f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
self awareness

Membentuk Self Awareness pada Anak

Mendidik dan membesarkan anak merupakan tugas bersama para orang tua. Tidak hanya sibuk dalam memenuhi unsur biologis saja, para orang tua pun seyogyanya mampu memenuhi kebutuhan psikologisnya guna membentuk karakteristiknya. Sebagai pihak yang terdekat dengan anak, orang tua tentu dapat menjadi teladan sekaligus partner terbaik dalam membentuk hal tersebut. Di antara Karakter yang perlu dibentuk adalah self awareness.

Self awareness dalam bahasa Indonesia disebut dengan ‘kesadaran diri’ adalah kondisi seseorang yang mampu memahami dirinya sendiri dengan sebaik-baiknya yang meliputi pemahaman terhadap kekurangan diri sendiri, kelebihannya sekaligus potensi yang dimiliki, dampaknya bagi orang lain serta mampu memahami bagaimana penilaian orang lain terhadap dirinya dan perbedaannya dengan orang lain.

Berdasarkan definisi di atas maka kesadaran diri terbagi kepada dua macam yaitu kesadaran diri internal dan kesadaran diri eksternal. Dilansir dari gramedia.com, kesadaran diri internal adalah bagaimana seseorang mampu melihat dirinya sendiri berupa passion, nilai, peran dan lainnya. Sehingga semakin tinggi kesadaran diri yang dimiliki, maka ia akan semakin mampu mengontrol tekanan dan stres yang dialami. Sementara kesadaran diri eksternal adalah bagaimana ia mampu memahami orang lain, begitu sebaliknya sehingga semakin tinggi kesadaran diri yang dimiliki, maka ia akan semakin empati dan toleran.

Konsep kesadaran diri dalam Islam dikenal dengan ma’rifatunnas nafs yang dimaksud tidak hanya merujuk pada pengertian ‘diri’ yang dapat diindrai akan tetapi mengacu pada esensi diri yaitu jiwa yaitu menyatunya ruh dan jasad. Artinya ada nilai aktualisasi diri berupa kesadaran diri yang bekerja tidak hanya di hati, akan tetapi juga dalam bentuk gerakan atau amal perbuatan.

Dalam Al-Qur’an, kesadaran diri di antaranya disinggung dalam Quran Surat An-Nisaa ayat 32,

Baca Juga  Rumah sebagai Tempat Pedagogi Primer Anak

وَلَا تَتَمَنَّوْا مَا فَضَّلَ اللّٰهُ بِهٖ بَعْضَكُمْ عَلٰى بَعْضٍ ۗ لِلرِّجَالِ نَصِيْبٌ مِّمَّا اكْتَسَبُوْا ۗ وَلِلنِّسَاۤءِ نَصِيْبٌ مِّمَّا اكْتَسَبْنَ ۗوَسْـَٔلُوا اللّٰهَ مِنْ فَضْلِهٖ ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمًا

Dan janganlah kamu iri hati terhadap karunia yang telah dilebihkan Allah kepada sebagian kamu atas sebagian yang lain. (Karena) bagi laki-laki ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan bagi perempuan (pun) ada bagian dari apa yang mereka usahakan. Mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sungguh, Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

Ayat di atas mengisyaratkan bahwa setiap manusia pada hakikatnya memiliki kelebihan dan kekurangan yang porsinya berbeda-beda yang perlu dikenali dan disadari. Artinya dalam kondisi tertentu, seseorang tidak memaksakan dirinya sama seperti orang lain. Hasbi Ash-Shiddieqy dalam Tafsirnya menjelaskan bahwa manusia ketika memiliki cita-cita selayaknya mampu menyesuaikan dengan kemampuannya, tidak bercita-cita di luar kesanggupan  serta tidak berharap sesuatu tanpa mengusahakannya.

Kesadaran untuk membentuk pribadi yang sadar diri perlu ditanamkan sejak dini. Upaya ini tidak mungkin dilakukan sendiri oleh anak. Perlu bimbingan dan didikan intensif dari pihak yang terdekat yaitu orang tua ataupun guru. Terlebih, sejak dini anak-anak mulai dihadapkan banyak hal dalam hidupnya. Di sekolah misalnya, anak sudah mengenal apa itu cita-cita. Bahkan dalam pembelajaran acap kali guru di kelas mengarahkan anak pada cita-cita tertentu.

