f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
kehilangan amanah tuhan

Belajar dari Rasa Kehilangan Amanah Tuhan

Bulan puasa ini bukan bulan puasa yang biasa. Satu peristiwa yang membuat keluarga kami sangat berduka. Seorang bayi tampan yang menggemaskan, cucu kesembilan, anak dari adik ragil kami, harus mendahului kami menghadap Sang Maha Pencipta. Usianya yang baru menginjak enam bulan harus mengalami rasa sakit jarum suntik di beberapa titik bagian tubuhnya. Ia harus merasakan dinginnya ruang nicu tanpa pelukan hangat dari orang tuanya hingga di akhir nafasnya.

Bukan berarti kami tidak melakukan tindakan apa-apa. Usaha yang sudah kami lakukan adalah mengobatinya secara mandiri dengan memberikan obat dari apotik. Kemudian, membawanya ke klinik. Namun, baru sehari itu belum ada tanda kondisinya membaik. Barulah, malam itu saat nafasnya terlihat terengah-engah dan sudah lemas, kami kembali membawanya ke klinik terdekat, dan ditolak, untuk dirujuk ke rumah sakit tipe B. Namun, awal diagnosa dokter di IGD, memang kondisi bayi ini sudah kritis harus masuk ke nicu. Namun, karena ruang nicu di rumah sakit itu penuh, harus dirujuk ke rumah sakit yang lain. Tapi, sekali lagi, karena melihat kondisinya yang sangat lemah, akhirnya rumah sakit memindahkan satu pasien bayi di nicu yang memungkinkan untuk bisa dipindah di ruang perawatan untuk memberikan pertolongan pada bayi yang kritis ini.

Cerita ini perlu saya kisahkan. Bukan berarti untuk menyalahkan takdir yang sudah tergariskan. Tapi kita perlu mengambil ibrah atau pelajaran. Karena masih tersemayam perihnya rasa sakit penyesalan. ‘Jika dan jika….’ Kata inilah yang sering hinggap menghantui diri ini. Jika saat itu kami sebagai orang dewasa segera tanggap dengan cepat. Jika saat itu kami mau memaksa untuk segera mencari penanganan yang lebih tepat. Tapi, entah terselubung apa hati kami saat itu, sehingga terlarut membiarkan bayi itu merasakan pesakitan selama tiga hari.

Baca Juga  Bersedih dengan Gembira

Awal mulanya, menurut saya saat bayi ini baru lahir ada masalah dengan pernapasannya. Ada suara grok-grok saat bernapas, kemungkinan masih ada yang menghambat. Setelah berjalannya waktu, berat badan bayi tidak naik selama tiga bulan pertama. Titik KMSnya berada pada garis kekurangan gizi. Kemungkinan ini juga karena kurang cocoknya pemilihan susu tambahan pendamping ASI. Dari merk susu A sudah diganti dengan merk susu B yang lebih mahal dan berhasil menaikkan berat badan bayi. Namun, sebenarnya kalau bisa mencukupi, ASI bisa menjadi kekuatan imun bagi bayi. Kalau sang ibu, mau telaten, sabar, dan tenang dalam menyusui, tidak kemrungsung dengan pressure yang lain. Sehingga, ASInya bisa keluar dengan lancar. Tapi, kenyataannya lain. Proses mengASIhi tidak berjalan dengan mulus.

Saya akui, meyusui itu adalah tugas yang berat. Dengan tekanan pekerjaan yang full time dan banyak mobilitas di luar rumah, seringkali ibu-ibu pekerja ini menjadi abai dengan tugasnya mengASIhi. Ibu-ibu yang menyusui itu harus fokus, butuh ketenangan lahir dan batin. Secara kejiwaan harus mendapatkan support dari lingkungan sekitarnya. Harus bisa memanaj waktu dengan baik, kalau saat kerja ya kerja, kalau saat sudah pulang dan harus mengASIhi, maka sudah harus rileks dan menikmati prosesnya dengan ikhlas. Tapi, sekali lagi itu tidak mudah. Ibu menyusui perlu berhati-hati dalam menjaga pola makannya, karena hasil makanannya akan menjadi asupan gizi ke bayinya.

