f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
bapak rumah tangga

Bapak Rumah Tangga, Patutkah Disalahkan?

Sebut saja namanya Riri, dia ku kenal tiga tahun yang lalu saat kepindahanku ke kantor yang baru ini. Riri adalah wanita kesekian yang berhasil merubah cara pandangku tentang rumah tangga yang ideal. Ya, Riri adalah contoh wanita yang legowo membanting tulang sebagai pencari nafkah utama dalam rumah tangganya.

Dulu semasa kecilku, potret rumah tangga ideal yang ada dalam benakku sangat dipengaruhi oleh keadaan dalam rumah tangga kedua orang tuaku; juga keadaan rumah tangga lain yang ada di sekitar lingkunganku.

Saat itu tidak banyak perempuan yang bekerja kantoran; rata-rata profesi mereka adalah sebagai  ibu rumah tangga dengan segudang kesibukan mengurus urusan domestik; yaitu seputar dapur, sumur dan kasur.

Jika pun ada yang berperan ganda, mereka hanya sebagai penjual bakulan atau menjadi buruh tani dan buruh cuci; agar bisa mendapatkan tambahan pendapatan dalam membiayai rumah tangganya.

Intinya dalam pandanganku saat itu, bahwa rumah tangga yang ideal adalah rumah tangga yang dibangun dengan kesepakatan bahwa suami sebagai pencari nafkah keluarga; sedangkan istri bertanggung jawab dalam urusan domestik rumah tangga, sekalipun istri memiliki peran ganda lainnya.

***

Seiring berubahnya zaman dan semakin majunya peradaban, maka berubah pula cara pandang manusia terhadap kehidupan; salah satunya adalah tentang pembagian peran antara  lelaki dan perempuan yang sudah semakin fleksibel.

Pembagian peran tersebut disesuaikan dengan kondisi, kebutuhan dan kesepakatan bersama; bukan lagi pembagian peran yang kaku sesuai aturan turun temurun, di mana perempuan tidak diberi kesempatan untuk berkiprah di luar rumah.

Jika sebelumnya nyaris hanya kaum lelaki yang memiliki kesempatan untuk meraih pendidikan dan jabatan tinggi di dalam pekerjaannya; maka kini kesempatan yang sama telah terbuka pula untuk para perempuan.

Baca Juga  Feby Putri, Penyanyi Cover yang Naik Kelas

Saat ini telah banyak perempuan yang mengenyam pendidikan tinggi; mereka bekerja sebagai tenaga profesional dengan jabatan dan pendapatan yang jauh lebih tinggi dari suaminya.

Terkadang fenomena tersebut menimbulkan masalah dalam rumah tangga, karena selama ini stereotipe lelaki yang maskulin terlanjur menggeneralisasi di masyarakat; menyebabkan lelaki akan merasa rendah diri apabila kedudukan perempuan lebih tinggi secara sosial dan ekonomi.

Kesenjangan sosial dan ekonomi tersebut jika tidak segera disikapi dengan baik, maka tidak menutup kemungkinan akan berdampak pada relasi suami istri; yang ujung-ujungnya  akan menimbulkan kasus KDRT bahkan perceraian.

***

Namun berbeda dengan kisah Riri dan beberapa perempuan lainnya yang menjalani peran sebagai pencari nafkah utama keluarga; mereka dan juga pasangannya mampu menyikapi kondisi yang ada dengan jalan menyepakati peran masing-masing.

Karena istri yang bekerja di kantoran akan membutuhkan waktu yang lebih lama berada di luar rumah, maka otomatis suami yang memiliki banyak waktu luang lah yang akan mengurusi urusan domestik rumah tangga.

Mungkin saja keadaan yang tak biasa tersebut akan memunculkan komentar-komentar miring seperti ini : ihhh mau-maunya ya, suami enak-enakan di rumah, malah istri yang banting tulang bekerja, di mana tuh letak harga diri suami jika istri yang harus menghidupi keluarganya”.

Menurut cerita Riri dan kawan-kawan senasibnya, bahwa suami mereka bukan sama sekali tidak mencari nafkah; hanya saja pendapatan para suami yang berprofesi sebagai ojek motor, petugas keamanan, dan pekerja serabutan; menyebabkan pendapatannya tidak mampu mencukupi kebutuhan rumah tangganya.   

Riri dan juga perempuan-perempuan tersebut tidak pernah berharap  untuk menjalani peran yang tertukar dengan suami masing-masing; namun ketentuan Allah menyebabkan mereka harus legowo menerima keadaan yang terjadi, toh juga rumah tangga mereka tetap berjalan normal seperti rumah tangga lainnya.

Baca Juga  Mamaku Pergi sebelum Aku Tiba (1)

Jika ditinjau dari perspektif Islam sebagai agama yang penulis yakini, maka pembagian peran suami istri dalam rumah tangga telah di atur secara terperinci dalam Al Qur’an. Aturan tersebut dimaksudkan agar tercipta keseimbangan antara hak dan kewajiban masing-masing pihak.

Al-Qur’an menjelaskan, bahwa pada dasarnya kedudukan suami yakni sebagai kepala rumah tangga, pencari nafkah, serta pelindung bagi keluarga; sedangkan peran istri adalah sebagai ibu rumah tangga sekaligus pendidik bagi anak-anaknya.

***

Namun Islam juga menolerir untuk situasi-situasi tertentu, semisal suami sedang tidak mampu menafkahi keluarga atau nafkah yang diberi suami tidak mampu mencukupi kebutuhan rumah tangga; maka istri diperbolehkan bekerja untuk membantu perekonomian keluarga.

Walaupun tujuan istri bekerja untuk membantu menafkahi keluarga, Islam tetap mensyaratkan bahwa sebelum istri bekerja, maka terlebih dahulu harus meminta izin dan restu suami; sebab bagaimanapun keadaan suami, mereka tetaplah seorang imam bagi istri dan anak-anaknya.

Bagi seorang istri yang menafkahi keluarga hendaknya tidak perlu berkecil hati, tidak perlu pusing mendengar komentar-komentar miring orang lain; sebab peran tersebut sangatlah mulia, peran yang menyelamatkan masa depan keluarga.

Allah pun telah berjanji, bahwa bagi istri yang membantu suami dalam menafkahi keluarga akan mendapat dua pahala sekaligus, yaitu pahala silaturahmi dan pahala bersedekah.

Hingga kini memang masih banyak masyarakat yang menganggap bahwa “Bapak Rumah Tangga” adalah lelaki yang tidak punya harga diri, merelakan istri bekerja di luar rumah demi menafkahi keluarganya.

Semestinya kita harus bisa berpendapat secara bijak, karena tidak setiap orang bisa mencapai kondisi ideal seperti yang telah diusahakannya; karena setiap manusia telah memiliki garis tangannya masing-masing.

Lalu, apabila karena keadaan yang terpaksa, yang menjadikan seorang laki-laki sebagai “Bapak.Rumah Tangga”, patutkah kita salahkan?.

Bagikan
Post a Comment