Merujuk pada pendapat pakar psikologi kontemporer yaitu Goleman, hal-hal yang dapat dilakukan untuk menanamkan kesadaran diri yaitu;

Pertama, memahami perasaan dan perilaku sendiri. Dalam hal ini, orang tua mampu berinteraksi dengan anak ketika mengalami gejala tertentu. Misal ketika anak sedang murung, orang tua dapat bertanya kepada anak tentang apa yang ia rasakan dan mengapa ia murung dan lain sebagainya. Sehingga secara tidak langsung ia mampu mengenali kondisi yang dialaminya.

Baca Juga  Strict Parent Tidak Selalu Buruk: Kata Ayah, Karena Ayah Sayang Aku

Kedua, mengenali kekurangan dan kelebihan yang dimiliki. Dalam hal ini, orang tua dapat mengamati apa kelebihan dan kekurangan yang dimiliki anak. Lalu mengkomunikasikannya terlebih kelebihan tersebut menjadi hal yang digemari anak. Selanjutnya orang tua dapat memotivasi untuk fokus mengembangkan kelebihan yang dimiliki tersebut. Sebaliknya, orang tua dapat memahamkan anak untuk memaklumi dan tidak memaksakan hal-hal yang di luar kemampuannya yang bisa jadi merupakan bagian dari kekurangannya.

Ketiga, memiliki sikap mandiri. Dalam hal ini orang tua dapat memahamkan anak pada pentingnya percaya kepada kemampuan sendiri, membiasakan anak untuk belajar mandiri dan tidak bergantung pada orang lain. Misal orang tua memahamkan anak untuk membereskan sendiri mainan yang telah dimainkannya.

Keempat, bisa mengevaluasi diri, dalam hal ini orang tua berkomunikasi dengan anak tentang hal-hal apa saja yang telah dilakukannya dalam satu hari untuk kemudian dievaluasi. Misal orang tua bertanya hal- hal apa saja yang tidak menyenangkan yang telah dialami. Sebab dan alasannya serta apa yang harus dilakukan. Maka hal ini secara tidak langsung mengajarkan anak untuk selalu bermuhasabah diri.

Poin lain menurut Adams yang juga merupakan seorang pakar psikologi menjelaskan hal-hal yang dapat dilakukan untuk menanamkan kesadaran diri yaitu;

Pertama, menyusun tujuan atau karir. Dalam hal ini orang tua berperan penting dalam mendukung cita-cita anak yang sesuai dengan kemampuannya. Selain itu, orang tua juga dapat menanamkan kesadaran anak akan pentingnya meraih kehidupan akhirat sebagai masa depan abadi.

Kedua, membangun relasi yang baik dengan orang lain. Dalam hal ini orang tua dapat memahamkan dan membantu anak untuk membangun hubungan yang baik dengan pihak lain di luar dirinya. Misalnya, mengajarkannya untuk bersikap penyayang kepada sesama makhluk, bersikap saling menghargai, memaklumi, toleran dan menerima ketika dikritik oleh orang lain.

Baca Juga  Parenting Terbaik Adalah Memberi Kenangan yang Baik

Ketiga, mampu mengontrol diri sendiri. Dalam hal ini orang tua dapat memahamkan dan membantu anak untuk mengontrol perasaan dan tindakannya. Misal ketika anak sedang menerima perlakuan yang tidak baik dari temannya, maka orang tua dapat membantu meredakan rasa sakitnya. Kemudian memahamkannya bahwa perlakuan yang tidak  baik dapat dihadapi dengan tenang, tidak emosi tidak membalas dan tetap bersikap baik kepada siapapun. Demikianlah beberapa hal-hal yang perlu dilakukan untuk membentuk sikap sadar diri bagi anak. Dengan melakukan berbagai upaya di atas, orang tua dapat membentuknya menjadi karakter yang baik dan dimuliakan. Wallahu a’lam

Bagikan
Post a Comment