Site icon Inspirasi Muslimah

Bayi Gumoh; Penyebab dan Mengatasinya

bayi gumoh

Arif-Rahman-Mansur

Seorang ibu muda nampak frustasi ketika mendapati buah hatinya memuntahkan kembali ASI (Air Susu Ibu) yang baru saja ditelannya. “Kamu kenapa sih, Dek, selalu muntah setelah netek? keluh seorang ibu muda bernada cemas yang kudengar suatu ketika.

Apakah bunda juga pernah mengalami hal yang sama?

Kalau iya, sebenarnya bunda tidak perlu khawatir. Adalah hal yang normal ketika bayi mengalami gumoh, terutama setelah menelan air susu ibu atau susu formula. Seringkali bayi gumoh setelah menyusu dan mengeluarkan susu saat bersendawa.

Saat perut sudah penuh atau posisi bayi tiba-tiba berubah setelah menyusu, sebaiknya bunda senantiasa bersiap membawa kain lap. Hal ini disebabkan isi lambung yang telah penuh dapat memaksa sfingter terbuka dan membanjiri kembali kerongkongan. Terjadilah gumoh.

Biasanya Dokter menggunakan istilah “happy spitter” untuk menggambarkan bayi yang gumoh, tetapi secara umum bayi tetap nampak nyaman, tidak memiliki masalah pernapasan, dan tumbuh kembangnya tetap normal.

Mengapa Bayi Gumoh?

Pada bayi baru lahir, sistem pencernaan masih belum berkembang sepenuhnya, sehingga lebih sering mengalami gumoh pada beberapa bulan pertama kehidupannya sampai bayi dapat makan makanan padat (sekitar usia 6 bulan hingga 1 tahun). Gumoh paling sering terjadi ketika bayi terlalu kenyang atau menelan udara saat menyusu atau makan.

Saat bayi menyusu, susu turun ke tenggorokan, lalu ke kerongkongan, dan kemudian ke perut. Kerongkongan terhubung ke perut oleh cincin otot yang disebut sfingter esofagus bagian bawah. Sfingter ini terbuka secara otomatis agar susu bisa mengalir masuk ke perut dan kemudian harus segera menutup kembali agar susu tidak mengalir kembali ke kerongkongan. Tetapi sfingter esofagus pada bayi baru lahir ini tidak dapat diandalkan seperti yang seharusnya sampai sekitar usia bayi mencapai 6 bulan, (saat di mana sfingter esofagus lebih matang). Keadaan ini dapat menyebabkan aliran balik susu yang menyebabkan gumoh.

Selain fungsi sfingter esofagus yang belum matang, masih ada empat alasan utama yang menyebabkan bayi mengalami gumoh:

1. Bayi menyusu berlebihan

Menyusu terlalu banyak atau terlalu cepat, bisa menjadi biang keladi gumoh pada bayi. Sebab bayi memiliki ukuran lambung yang kecil. Bayi yang mengkonsumsi terlalu banyak susu setiap kali menyusu mungkin akan menyebabkannya kekenyangan dan susu berlebih yang tidak tertampung oleh lambungnya hanya memiliki satu cara. Yaitu dengan dikeluarkan kembali (gumoh).

2. Kepekaan atau alergi terhadap makanan atau minuman tertentu dalam diet bayi

Zat alergen dapat ditransfer ke dalam ASI dan menyebabkan bayi gumoh.

3. Menelan udara selama menyusui

Seorang bayi yang minum dengan sangat cepat, biasanya secara otomatis akan menelan udara bersama dengan susu. Keadaan ini terjadi terutama jika bunda memiliki refleks let-down yang sangat kuat atau pada saat memiliki persediaan ASI yang melimpah.

4. GERD (gastroesophagaeal reflux).

Bayi yang mengalami “happy spitter“, gumoh yang terjadi bisa disebabkan oleh penyakit gastroesophageal reflux (GERD). Jika sfingter esofagus bagian bawah tidak merapat segera setelah terbuka, maka istilah “refluks” dapat digunakan untuk menjelaskan gambaran penyebab, karena gumoh yang muncul dapat disertai dengan cairan dan asam lambung. Refluks dapat menyebabkan ketidaknyamanan yang cukup besar pada beberapa bayi.

Bunda dapat mencurigai bayi mengalami GERD apabila memiliki gejala yang meliputi;

Bunda perlu mendiskusikan pola gumoh bayi dengan dokter atau penyedia layanan kesehatan lainnya untuk mengetahui apakah GERD bisa menjadi penyebabnya. Jika GERD dicurigai, maka bayi mungkin membutuhkan pengobatan dan tindakan lain.

Cara Mengurangi Gumoh

Meskipun gumoh merupakan salah satu cara yang bayi lakukan untuk membuat perut nyaman, namun ada beberapa hal yang dapat bunda lakukan untuk membantu mencegah dan mengurangi kemungkinan atau frekuensi gumoh pada bayi.

