f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
cyberbullying

Cyberbullying: Media Membunuh tanpa Menyentuh

Salah satu perilaku negatif dalam bersosial masyarakat adalah bullying. Bullying disebut sebagai perilaku yang merusak norma kemanusiaan dan norma agama. Ditandai dengan pola perilaku menyakiti secara fisik atau verbal. Perilaku bullying lebih akrab disebut dengan perundungan atau merisak. Objek perundungan hampir seluruhnya dialami oleh satu golongan yang dianggap lebih lemah dan tidak memiliki kuasa untuk membela diri. Kemungkinan terjadi karena perasaan iri, dengki, merasa superior, dan ego yang tinggi. Banyak kita temui kasus-kasus bullying dari berbagai jenjang. Bahkan dimulai dari jenjang paling dasar sampai jenjang profesional saat bekerja.

Secara sederhana, jenis bullying yang paling sering dilakukan adalah bullying verbal. Berkaitan dengan cacian, hinaan, sarkasme, mengolok-olok, dan pemberian laqob (panggilan) yang buruk. Jika bullying fisik terdapat bukti nyata berupa memar dan luka fisik, maka bullying verbal cenderung susah diidentifikasi. Berlindung dalam kata “candaan” kemudian menjadikan perilaku tersebut sebagai kegiatan yang berulang. Sehinggga lambat laun, hal tersebut dinormalisasikan sebagai hiburan atau sekedar menuntaskan ego superior satu pihak. Namun, kedua jenis bullying tersebut memiliki dampak yang sama bahkan dalam jangka panjang akan berdampak serius terutama terkait psikologis individu.

Selain kedua jenis perilaku bullying di atas, pada era ini motif bullying berkembang secara luas dan hampir bisa menjangkau seluruh dimensi jarak dan waktu. Hampir sama dengan bullying verbal, namun termodifikasi dengan perkembangan teknologi yang disebut cyberbullying. Cyberbullying merupakan pola perundungan terbaru melalui berbagai platform media sosial. Mulai dari SMS (Short Message Service), Instagram, Facebook, Twitter, Email, dan Tiktok. Kurangnya pemahaman dasar masyarakat terkait tata krama bersosial media menyebabkan banyak ditemui komentar-komentar negatif, aksi serang secara daring, kritik kejam tanpa kalimat-kalimat membangun, saling menyindir dan membalas komentar negatif menggunakan video yang diunggah di sosmed pribadi, bahkan sampai membuat akun fake untuk meneror atau merundung objek yang akan menjadi target bullying.

Dampak negatif terkait cyberbullying lebih banyak menyerang mental atau psikologis korban. Dilatarbelakangi dengan minimnya dukungan keluarga, teman, dan lingkungan sekitar. Ditambah dengan kurangnya kesadaran masyarakat di lingkungan kita terkait pentingnya menjaga kesehatan mental, karena bagi sebagian orang kegiatan menghakimi dan menghujat cenderung dianggap sebagai hiburan yang menyenangkan. Sehingga banyak emosi-emosi negatif seperti rasa takut, cemas, trauma, trust issues, dan kekhawatiran dalam bersosial media yang terpendam dan berujung tidak tersalurkan. Jika hal ini terus berlanjut dalam jangka waktu yang panjang, maka emosi-emosi negatif yang tidak tersalurkan secara perlahan dapat membunuh jiwa. Tanpa menyentuh, hanya bermodal kalimat kejam di ruang dan waktu yang tidak bisa diprediksi.

Baca Juga  Kritik Ulama Tafsir Terhadap Bullying

Berdasarkan kacamata sejarah, tidak dapat dipungkiri bahwasanya perkembangan teknologi banyak memengaruhi kehidupan manusia. Dari segi positifnya, masyarakat dengan mudah menerima informasi dan komunikasi tanpa batas. Bahkan dalam beberapa fitur atau situs, teknologi mampu meringankan pekerjaan manusia secara cepat dan tepat. Teknologi AI (Artificial Intelegence) misalnya. Masyarakat dari berbagai generasi juga dapat aktif mengakses segala sesuatu yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan hidup bahkan sampai membuka lebih besar peluang bekerja WFH (Work From Home). Khususnya bagi ibu rumah tangga yang ingin mengisi waktu luang dengan bekerja dari rumah, dan anak sekolah atau kuliah yang ingin menambah penghasilan disela-sela belajar.

Di samping itu, masyarakat juga akan mengalami sisi negatif perkembangan teknologi. Terutama bagi anak-anak yang masih membutuhkan pengawasan dan pengarahan dalam bersosial media. Di sinilah peran orang tua sangat dibutuhkan sebagai pembimbing yang bijak dan cermat. Pengarahan tentang bagaimana menggunakan teknologi atau sosial media yang baik diharapkan mampu meminimalisir kemungkinan terjadinya cyberbullying di dunia maya. Adapun Langkah-langkah yang dapat dilakukan bagi orang tua dalam membimbing anak bersosial media di antaranya sebagai berikut:

1. Memberikan pengetahuan terkait dampak positif dan negatif sosial media.

2. Membiasakan komunikasi dua arah dan berpikiran terbuka. Bisa dimulai dengan memberikan pertanyaan sederhana seperti “ada cerita apa hari ini?” untuk memancing anak bercerita tentang apa yang dirasakan dan dialaminya.

3. Menjadi Uswatun hasanah bagi anak.

4. Membatasi atau membagi waktu bermain gadget.

5. Melatih anak untuk berinteraksi dengan alam.

Langkah-langkah di atas hanya sebatas usaha preventif untuk mencegah perluasan dampak negatif dari cyberbullying. Perlu konsistensi bagi setiap orang dan waktu yang cukup lama untuk memberantas fenomena cyberbullying ditengah maraknya perkembangan teknologi saat ini. Tindakan yang paling tepat untuk mengakhiri kasus bullying adalah dengan meningkatkan kesadaran bahwasanya setiap orang memiliki kekurangan dan kondisi mental yang berbeda-beda. Mulai menekankan diri untuk menjaga perilaku dan lisan yang mungkin akan merugikan orang lain. Menghormati dan menghargai privasi orang lain. Bijaklah dalam bersosial media!.

Bagikan
Post a Comment