia lakukan selama ini terhadap sahabatnya? Alit mulai merenungi persahabatan mereka selama ini. Ia sangat menyesali apa yang sudah terjadi. Setelah berjuang melawan egonya sendiri, Alit kemudian berhasil menemui Rizal secara personal setelah beberapa kali menemui kegagalan. Mereka berpelukan erat. Alit menangis. Lidahnya kelu. Airmatanya mewakili perasaannya yang paling dalam selama ini. Ia telah menyia-nyiakan sahabat terbaiknya itu.

Alit menyadari sepenuhnya bahwa ia tidak menjaga sahabat tersebut sebaik-baiknya, tidak menyayanginya, tidak menaungi perasaannya bahkan ia tidak bersyukur atas karunia Allah kepadanya dalam bentuk seorang sahabat. Padahal bisa jadi Rizal kelak akan menjadi sahabatnya di syurgaNya.

Saat itu, runtuhlah kesombongan dan keegoisannyanya. Sepertinya saat itu, ruang perasaan mereka saling mengetuk kembali sebagai sahabat dan saudara. Dengan lirih Rizal berkata, “Bila kita bisa bertemu lagi suatu hari di kesempatan yang lain, kita bersahabat saja tidak usah berbisnis.”

Tak lama setelah itu, Rizal menghembuskan nafas terakhirnya karena sakit keras setelah sempat berbisnis lagi tanpa Alit.

Innalillahi wa inna ilahi raji’un. Selamat jalan, separuh jiwaku.

Bagikan
Comments
  • Apalah aku, aku hanya orang yg selalu berseberangan dengan alit, aku slalu ingin diatas. Egoku tinggi, aku slalu ingin menang debat, aku slalu ingin terdepan. Aku hanyalah teman sekampung yg sedari SMP berusaha mencari teman dekat. Kenapa? Aku introvert tulen, jangankan ngomong, bertemu dengan orang lain sj aku slalu minder. Entah kenapa ktika bertemu dan mulai dekat dgn alit, aku menjadi tdk se introvert itu, aku mulai brani ngomong, aku berani tampil. seolah-olah itu mungkin, aku ibarat anak kecil yg baru bisa ngomong dan berani tampil, slalu menunjukan aku bisa, aku bisa, aku bisa… ah sudah lah

    Juli 12, 2022
Post a Comment