f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
gangguan mental

Gangguan Mental, Stigma Masyarakat dan Peran Keluarga terhadap Penderitanya

Apa yang terlintas di pikiranmu ketika mendengar orang terdekatmu mengalami gangguan mental? Tentunya kaget dan tidak menyangka bahwa orang yang kamu kenal, yang kamu anggap keluarga mengalami gangguan mental. Padahal selama ini yang kamu lihat orang tersebut baik-baik saja, tidak mengalami sakit sama sekali dan dapat menjalani kehidupan seperti biasanya.

Orang yang mengalami gangguan mental sering kali dicap masyarakat sebagai ‘orang gila’ ataupun ‘sakit jiwa’. Masyarakat beranggapan bahwa orang tersebut tidak beriman kepada Tuhan, sehingga harus dijauhi, dikucilkan, bahkan mereka dianggap tidak pantas untuk hidup. Gangguan mental ini dapat terjadi pada siapa saja tanpa memandang fisik, ras, suku, agama, dll. Orang yang tampak sehat bisa saja mengalami gangguan mental yang mereka sendiri tidak menyadari bahwa sebenarnya mereka ‘sakit’. Memang gangguan mental ini tidak terlihat secara fisik, tetapi secara batin orang yang mengalami gangguan mental merasa tertekan atas masalah yang terjadi dalam hidupnya.

Lalu apa itu gangguan mental? Apa penyebab gangguan mental yang dialami seseorang? Gangguan mental adalah suatu penyakit yang dapat mempengaruhi emosi, pola pikir, dan perilaku penderitanya. Gangguan mental disebabkan oleh peristiwa yang bersifat yang pernah dialami seseorang. Misalnya pelecehan seksual dan perilaku kekerasan yang dialami seseorang di masa lalu yang berdampak pada kehidupannya sekarang. Selain itu seseorang yang kehilangan orang terdekatnya, seperti orangtua, saudara, pasangan, dan sahabat juga dapat mengalami gangguan mental. Karena seseorang tersebut tidak bisa melupakan orang yang meninggalkannya dan perginya orang tersebut membuat kehidupannya berubah sehingga ia merasa kesepian dan tidak mau bergaul dengan banyak orang lagi.

Orang yang mengalami gangguan mental biasanya akan mengalami delusi yang membuat seseorang meyakini sesuatu yang tidak nyata dan halusinasi. Hal tersebut membuatnya merasa melihat, mendengar, atau merasakan sesuatu yang sebenarnya tidak ada atau tidak nyata. Perilaku yang sering ditunjukkan oleh penderita misalnya berbicara dan tertawa sendiri, berteriak dengan keras hingga mengganggu ketenangan orang lain. Dan karena hal inilah masyarakat beranggapan bahwa orang yang mengalami gangguan mental adalah orang yang aneh, orang gila, tidak pantas hidup. Sehingga kebanyakan penderitanya dijauhi dan dikucilkan oleh lingkungannya, bahkan tidak dianggap dan dijauhi keluarganya sendiri.

Baca Juga  Pentingnya Konstitusi bagi Suatu Negara

Biasanya penderita gangguan mental akan mengalami perasaan yang sedih yang berlangsung dalam jangka panjang. Di mana penderitanya sendiri terkadang tidak mengetahui apa yang menjadi penyebab kesedihannya. Penderita juga mengalami kecemasan dan takut yang berlebihan pada suatu hal sehingga rasa takut tersebut menganggu aktivitasnya. Yang membuat dan suasana hati atau mood penderita berubah-ubah, pola tidur, serta pola makan yang tidak teratur.

Apakah penderita gangguan mental dapat sembuh? Tentu saja bisa asalkan penderitanya juga mau berusaha dan berjuang untuk sembuh melalui pengobatan ke psikolog maupun psikiater. Namun proses seseorang untuk dapat sembuh dari gangguan mental membutuhkan waktu yang relatif lama. Bahkan ada yang sampai bertahun-tahun sampai benar-benar sembuh dan bisa menjalani kehidupan secara normal. Dukungan dari orang-orang terdekat sangat penting bagi penderita untuk dapat pulih lebih cepat. Untuk itu penderita gangguan mental tidak harus dijauhi karena mereka pun tidak mau mengalaminya dan penyakit tersebut ada di luar kendalinya. Lagipula gangguan mental bukanlah penyakit yang menular.

Peran orang terdekat penderita, terutama keluarga sangat penting bagi penderita untuk dapat segera pulih. Keluarga merupakan unit paling dekat dengan penderita dan merupakan perawat utama bagi penderita. Keluarga merupakan pendukung utama yang memberi perawatan langsung pada setiap keadaan sehat dan sakit penderita. Dukungan dari keluarga dapat berupa kesadaran dari keluarga penderita untuk terus memotivasi penderita ke arah kesembuhan dengan melakukan pengobatan secara rutin dan mengunjungi penderita apabila sedang dirawat untuk memberinya semangat demi kesembuhan pasien. Keluarga juga dapat menemani penderita ketika berkonsultasi dengan psikolog untuk mengetahui sejauh mana proses penyembuhan yang telah dilakukan.

Namun apabila keluarga tidak peduli dengan kondisi penderita yang merupakan anggota keluarganya karena menganggap pasien tersebut gila, harus disembunyikan dari masyarakat, merupakan aib bagi keluarga, hal ini tentunya akan menghambat kesembuhan penderita karena penderita merasa tidak ada yang memotivasinya untuk sembuh, tidak ada yang memberinya semangat dalam menjalani pengobatan, sehingga hal ini bisa saja membuat pasien memiliki keinginan untuk mengakhiri hidupnya sendiri karena merasa putus asa dan tujuannya untuk hidup tidak ada lagi jadi untuk apa ia tetap bertahan.

Baca Juga  Perempuan-Perempuan Bergulat dalam Ekonomi Informal

Penderita gangguan mental bukanlah suatu aib bagi keluarga dan masyarakat tempat penderita tersebut tinggal. Mereka tidak pernah meminta penyakit tersebut, mereka berhak dan pantas untuk hidup di tengah-tengah keluarga dan masyarakat tanpa terasingkan dan dikucilkan, mereka masih punya mimpi yang ingin mereka capai, dan mereka berhak untuk mewujudkan dan mencapai mimpi mereka. Peran keluarga adalah membantu penderita untuk mewujudkan mimpinya dengan men-support penderita untuk tetap bertahan, memotivasi, dan memberikan semangat untuk menjalani pengobatan sehingga penderitanya dapat mewujudkan mimpinya.

Bagikan
Post a Comment