Site icon Inspirasi Muslimah

Kesedihan Diciptakan untuk Menguji Keimanan

hujan dan

Penderitaan adalah sesuatu yang dianggap susah, sengsara serta kesedihan yang selalu melanda setiap manusia. Kesedihan adalah hal yang wajar dirasa manusia karena pada hakikatnya semua makhluk dimuka bumi pasti mengalami hal ini entah hewan atau justru manusia itu sendiri.

Kesedihan dapat berasal dari hati yang merasa berduka, sedih, frustrasi, putus asa bahkan merasa tidak mempunyai harapan untuk menjalani hidup. Meski begitu, apa Mahluk di Bumi ini akan terus merasa sedih?

Fenomena Kesedihan

Kita akan membayangkan sebuah fenomena alam yang menjadi simbol kesedihan. Sebut saja badai. Saat berlayar, kapal akan terombang-ambing karena badai melanda. Badai dapat mengakibatkan bencana seperti air laut pasang sehingga ombak-ombak besar bergulung-gulung dan akan menenggelamkan kapal. Fenomena yang kedua adalah hujan.

Di sini hujan memiliki simbol dua sisi. Yakni sebagai harapan karena ia mampu menyuburkan ladang yang gersang sekaligus sebagai liku kehidupan karena ia dapat mengalir deras dan keras. Akibat hujan deras, dapat mengakibatkan banjir, tanah longsor dan bencana lainnya.

Fenomena alam yang melambangkan kesedihan lainnya seperti angin puting beliung, gempa bumi dan lain sebagainya yang dapat merugikan manusia sehingga mengalami banyak penderitaan bahkan memakan korban jiwa. Itulah beberapa fenomena alam sebagai simbol kesedihan yang dapat menyebabkan hati berduka, bersedih lalu pertanyaannya adalah mengapa Allah Swt. menciptakan kesedihan? Banyak orang pasti pernah mengalami seperti di bawah ini;

Saya merasa sedih karena nilai ujian sangat buruk. Juga sangat sedih  karena kehilangan keluarga tercinta bahkan sangat frustrasi karena usaha apa pun yang saya lakukan tidak membuatkan hasil.

Saya merasa tak punya sandaran lagi. Saya sangat kesepian karena tidak ada kebahagiaan. Mengapa saya harus seperti ini? Mengapa saya tidak seperti mereka?

Tidak Ada Manusia yang Luput dari Kesedihan

Bahkan kerap kali tanpa sadar kita membandingkan kehidupan orang lain yang dirasa jauh lebih baik daripada kita.

Kenapa membandingkan kehidupan kita dengan orang lain? bahkan itu kita lakukan tanpa sadar. Seakan melihat rumput tetangga lebih hijau daripada punya kita sendiri. Saya pun begitu. Garis besarnya tidak ada satu pun manusia yang bisa luput dari kesedihan karena semua makhluk di bumi pasti merasakannya.

Lalu bagaimana mengolah kesedihan menjadi kebahagiaan? Ini adalah pertanyaan yang sangat sulit. Sebelum memahami apa itu kebahagiaan, pahamilah kesedihan terlebih dahulu karena hal itu sangat penting untuk membangun karakter dan akal kita sebagai manusia.

Saat saya membaca buku karangan Aid Al-Qorny berjudul La-Tahzan yang artinya jangan bersedih, di sana saya menemukan pelajaran yang sangat berharga. Kesalahan kita terkadang hanya memikirkan kesedihan, kesakitan dan fokus pada rasa sakit itu sendiri. Sehingga membuat hidup kita tertekan dan penuh beban. Itulah kesalahan kita hanya berfokus pada rasa sakit tanpa memahami dan mempelajari makna dari kesedihan yang kita alami.

Di dalam buku La-Tahzan karangan Aid Al-Qorny mengemukakan firman Allah Swt.;

“Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah”. (QS.Al -Balad :4)

Manusia Mengenali Kenyataan Dirinya

Manusia itu harus bekerja keras, harus berada dalam kesulitan dan harus menjalani hidup yang tertekan. Berjuang adalah hakikat kehidupan manusia. Artinya kita harus mengenali kenyataan itu. Kemudian membangun siasat bagaimana menghadapi kehidupannya( Aid Al-Qorny).