Belum lagi, tekanan dari lingkungan sekitar. Salah satu yang ibu hadapi ketika bayi adalah ramainya komen-komen pedas dari netizen. Kalau ada apa-apa dengan bayinya, misal pilek, batuk, gatel-gatel, yang menjadi sasaran pertama pastilah ibunya. Jarang sekali, atau bahkan belum pernah saya mendengar komentar negatif ke bapaknya. Memang, masyarakat kita belum bisa menjadi lingkungan yang supportif dalam menjaga ketenangan jiwa ibu bayi. Meskipun begitu, di sisi lain, perlu juga mendengarkan nasehat orang tua yang sudah berpengalaman. Pepatah-pepatah Jawa menjadi hasil ilmu titen orang Jawa untuk bertindak hati-hati dalam merawat bayi. Seperti, larangan bagi ibu untuk mengeluh apapun saat merawat bayinya. Jangan sekali-kali mengucapkan rasa capek atau keluar kata-kata negatif pada bayi, apalagi bersuara keras saat emosi. Bayi itu sangat peka terhadap kondisi psikologis orang tuanya, terutama ibunya. Penerimaan yang hangat akan membuat bayi merasa berarti.

Baca Juga  Harga yang Sepadan

Kondisi dalam diri ibunya akan sangat berpengaruh pada kesehatan bayi. Di saat ibunya cuek dan tidak memperhatikan atau situasi ibu-bapaknya yang sedang tidak harmonis, maka biasanya bayi akan mecari perhatian dengan muncul rasa sakit. Mungkin, ini menjadi serangkaian sakit yang harus bayi mungil itu rasakan. Dari sakit batuk pilek yang tak kunjung sembuh, hingga diare dan muntah yang semakin hari menjadikannya kekurangan cairan. Perlu perhatian bagi orang tua bahwa diare dan muntah pada bayi harus segera mendapatkan penanganan. Percayakan pada dokter! Apalagi bayi yang belum genap satu tahun, sebaiknya perlu hati-hati dalam memberikan tindakan. Meski diare bagi anak bisa disembuhkan dengan kunyit dan madu, belum tentu obat tradisional ini cocok untuk bayi. Intinya, diare dan muntah ini sangat beresiko ketika penanganannya tidak segera dilakukan. Dehidrasi akut berujung pada maut.

Tanda yang lain yang harus menjadi kepekaan orang tua adalah kondisi bayi yang nafasnya terengah-engah seperti orang habis lari. Nafasnya terkesan cepat dari biasanya. Selain itu, juga kondisi bayi yang sering nangis tanpa sebab. Misalnya, semalam hanya rewel dan tidak tidur dengan nyenyak, atau bahkan suara tangisnya tidak seperti biasanya. Suara tangis bayi yang merintih kesakitan. Bukan karena lapar, pipis, pub atau sebab lain yang ketika itu diselesaikan nangisnya berhenti. Bisa juga karena sudah keseringan nangis sampai tidak keluar air mata. Secara ilmu orang Jawa, bayi seperti itu bisa dikatakan terkena sawan atau hal-hal gaib. Entahlah, percaya gak percaya tapi begitulah adanya kepercayaan masyarakat Jawa. Ini berdasarkan kata orang tua yang jauh lebih banyak mempunyai pengalaman dalam pengasuhan.

Ketika ibu bayi masih memiliki orang tua (orang yang dituakan dalam keluarga), sangat penting untuk memperhatikan petuahnya. Ada baiknya menjalin komunikasi yang intens. Setidaknya, mereka lebih paham dan berpengalaman. Ceritakan kondisi sebenarnya yang terjadi pada diri bayi yang sakit! Jangan sampai ditutup-tutupi! Sangat riskan ketika kondisi bayi tidak baik-baik saja tapi dikatakan sudah membaik dan semakin membaik. Sekali lagi, walaupun ada ketidak sepakatan pendapat dengan orang tua, tapi sangat perlu ibu bayi berkonsultasi untuk bisa mendapatkan solusi yang tepat. Keridlaan orang tua juga menjadi mantra yang ampuh sebagai doa yang maqbul dan mustajab, serta membawa keberkahan hidup.    

Baca Juga  Berkisah Pembelajaran Online

Tidak ada salahnya, ketika ada nasehat dari orang tua, kita iyakan. Kalaupun tidak sependapat, kita sampaikan penolakan dengan halus. Alangkah baiknya kita selalu menjaga perasaan mereka. Bagaimanapun kondisi kita. Tanamkan rasa takut kalau sampai kita berkata atau bertindak yang membuatnya kecewa! Hindari konflik dengan mereka! Walaupun cara ini tidak mudah. Namun, keyakinan ini yang akan membawa kita untuk terus belajar menjadi orang tua yang diberikan Allah anak sebagai amanah yang harus dijaga sebaik-baiknya. 

Ketika Allah sebagai Sang Penguasa mengambil kembali bayi kecil itu maka ada pelajaran berharga yang perlu kita renungkan. Kita belajar ikhlas dari rasa kehilangan. Berarti Allah belum mempercayakan amanah ini (anak) pada kita sebagai orang tua.

Bagikan
Post a Comment