Sendawakan Bayi

Sebaiknya bunda selalu menyendawakan bayi setiap kali bayi selesai menyusu (baik setelah menyusu langsung pada ibu atau menggunakan botol), karena dengan tindakan ini dapat mengeluarkan udara dari perutnya. Meskipun pada beberapa bayi yang menyusu tidak perlu bersendawa setelah menyusu, karena mereka cenderung menelan lebih sedikit udara daripada bayi yang menyusu menggunakan botol.

Namun, jika Bunda memiliki persediaan susu yang melimpah atau mempunyai aliran susu yang sangat deras, maka hal itu mungkin tidak terjadi. Terkadang bayi gumoh saat disendawakan. Namun, bunda tidak perlu khawatir. Menyendawakan bayi adalah upaya pencegahan gumoh yang sangat layak untuk dicoba.

Sekali lagi, dengan menyendawakan bayi bunda akan membantu bayi melepaskan udara yang tertelan selama menyusu. Biasanya, setelah berhasil bersendawa bayi akan lebih nyaman. Mengeluarkan udara dari perut juga akan membuat lebih banyak ruang di perut bayi, sehingga bisa melanjutkan proses menyusu.

Jaga Lingkungan Agar Tetap Tenang Saat Menyusui

Bunda perlu memastikan agar mendapati lingkungan yang tenang, sedikit gangguan, kebisingan, dan hindari cahaya yang terlalu terang saat menyusui. Menyusui dalam keadaan tenang, dapat membantu bayi menikmati dengan nyaman setiap hisapan. Menyusu dengan pelan, tenang, dan nyaman akan mengurangi risiko udara yang tertelan. Secara otomatis, menurunkan risiko gumoh. Begitu pula setelah menyusu, jangan membuat bayi terlibat dalam permainan yang sangat aktif. Hal ini juga bisa menyebabkan bayi gumoh.

Atur Waktu Menyusui

Terlalu sering menyusui, akan menyebabkan isi lambung berlimpah. Ingat bunda, lambung bayi masih kecil. Kelebihan susu yang tidak tertampung oleh lambung, secara otomatis akan ia keluarkan lagi dalam bentuk gumoh. American Academy of Pediatrics merekomendasikan agar menunggu setidaknya dua setengah jam antara menyusui untuk bayi yang mendapatkan susu formula dan setidaknya dua jam untuk bayi yang mendapatkan ASI langsung dari ibu. Adalah penting untuk membiarkan lambung bayi kosong (berkurang isinya) sebelum menambahkan lebih banyak lagi susu ke dalamnya, hal ini juga bertujuan agar bayi lebih nyaman saat menyusu.

Kelola Refleks Let-Down

Bunda, jika bunda memiliki refleks let-down yang kuat, ASI bunda mungkin akan mengalir terlalu cepat dan deras untuk bayi hisap sehingga bayi bisa tersedak dan gumoh. Cobalah untuk menyusui dalam posisi berbaring sehingga bayi akan menyerap ASI melawan gravitasi. Selain itu, bunda juga dapat memompa atau memeras ASI dari payudara terlebih dulu, sebelum memulai menyusui untuk membantu memperlambat alirannya.

Mencoba Berbagai Posisi Menyusui

Bunda perlu mencoba berbagai posisi menyusui yang berbeda, untuk mengetahui posisi menyusui yang paling nyaman bagi bayi. Dan yang perlu bunda ketahui, bahwa posisi apapun yang bayi pilih, usahakan agar kepala bayi tetap tegak dan terangkat setidaknya selama 30 menit setelah selesai menyusu.

Kapan Harus Menghubungi Dokter?

Bunda, adalah hal yang normal dan tidak perlu menjadi kekhawatiran saat bayi mengalami gumoh. Susu biasanya keluar saat sendawa atau mengalir dengan lembut dari mulutnya. Bahkan jika bayi gumoh setelah setiap kali menyusu, itu juga bukan suatu masalah yang harus membuat gelisah.

Kita dapat membedakan antara gumoh dengan muntah. Bayi dikatakan muntah ketika, susu keluar dengan sangat kuat dan sering keluar dari mulutnya. Dan ketika seorang bayi mungkin muntah sesekali, maka hal tersebut masih dalam taraf wajar dan tidak apa-apa.

Tetapi jika bayi muntah berulang kali atau lebih dari 24 jam, dan/atau jika muntahnya berwarna hijau atau mengandung darah, bunda harus segera menghubungi penyedia layanan kesehatan. Kondisi itu bisa menjadi tanda penyakit, infeksi, atau sesuatu keadaan yang lebih serius.

Tanda-tanda lain yang harus bunda perhatikan, bahwa keadaan bayi sudah membutuhkan pertolongan medis segera di antaranya adalah sebagai berikut:

Bagikan
Exit mobile version