Aid Al-Qorny sudah mengemukakan dengan jelas apa sesungguhnya alasan dibalik kesedihan atau penderitaan yakni manusia harus mengenali kenyataan dirinya dan membangun siasat bagaimana menghadapi kehidupannya. Firman Allah yang tercantum dalam surat Al-Balad : 4 menyebutkan bahwa Allah telah menciptakan manusia dalam susah payah yang berarti memang segala kesusahan dan penderitaan tidak bisa dipisahkan dari manusia. Dengan tujuan apa? Seperti firman Allah yang berbunyi:

وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً ۖ وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ

“Wahai manusia, Kami akan menguji kalian dengan kesempitan dan kenikmatan, untuk menguji iman kalian. Dan hanya kepada Kamilah kalian akan kembali” (QS. Al-Anbiya: 35).


Ikrimah –rahimahullah– pernah mengatakan,


ليس أحد إلا وهو يفرح ويحزن، ولكن اجعلوا الفرح شكراً والحزن صبر

“Setiap insan pasti pernah merasakan suka dan duka. Oleh karena itu, jadikanlah sukamu adalah syukur dan dukamu adalah sabar.”

Kesedihan Diciptakan untuk Menguji Keimanan

Semua manusia adalah sama dan yang membedakannya adalah iman dan Taqwa kepada Rabbnya. Apakah saat diuji kita merasa mengeluh, frustrasi atau justru merasa tegar dan sabar? Jika seseorang memiliki iman yang kuat, ia akan bisa bertahan dalam kesedihan tersebut dan mampu bersabar dalam setiap ujian tetapi saat seseorang memiliki iman yang buruk, ia akan merasa takabur dan selalu menyalahkan nasib dan Allah Swt.

Rahmania yang dirahmati Allah, seberat apa pun kesedihan yang melanda, pasti ada hikmah dan alasan dibalik itu semua. Saat Allah menciptakan kesedihan, disana juga Allah menciptakan kebahagiaan.

Saat Allah menciptakan kesulitan, di sana juga Allah menciptakan kemudahan seperti dalam janji Allah Swt. yang berbunyi:

” Maka sesungguhnya sesudah kesulitan terdapat kemudahan” (Qs Al -Insyirah: 5-6).

Berdampingan, begitulah dunia ini diciptakan. Tiada kesedihan tiada pula kebahagiaan dan begitu sebaliknya. Kita sangat berharap hidup kita bahagia dan jauh dari kata menderita. Tetapi faktanya tidak ada satu pun makhluk di bumi ini yang mengalami bahagia saja tanpa tahu artinya menderita.

Kesedihan dan Kebahagiaan adalah Dua Hal yang Tak Terpisahkan

Rasulullah Saw juga sangat menderita saat melakukan dakwah Islam. Ia dicaci, dimaki bahkan dilempari kotoran oleh orang-orang yang membenci dakwahnya. Tetapi disisi lain, ia dicintai oleh umat yang benar-benar memahami dakwahnya. Ini menunjukkan sedih dan bahagia itu tidak terpisahkan. Saat Anda benar-benar mereguk manisnya iman, saat itu juga Anda akan merasakan pahitnya penderitaan. Tetapi penderitaan di sini tidak membuat Anda merasa frustrasi, tetapi justru akan membuat hati Anda semakin dekat dengan Allah Swt.

Penderitaan itu akan menghantarkan menuju kebahagiaan sejati. Ketenangan hati yang menjadi tujuan kebahagiaan. Memang hati akan merasa hancur saat kita merasa sedih. Tetapi janganlah hanya fokus pada rasa sakit tersebut, berdamailah dengan kesedihan agar mampu meningkatkan kadar keimanan. Teruslah berpegang teguh pada Allah Swt., sebutlah nama-Nya dan semoga kita selalu tabah menjalani kehidupan ini.


    

Bagikan
Exit mobile version