f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.

Dari Quarantine, Kpopers Hijrah hingga Qur’an Time (2)

Oleh : Iqomah Richtig

Rahmania lanjut ngobrolin yang kemarin, sebenarnya jika dibandingkan dengan penggemar film Hollywood atau Bollywood. Cerita yang disajikan melalui kedua produksi film itu juga tidak kalah menarik. Para pemeran juga tentu memiliki daya tarik atas keindahan wajahnya.

Namun, saya justru mendapati keranjingan yang lebih fantastis pada penggemar KDrama. Meskipun belum ada hasil penelitian khusus terkait atau statistik yang secara gamblang menyatakan kegirangan K-Drama paling unggul dibanding dengan film produksi asing lainnya.

Setidaknya saya merangkum beberapa hal mengapa Kpop lebih digandrungi:
Menurut Nugroho (2004) Hallyu atau gelombang budaya Pop Korea (Kpop) mengandung unsur Asian Value (Nilai Asia) yang tidak didapati pada produksi film Hollywood. Adanya budaya ketimuran yang memiliki kemiripan dengan budaya Indonesia yang masih satu wilayah Asia menjadi salah satu faktor ia digandrungi.

Hal ini mengacu pada cerita-cerita yang dikemas bernuansakan kehidupan orang Asia, namun pemasarannya memakai cara pemasaran internasional yang mengedepankan penjualan nama seorang bintang atau menjual style. [3]

Di sisi lain, perbandingan secara fisik antara Korea dengan Indonesia tidak jauh berbeda. Seperti warna kulit dan tinggi menyebabkan ada rasa kedekatan sebagai sesama warga Asia. [4]

Respons terhadap gelombang keranjingan Kpop ini termanifestasi dengan munculnya sebuah akun hijrah para Kpopers di Instagram. Kemunculan akun ini barangkali menambahkan bukti bahwa keranjingan Kpop memang lebih mampu menggoda masyarakat Indonesia. Tidak memandang usia, ras, agama, jenis kelamin dan latar belakang. Tampak pada jumlah pengikutnya yang terpampang di akun @kpopers.hijrah berjumlah 29,7k pengikut (per 14/05/20).

Keberadaan gerakan Kpopers hijrah di permukaan berusaha mengonter eksistensi Kpop di kalangan Muslimah. Hal ini bukan berarti bahwa penggemar Kpop hanya kaum puan saja. Kaum tuan juga turut menikmati gelombang Kpop meski jumlahnya sangat sedikit. Baik itu K-Drama atau Boy dan girlband-nya.

Akun dakwah sejenis @kpopers.hijrah, yang mengajak ‘taubat’ dari dunia fangirling (aktivitas fans perempuan) terfragmentasi di jagat Instagram. Seperti @xkwavers yang memfokuskan dakwah dengan pengemasan digital berupa susunan nasihat yang indah. @hijrahkpop.id dengan konten gambar dan video yang komposisinya tidak jauh berbeda dengan @kpopers.hijrah. Akun-akun ini menerapkan solidaritas demi tercapainya tujuan dakwahnya. Pada masing-masing postingannya, mereka melakukan saling repost untuk meneguhkan persatuan dakwahnya.

Motivasi yang mendasari terbentuknya akun ini tidak lain ialah berusaha memberikan pengertian bahwa konsumsi Kpop berpotensi mendekonstruksikan akidah generasi Muslimah. Kebanyakan para Kpopers dinilai memberikan porsi lebih banyak untuk mengkonsumsi Kpop dibanding beribadah. Selain itu, mereka lebih tergila-gila pada idola Kpopnya daripada Rasul atau tokoh-tokoh Muslim yang seharusnya lebih pantas diidolakan oleh generasi Muslim. Dua faktor di atas setidaknya memberikan gambaran luas kronologis munculnya gerakan Kpopers hijrah.

Fenomena dakwah, hijrah dan kesalehan yang marak pada dekade terakhir ini menurut Heryanto (2015) tidak lepas akan para ‘aktornya’ yang lahir dan dibesarkan pada masa puncak Islamisme. Mereka menjumpai dua identitas yang bertolak belakang. Identitasnya sebagai Muslim yang dituntut menjadi salih dan kalangan usia yang cenderung menikmati budaya konsumerisme duniawi. [5]

Bentuk hijrah yang digalakkan gerakan ini terbilang unik. Untuk dapat melancarkan tujuan dakwahnya mereka memiliki beberapa strategi jitu untuk merangkul para Kpopers. Di antaranya melalui konten visual yang ditampilkan di akun @kpopers.hijrah, metode pendekatannya yang menggunakan subkultur anak muda, dan membentuk WAG dengan kajian Islam daring di tiap pekan. Selain berinteraksi via daring, di beberapa kesempatan mereka meluangkan waktu untuk bertemu secara luring.
Langkah-langkah ini tidak lepas dari tujuan utama dakwah sebagai tindakan preventif sebelum generasi Muslimah ‘terjerumus’ lantaran di usia mereka belum memiliki filter atas dirinya.

Bentuk komitmen hijrah yang telah dilakukan mantan Kpopers ini seperti; meng-unfollow akun-akun Kpop terkait, berhenti mengikuti isu-isu ke-Kpop-an, membuang, menyobek bahkan membakar koleksi Kpop stuff yang kebanyakan terdiri dari foto-foto idola.

Sejauh pengamatan saya, @kpopers.hijrah menawarkan ‘pop morality’ kepada para pengikutnya yang mayoritas Kpopers. Namun sependek pengamatan saya, saat ini gerakan Kpopers hijrah belum mencapai tahap hijrah yang kaffah dari dunia fandom Kpop lantaran masih memberikan ruang simbolisme ke-Kpop-an meski dalam porsi yang kecil.

Terlihat pada beberapa postingan yang diunggahnya masih menampakkan unsur Kpop. Menapakkan gambar seorang Aktor Kpop setengah wajah dan sesekali memposting avatar wajah seorang Aktor. Selain itu, saat mempromosikan produk buku “Hello Good Bye Oppa” menggunakan instrumen lagu yang diadaptasi dari sebuah band Korea dan juga menampilkan cuplikan video klip boyband.

Akhir kata, sekadar menyampaikan bahwa K-Drama The World of the Married masih menyisakan 2 episode lagi. Tetapi, dalam masa quarantine ini jangan abaikan Quran Time juga ya! Heuheu 

Sumber :
[3] Nugroho, Suray Agung. (2004). Hallyu ‘Gelombang Korea’ Di Asia Dan Indonesia: Trend Merebaknya Budaya Pop Korea.

[4] Disampaikan oleh Wahyudi Akmaliah, pemantik acara ngobrol bareng Rahma.id bertema “Perempuan dalam Lingkaran Keluarga Ala Drakor : Belajar dari The World of Married” pada 2 Mei 2020 lalu.

[5] Heryanto, Ariel. (2015) Identitas dan Kenikmatan: Politik Budaya layar Indonesia. Jakarta: PT Gramedia.

Bagikan
Baca Juga  Kalau Sudah Move On, Jangan Mau Diajak Balikan!
Post a Comment