Site icon Inspirasi Muslimah

Kesehatan Mental dalam Film Stutz

stutz

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kesehatan mental adalah keadaan sejahtera di mana individu menyadari kemampuannya sendiri, dapat mengatasi tekanan hidup yang normal, dapat bekerja secara produktif dan bermanfaat, dan mampu untuk membeikan kontribusi untuk komunitasnya.

Kesehatan mental adalah isu yang menarik dan harus kita perhatikan bersama. Kesehatan mental merupakan hal penting yang harus kita perhatikan layaknya kesehatan fisik. Perlu diketahui bahwa kondisi kesehatan mental dan fisik yang stabil akan saling memperngaruhi antara satu dengan yang lain.

Namun masalahnya, kesadaran akan pentingnya kesehatan mental di Indonesia masih kurang mendapat perhatian. Bisa kita lihat maraknya kasus bunuh diri maupun percobaan bunuh diri yang terjadi akhir-akhir ini. Maka dari itu, pemahaman akan pentingnya kesehatan mental perlu digaungkan.

Berbagai macam cara dapat seseorang lakukan untuk mengingatkan betapa pentingnya kesehatan mental, mulai dari artikel, buku maupun film. Dalam hal ini penulis akan memberikan sedikit ulasan terkait kesehatan mental dalam film “Stutz”.

Piramida Kekuatan Hidup

“Stutz” adalah film dokumenter karya sutradara terkemuka Jonah Hill tahun 2022. Film ini bercerita tentang kehidupan dan karir Dr. Phil Stutz, yang juga terapis Jonah Hill. Yang menarik dari film ini adalah metode yang Phil Stutz gunakan untuk mengatasi problem-problem kehidupan. Hal tersebutlah yang membuat Stutz berbeda dengan psikiater pada umumnya.

Stutz menerangkan sesuatu yang disebut sebagai ‘alat’ atau semacam metode yang digunakan untuk mengatasi berbagai masalah internal. Salah satu ‘alat’ yang ia jelaskan adalah Life Force Pyramid atau Piramida Kekuatan Hidup.

Saat kita mengalami depresi akan ada banyak hal yang menganggu. Kita tidak akan memiliki gairah untuk melakukan sesuatu. Lalu apa yang harus kita lakukan saat depresi mendera?

Seperti kata Dr. Stutz berikut;

“Satu-satunya cara untuk mengetahui apa yang seharusnya Anda lakukan, siapa Anda, adalah dengan mengaktifkan daya hidup Anda.”

“Kekuatan hidup adalah satu-satunya bagian dari dirimu yang mampu membimbingmu saat kau tersesat.”

Tingkat Satu: Tubuh

Ketika depresi, kita tidak tahu harus melakukan apa. Kita bingung mau mulai dari mana, tak jarang yang terpikirkan ketika depresi adalah self healing atau berwisata. Tetapi setelah kita berwisata misalnya ke pantai, gunung atau menonton konser, kemudian selesai, lalu kembali beraktivitas seperti biasa apakah kita akan merasa lebih baik? Kemungkinan kita akan merasa depresi kembali. Jadi, apa yang salah dengan self healing kita? What’s so wrong with your self healing?

Sebenarnya hal tersebut tidak sepenuhnya salah, tetapi jika tidak ada perubahan Dr. Stutz menyarankan agar kita lebih fokus pada tingkat ini terlebih dahulu. Pada tingkat ini melibatkan hubungan kita dengan tubuh kita sendiri dan mencakup hal-hal berikut: diet, olahraga, dan tidur.

Olahraga teratur misalnya, aktivitas tersebut dapat membantu meringankan depresi. Olahraga dapat menurunkan hormon stres dan meningkatkan hormon bahagia, selain itu olahraga juga dapat mengalihkan pikiran dari masalah yang selama ini menganggu.

Memulai, memiliki hubungan yang positif dengan tubuh Anda akan membuat Anda merasa 85 persen lebih baik menurut Dr. Stutz.

Tingkat Dua: Orang

Orang yang mengalami depresi akan mulai menarik diri dan menjauhi kehidupan. Orang tersebut akan menghilang dan tidak ingin bertemu dengan siapa pun. Seringkali ada situasi di mana seseorang yang mengalami depresi akan sulit percaya pada orang lain atau yang sering kita kenal dengan trust issue.

“Saat orang mengalami depresi, bukan berarti mereka mengakhiri hubungan. Mereka mulai ditarik kembali, menjauh dari kehidupan mereka.”

Setelah melewati tingkat satu, kita akan langsung menuju tingkat selanjutnya. Tingkat Ini melibatkan hubungan kita dengan orang lain. Masalahnya kita harus mengambil inisiatif untuk menjangkau orang-orang. Kita memulainya dengan berkomunikasi dengan maksud untuk menumbuhkan hubungan, terlepas menarik atau tidaknya orang tersebut.

Tidak harus dengan orang yang kita kenal seperti keluarga, sahabat atau teman. Kita bisa berkomunikasi dengan orang random yang kita temui di sekitar. Seperti tukang ojol, barista, penjual nasi goreng, tukang parkir atau aa’ burjo.
Komunikasi yang sehat dapat membantu proses penyembuhan.

Tingkat Tiga: Diri Anda Sendiri

Sampailah kita pada tingkat akhir. Tingkat ini adalah tentang hubungan kita dengan diri kita sendiri. Hal tersebut mencangkup berteman dengan pikiran bawah sadar kita. Lalu bagaimana caranya?

Kita bisa melakukannya dengan menulis atau membuat jurnal. Kita bisa menuliskan tentang hal-hal yang membuat bahagia hari ini dengan mudah di memo smartphone kita misalnya. Atau menulis tentang apapun yang kita inginkan.
“Menulis itu seperti cermin. Itu mencerminkan apa yang terjadi di alam bawah sadarmu.”

Pada tingkat ini pula mungkin self healing atau me time bisa kita terapkan, karena hal tersebut memberi kesempatan kita untuk lebih mengenal diri sendiri.

Mungkin bagi sebagian orang ini terdengar aneh, tetapi self-talk atau berbicara pada diri sendiri merupakan hal yang juga bisa dilakukan saat kita mencapai tingkat ini. Berbicara pada diri sendiri serta mendengarkan suara hati dapat membantu menemukan apa yang sebenarnya kita inginkan.

Jadi itulah salah satu ‘alat’ yang digunakan Dr. Stutz untuk para pasiennya. Entah itu cocok atau tidak, Anda mungkin bisa mencobanya.

Film ini mungkin tidak memberi solusi yang pasti terkait masalah yang dihadapi. Tetapi ada hal yang menarik dari film ini, yakni Stutz berhasil membangkitkan keyakinan akan hal baik dan harapan penonton bahwa mereka bisa mengubah keadaan serta kehidupan ke arah yang lebih baik.
Jangan lupa menonton filmnya.

Bagikan
Exit mobile version