f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
membandingkan anak

Dampak Buruk Membandingkan Anak

Sebuah cerita yang saya alami, dimulai dari masuk SD sampai lulus di mana saya selalu mendapatkan juara 1 di kelas. Lalu saya mempunyai seorang adik, di mana adik saya selalu mendapat peringkat yang paling bawah atau peringkat 20-an keatas. Hal itulah yang membuat kedua orang tua membandingkan antara saya dan adik dari segi akademik. Orang tua bermaksud membandingkan agar adik saya lebih terpacu untuk berprestasi tetapi nyatanya membuat ia semakin down dan menjadi murung serta menjadi pribadi yang introvert. Saya tahu maksud orang tua ingin memberikan yang terbaik untuk anaknya, namun mereka berlebihan dalam membandingkan. Sesuatu yang berlebihan pasti tidak baik, contohnya setiap adik saya melakukan kesalahan selalu diungkit dan dibandingkan dengan kakaknya.

“Lihat itu kakakmu rajin, teliti, dapat nilai bagus terus, kamu ini sering terburu-buru hasilnya jadi kurang maksimal“. Hal tersebut tentunya membuat adik merasa tertekan sehingga menjadi kurang percaya diri sehingga mudah insecure. Kebiasaan membandingkan saudara kandung sendiri menimbulkan rasa benci antar saudara dan secara tidak sadar anak berpikir anak yang mempunyai prestasi lebih baik akan yang akan mendapat kasih sayang.

Menurut psikolog anak dan remaja Ratih Zulhaqqi, M.Psi. orang tua tidak baik membandingkan anak dengan anak lainnya karena itu termasuk bullying, lebih baik memberikannya motivasi agar berhasil

Sudah menjadi sifat alamiah orang tua memiliki persepsi jikalau pencapaian atau keberhasilan anak mereka sebagai ajang untuk berkompetisi. D imana dalam kompetisi harus mencapai kemenangan. Banyak orang tua yang sengaja membandingkan secara langsung pencapaian anaknya dengan saudaranya atau anak temannya. Harapan dari membandingkan tersebut agar anaknya terdorong untuk semakin memperbaiki prestasinya. Namun ketika orang tua berlebihan dalam membandingkan membuat anak merasakan banyak dampak negatif.           

Baca Juga  Bagaimana agar Anak Menjadi Jujur?
Apa dampak negatif orang tua membandingkan anaknya?

Dampak yang anak rasakan, yaitu merasa stress, kepercayaan diri rendah, bakatnya tidak berkembang maksimal. Anak merasa tertekan serta gelisah ketika terus menerus dibandingkan. Ia merasa tidak mampu mewujudkan harapan orang tua dan selalu ada yang lebih baik darinya. Kepercayaan dirinya menurun dan perasaan rendah diri muncul. Hal tersebut mengganggu konsidi mentalnya sehingga mampu membuat prrestasinya menurun dan kehilangan motivasi untuk maju.

Selain itu terkadang anak mempunyai bakat, namun bakat tersebut bertentangan dengan harapan orang tua. Akibatnya bakat anak tidak mendapat apresiasi dan tidak mampu dikembangkan. Di sisi yang lain, anak juga tidak dapat maksimal dalam melakukan hal yang diinginkan orang tua karena bukan dari hatinya.

Kebiasaan membandingkan akan memunculkan emosi yang negatif. Dampaknya pada lingkungan keluarga menyebabkan permusuhan antar saudara. Sikap anak menjadi lebih agresif dan memungkinkan bisa berkelahi dengan saudaranya yang selalu diberi pujian. Selain itu juga dapat memberikan jarak antara hubungan anak dengan orang tua. Ketika sering dibandingkan, anak merasa bersalah karena orang tuanya tidak bangga dengannya, sehingga anak merasa orang tuanya adalah sumber kesakitannya. Hal tersebut menimbulkan hilangnya kepercayaan kepada orang tuanya, serta dapat berpengaruh pada proses perkembangannya dalam proses pendewasaan.

Dampak membandingkan anak di lingkungan masyarakat atau sosial yaitu anak menjadi seseorang yang menghindari keramaian bahkan anti sosial. Anak merasa kemampuan yang ada pada dirinya kurang dibandingkan dengan anak-anak yang lain. Akibatnya akan menjadi pribadi yang menghindari interaksi sosial dan menjadi pribadi yang tertutup.

Kebiasaan orang tua membandingkan anak juga berdampak menimbulkan bullying. Misalnya ketika kakaknya pintar sedangkan adik tidak cukup mengimbangi saudaranya, maka akan memunculkan julukan khusus pada dirinya di masyarakat yang negatif. Sehingga anak merasa terintimidasi saat berinteraksi sosial.

Baca Juga  Begini Cara Jadi Ayah Bunda Kekinian
Lalu bagaimana agar orang tua tidak membandingkan anak secara berlebih?

Tipsnya yaitu setelah tanpa sadar membandingkan anak disertai dengan pujian atas pencapaiannya. Contohnya ketika membandingkan dengan sang kakak, “Dahulu kakakmu cepat memahami rumus dan cepat berpikir dalam menghitung, namun adik juga sudah bagus berusaha untuk menghitung sendiri tanpa menggunakan alat bantu hitung, tetap rutin latihan menghitung ya agar menghitungnya lancar”.  Pernyataan tersebut terdapat unsusr membandingkan, namun di sisi lain terdapat apresiasi atas pencapaian anak. Sehingga maksud dari membandingkan dapat tersampaikan dengan emosi yang positif.

Orang tua dapat menahan diri untuk tidak membandingkan anaknya walaupun membandingkan adalah sifat alamiah. Selalu berpikir kalau setiap anak itu memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Alangkah lebih baik bila memberikan apresiasi berupa pujian agar terus semangat dalam berkembang, contohnya “Wah adik sudah bisa lancar membaca, ibu bangga deh”. Dengan adanya pujian akam terus mendorong anak berusaha menjadi lebih baik dalam perkembangannya.

Bagaimana menanggapi orang lain yang memberi perbandingan negatif terhadap anak?

Saat berinteraksi sosial terkadang kerabat atau tetangga memberikan komentar negatif terhadap anak kita, kebiasaan membandingkan muncul kembali. Jika komentarnya sudah mulai membuat kesal, maka bisa keluar dari kerumunan terlebih dahulu lalu menyibukkan diri. Tetap menanggapi komentar dengan senyuman. Namun dari komentar tersebut bisa menjadi bahan introspeksi atau untuk mengoreksi diri bagi orang tua. Sehingga komentar tersebut bisa memperbaiki cara mengasuh atau mendidik anak agar bisa menjadi lebih baik lagi kedepannya.

Bagikan
Post a Comment