f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
berpikir positif

Sisi Lain dari Berpikir Positif

Satu di antara kecemasan yang lain ialah hari ini kita harus tetap terlihat baik-baik saja di depan orang lain. Nyatanya untuk jujur secara emosi belum bisa dilakukan oleh setiap orang, banyak ketakutan yang dirasakannya. Dimulai dari kekhawatiran akan penilaian sosial bagaimana orang lain menilai kita dapat mendorong kecenderungan untuk menyembunyikan emosi negatif dan hanya menunjukkan sisi positif. Ditambah dengan budaya kesuksesan instan; masyarakat yang mendorong budaya kesuksesan untuk terlihat positif, bahkan ketika menghadapi kesulitan.

Lalu norma sosial yang tidak seimbang; norma sosial yang menekankan kebahagiaan tanpa memberikan ruang untuk mengatasi kesedihan atau frustasi dapat menciptakan lingkungan yang mendukung Toxic Positivity. Dan yang sering kita dengar ialah teori positivitas sebagai kunci kesuksesan. Pandangan bahwa berpikir positif secara konsisten adalah kunci utama kesuksesan dapat mendorong seseorang untuk menghindari aspek-aspek negatif dalam hidup mereka. Kelima hal tersebut merupakan sebab dari pada Toxic Positivity yang tentu memiliki berbagai macam dampak untuk kehidupan sehari-hari.

Adapun penerjemahan secara sederhana dari Toxic Positivity ialah pola perilaku atau sikap yang mendorong seseorang untuk selalu bersikap positif atau bahagia tanpa memperhitungkan perasaan dan pengalaman sebenarnya. Sering terjadi ketika seseorang mencoba menekan atau mengabaikan emosi negatif mereka atau emosi yang tidak dianggap positif. Toxic positivity memang bukan istilah ilmiah yang mapan, melainkan dikenali sebagai sikap yang berdampak negatif pada kesejahteraan mental seseorang.

Hal yang sering kita temui dalam kehidupan sehari-hari ialah kegagalan untuk mendengarkan. Ketika seseorang bercerita tentang masalah atau perasaan negatif, kebanyakan orang di sekitar kita meresponsnya dengan nasihat “cukup berpikir positif, pasti ada jalan keluarnya” tanpa benar-benar mendengarkan atau memahami perasaan yang dialaminya. Hal lain di antaranya terjadi pada dunia maya atau media sosial, tersebar hastag #positive vibes only. Frasa ini seolah-olah menggambarkan budaya di mana seseorang hanya diharapkan untuk membagikan momen bahagia dan positif mereka. Bahkan sekalipun mereka sedang mengalami kesulitan.

Baca Juga  Positive Feeling aja, Bisa kan?

Hal yang memang perlu dipahami ketika berinteraksi dengan makhluk sosial, tidak bisa menyamakan apa yang kita rasakan dan inginkan terhadap orang lain. Misal dalam diri kita ketika memiliki masalah luka masa lalu, namun kita dapat mengontrol hal itu lewat pikiran kita tanpa perlu cerita. Tapi apakah bisa hal seperti itu disamakan caranya terhadap orang lain ketika kita sedang menjadi pendengar aktif? Tentu tidak bisa, kita perlu memiliki empati untuk memvalidasi apa yang dirasakan oleh lawan bicara kita. Ketika kita melibatkan empati kepada seseorang yang sedang berbicara kepada kita, tentu kita tidak akan menghakimi atau memotong pembicaraannya. Dengan melibatkan empati, kita bisa lebih menghargai daripada apa yang dirasakan oleh lawan bicara kita. Dia akan lebih jujur dengan apa yang dirasakan tidak ada yang ditutup-tutupi. Dan dia akan merasakan lebih tenang saat sudah selesai berinteraksi.

Karena bagaimanapun manfaat sebagai orang yang melibatkan empati saat menjadi pendengar yang aktif ialah dapat membantu dalam membangun hubungan yang kuat dengan orang lain. Mengurangi konflik dan meningkatkan pemahaman antar individu. Selain itu, meningkatkan komunikasi yang efektif dan membantu dalam mengatasi masalah serta menawarkan dukungan yang diperlukan. Dengan hal ini lawan bicara kita akan lebih mudah untuk terbuka dan tidak menganggap bahwa  emosi negatif adalah hal buruk untuk di ceritakan. Karena pada fitrahnya menangis, sedih, tertawa, itu adalah ekspresi yang dimiliki oleh setiap manusia. Hanya saja punya porsi tertentu dalam mengekspresikannya. Hal ini diperlukan komunikasi asertif. Asertif sendiri memiliki makna suatu sikap dan keterampilan komunikasi di mana seseorang dapat mengungkapkan diri secara jelas, tegas, dan jujur tanpa menjadi agresif dan pasif.

Baca Juga  Berpikir Positif Saja Belum Cukup!

Seseorang yang memiliki kemampuan untuk menyampaikan pendapat, perasaan, atau kebutuhan mereka dengan percaya diri. Dan mereka juga menghormati hak orang lain untuk melakukan hal sama. Untuk kata asertif sendiri berasal dari latin “asserere” yang berarti mengklaim atau mempertahankan hak seseorang. Istilah ini pertama kali digunakan dalam konteks psikologi pada abad ke-20 untuk menggambarkan sikap dan perilaku yang positif dalam komunikasi interpersonal.

Pada intinya tidak salah ketika kita berpikir positif. Namun yang keliru ialah di saat kecemasan sedang hadir tetapi memaksa tetap berpikir positif tanpa menghargai emosi negatif itu dirasakan. Karena itu akan berdampak terhadap kesehatan mental seseorang, jika penekanan untuk berpikir positif itu dirasakan.  Adapun keterampilan yang sangat berharga untuk dimiliki yaitu komunikasi asertif. Yang mana memiliki beberapa manfaat, di antaranya meningkatkan percaya diri, hubungan yang lebih sehat, pengurangan konflik, dan kendali atas kehidupan. Karena seseorang yang sudah dapat menerapkan komunikasi asertif ia akan merasakan kemampuan untuk mengungkapkan diri dan meningkatkan tingkat kepercayaan diri. Komunikasi asertif juga berdampak baik terhadap hubungan yang sedang dijalin agar dapat lebih memahami dan memberikan penghargaan.

Selain itu kemampuan mengungkapkan perasaan dan kebutuhan secara jelas dapat mengurangi konflik karena mencegah ketidakpahaman atau ketidakjelasan. Terakhir, orang yang asertif memiliki kendali yang lebih baik atas hidup mereka karena dapat mengungkapkan apa yang mereka inginkan atau butuhkan. Selamat menjalankan pribadi yang lebih asertif terhadap apa yang dirasakan bukan menyangkal dari kenyataan.

Bagikan
Post a Comment