f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
wanita berpendidikan

Bagaimana Jadinya Suatu Negara Tanpa Wanita Berpendidikan?

Membiarkan wanita buta akan pendidikan adalah pemikiran kolot. Ironisnya, perempuan Afghnistan tengah menjadi korban dari kelompok yang masih berpikiran kolot tersebut. Baru-baru ini, rezim Taliban yang menguasai Afghanistan membuat suatu kebijakan yang tidak masuk akal dan berhasil membuat dunia internasional tercengang.

Nida Mohammad Nadim, salah satu petinggi Taliban yang menjabat sebagai Menteri Pendidikan Afghanistan mengatakan bahwa perempuan tidak lagi diperbolehkan mengenyam pendidikan di bangku perkuliahan. Keputusan ini tentu memarginalkan kaum perempuan, mengikis hak-hak hidupnya, dan menghancurkan harap serta cita yang selama ini mereka bangun.

Alasan di balik keputusannya pun tidak begitu serius. Menurut Nida Mohammad Nadim, jilbab dan pakaian yang mahasiswi kenakan tidak benar-benar mencerminkan nilai-nilai Islam. Apapun niatan yang ia miliki, namun melarang wanita mengenyam pendidikan hanya karena alasan tersebut bukanlah keputusan solutif dan sama sekali tidak mengindahkan ajaran Islam.

Membiarkan wanita buta akan pendidikan sama saja dengan mendukung kemunduran peradaban suatu bangsa. Mengapa demikian? Karena faktanya peran dan kontribusi wanita dalam membangun kesejahteraan sosial tak bisa kita abaikan. Profesi tenaga kesehatan contohnya. Tercatat oleh UNICEF bahwasanya sebanyak 70% tenaga kesehatan adalah perempuan. Lebih lanjut UNICEF mengatakan bahwa para tenaga medis perempuan itulah yang menjadi garda terdepan dalam menangani pandemi Covid-19.

Bayangkan jika sebanyak 70% tenaga medis potensial itu tidak mendapat akses pendidikan. Bagaimana negara menghadapi pemulihan para pasien Covid-19? Ketergantungan suatu negara terhadap tenaga medis perempuan benar adanya dan ini terbukti bahkan di Negara Afghanistan sekalipun.

Salah seorang tenaga medis perempuan di Afghanistan bernama Mahera bercerita kepada BBC.com tentang bagaimana wanita Afghanistan mendapat perlakuan semenjak Taliban berkuasa. Karirnya sebagai sebagai dokter spesialis kebidanan dan genokologi diberhentikan ketika Taliban berhasil menduduki Afganistan. Tetapi setelah seminggu berkuasa, pihak rumah sakit menelfon Mahera untuk kembali bekerja. Peristiwa yang menimpa Mahera menjadi bukti bahwa kehadiran wanita sebagai tenaga medis tak bisa diremehkan. Apalagi Afghanistan termasuk salah satu negara dengan tingkat kematian ibu dan bayi terburuk.

Baca Juga  Pesantren dalam Pusaran New Normal

Tidak hanya posisi  tenaga medis, wanita pun memiliki peran penting sebagai pendidik. Mari kita ambil presentase jumlah guru wanita di salah satu negara adidaya dan berpengaruh di dunia, yaitu Amerika. Menurut National Center for Education Statistics (NCES) Amerika Serikat, sebanyak 76%  guru sekolah umum maupun privat adalah wanita.

Hal ini mengindikasikan bahwa wanita memiliki pengaruh besar terhadap tumbuh kembang dan proses belajar-mengajar generasi muda Amerika. Maka dari itu, sudah pasti salah kaprah jika perempuan tidak mendapat akses pendidikan, sedangkan perempuan itu sendiri yang banyak berkontribusi dalam dunia pendidikan.

Peran perempuanpun tidak kalah penting dalam ranah bisnis dan ekonomi. Sebuah penelitian Catalyst dengan judul The Bottom Line: Connecting Corporate Performance and Gender Diversity mengatakan bahwa apabila wanita memimpin jabatan-jabatan penting dalam ranah bisnis, maka akan mengalami prospek finansial lebih baik.

Pernyataan ini tentu tidak bermaksud untuk merendahkan kemampuan ataupun potensi laki-laki dalam hal bisnis, melainkan memberikan penegasan terhadap potensi wanita dalam berkarir dan mengenyam pendidikan dalam dunia bisnis.

Kemampuan wanita dalam berbisnis juga sangat berperan dalam meningkatkan perekonomian Negara, melalui usaha makro maupun mikro. Wanita Indonesia misalnya, sebanyak 50% membantu membangun perekonomian Negara dengan menjalankan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Hingga saat ini, kehadiran UMKM menyumbang sebanyak 61% PDB.

Terlepas dari berbagai posisi wanita dalam suatu profesi, peran wanita sebagai ibu juga sangatlah fundamental dan tidak bisa diabaikan. Ada ungkapan terkenal untuk menggambarkan pentingnya peran tersebut: “If you educate a men, you educate one person. If you educate a women, you educate a nation”. Kurang lebih artinya seperti ini, “Mendidik seorang pria, sama dengan mendidik satu orang. Namun jika mendidik seorang wanita, kamu akan sekaligus mendidik satu bangsa”. Mengapa demikian? Karena seorang ibu berpendidikan akan melahirkan generasi penerus yang berpendidikan pula.

Baca Juga  Keterlibatan Orang Tua dalam Menjaga Kesehatan Mental Anak

Generasi berpendidikan inilah yang tentunya menjadi akan memberi manfaat bagi bangsa. Perlu kita ingat bahwa ibu bersama dengan ayah adalah Madrasah Al-Ulaa atau sekolah pertama bagi anak-anaknya. Jika sekolah didefinisikan sebagai tempat murid mendapat pendidikan, maka sudah pasti guru, dalam hal ini ibunya, haruslah berpendidikan pula.

Pada kesimpulannya, melarang wanita mengenyam pendidikan setinggi-tingginya sangatlah irasional.  Keterbatasannya dalam mengakses pendidikan akan membatasi ruang geraknya dalam melakukan kontribusi bagi bangsa.

Bagikan
Post a Comment