f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
belajar dari sriti

Belajar dari Sriti

Di rumah saya setiap hari masuk burung Sriti. Aslinya tempat tinggal mereka ada di gua, seperti halnya Walet. Namun, banyak juga orang yang sengaja menjadikan bangunannya untuk tempat tinggal Walet dan Sriti. Sebab, memperjualbelikan sarangnya menjadi sebagai komoditas . maka burung ini tidak segan-segan masuk ke rumah-rumah untuk membuat sarang, termasuk juga di rumah tempat tinggal kami.

Banyak yang bilang itu berkah, rawat saja, lalu jual sarangnya. Terlebih kalau sarang Walet, bisa menghasilkan banyak uang. Mereka tidak tahu bagaimana lelahnya membersihkan kotoran burung yang berserakan di lemari dan dinding, juga kadang di lantai. Soalnya sambil terbang itulah, mereka membuang kotoran yang menempel di lemari dan dinding yang perlu waktu untuk membersihkannya.

Perbincangan Al-Qur’an Tentang Burung

Dalam hal ini, para Sriti itu benar-benar memberikan latihan kepada saya untuk menahan diri karena mau marah juga tidak bisa. Marah sama hewan, apa ada gunanya?

Saya mencari ayat Al-Qur’an yang membahas burung. Saya menemukan di antaranya dalam Surah Al-An’am ayat 38. “Dan tidak ada seekor hewan pun yang ada di muka bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan semuanya itu adalah umat-umat seperti kalian juga. Tidak ada sesuatu pun yang kami luputkan di dalam Kitab, kemudian kepada Tuhan kelak mereka dikumpulkan”. Membaca ayat ini mengingatkan saya untuk selalu beristigfar setiap ‘main hati’ sama para Sriti itu, lantaran kotorannya.

Berbagai ikhtiar sudah saya lakukan agar mereka tidak masuk. Seperti menutup lubang angin sebagai jalan masuk ke rumah dengan jaring kawat. Mereka bisa masuk hanya lewat pintu saja, seperti tamu. Sebelum menutup pintu di sore hari, kami sibuk memeriksa rumah dulu, apakah ada Sriti yang masih di dalam. Namun seperti biasa, keesokan harinya, tiap kali membuka pintu, mereka tetap menyerbu masuk. Tidak jarang kami halau dengan sapu, agar mereka keluar. Khawatirnya kalau lama di rumah, mereka akan membuat sarang.

Baca Juga  Wa Classroom Adalah Kunci!
***

Mereka memang keluar, tapi nanti masuk lagi. Dan selalu saja mereka berhasil membuat sarangnya. Sarang yang selalu kami lepaskan dan kami buang. Tujuannya agar tidak menjadi sarang yang sempurna. (Sebab kalau sarangnya sudah cukup besar untuk tempat bertelur, maka Sriti betina akan bertelur dan ‘ngendon’ terus di sarangnya sampai telur menetas). Besoknya mereka datang dan membuat sarang lagi. Begitu terus menerus setiap hari. Ini memberi ilmu lagi kepada kami, bahwa hewan saja tak mengenal putus asa.

Mereka pantang menyerah, meski setiap hari sarangnya dilepaskan dan dibuang, setiap hari pula mereka tetap datang dan membuatnya. Selama ini, mereka tentunya sudah punya tempat istirahat saat malam hari. Tetangga sebelah rumah menjadikan lantai atas rumahnya sebagai tempat sarang mereka dengan tujuan komoditas, Namun pagi harinya, mereka tetap saja datang. Maa syaa-allaah… Semuanya ada dalam kehendak-Nya.

I’tibar dari Kehadiran Sriti

Kami sendiri, hanya bisa mengambil beberapa i’tibar dari para Sriti itu. Mereka tak kenal lelah untuk bertasbih dengan kepakkan sayapnya (Q.S An-Nur: 41). Maka, sambil menghalau mereka, kepakkan sayap burung Sriti ini mengingatkan saya untuk bertasbih. Mereka tak kenal menyerah menjalani rutinitas hidup yang tampak sama setiap hari, membuat sarang untuk kemudian kami lepaskan dan dibuang. Alangkah malunya, jikalau Allah telah memberikan amanah kepercayaan kepada manusia, tetapi malah banyak lalai daripada ingatnya, serta cepat putus asa.

Dalam renungan saya, Allah mengenalkan diri-Nya melalui gerak burung-burung Sriti. Makhluk sekecil itu, dengan kuasa Allah dapat menahan tubuhnya tetap di udara, tiada lain adalah atas izin dan pertolongan Allah (Al-Mulk: 19). Tentunya tidaklah pantas manusia menafikan pertolongan Allah dan merasa bisa karena kuasa sendiri. Padahal karunia amanah dan segala perangkat modal untuk menjalankan amanah dari Allah.

Baca Juga  Perempuan Kecil dan Kelas Kosongnya

Jika orang zaman jahiliah menyekutukan Allah dengan patung, maka apakah manusia zaman ini akan menyekutukan Allah dengan kemampuannya sendiri? Burung Sriti itu mengajarkan ayat-ayat (tanda-tanda) tentang zikrullaah, optimisme dan makna ketauhidan.

Wallahu a’lam bissowwaab

Editor: Ahmad Murtaza MZ

Bagikan
Comments
  • Ali Audah

    Alhamdulillah, kisah yang sangat inspiratif. Terimakasih, Mbak Dewi

    November 12, 2021
Post a Comment