f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
makanan perempuan

Mitos Makanan yang Merugikan Perempuan

Makanan dalam Kultur Sosial Budaya

Bagi sebagian orang, makanan bukan hanya tentang sejumlah panganan yang masuk ke mulut dan kemudian menjadikannya kenyang. Makanan adalah simbol dari kesejahteraan sosial dan ekonomi. Makanan dalam pandangan sosial budaya lebih dari sekadar pemenuhan nutrisi tetapi juga di dalamnya ada unsur kepercayaan, status, dan prestis. Pemilihan makanan, penggunaan bahan makanan, frekuensi, dan jumlah makan berdasarkan pada faktor sosial dan budaya. Seseorang yang berasal dari kelas menengah tentu memiliki referensi makanan yang berbeda dengan seseorang yang berasal dari kelas bawah.

Dalam kajian mengenai pemenuhan pangan, gizi, dan kesehatan masih banyak permasalahan yang berhubungan dengan mitos ataupun larangan. Mitos ini berkaitan juga dengan pembedaan makanan tertentu untuk jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Seperti misalnya, untuk meningkatkan kekuatan tubuh dan keperkasaan, anjuran untuk laki-laki adalah banyak makan sate kambing. Sedangkan perempuan tidak boleh makan timun dalam jumlah banyak karena dianggap dapat mempengaruhi seksualitasnya. Ide ini kemudian menjadikan munculnya pembedaan makanan secara gender. Mitos dan larangan yang berkaitan dengan gender dapat dengan mudah menjumpainya di Indonesia ideologi patriarki yang masih dominan.

Berbagai Mitos Makanan yang Mengelilingi Perempuan

Mitos atau larangan untuk mengonsumsi makanan tertentu dipercaya dapat memberikan pengaruh buruk bagi yang mengonsumsinya. Perempuan menjadi subjek yang mudah percaya pada mitos. Sejak lahir, anak-anak, remaja, hingga dewasa perempuan dikenai mitos-mitos. Banyak mitos yang tidak layak kita percaya karena irasional; tetapi banyak juga di antaranya yang dapat dinalar dan masuk akal.

Sewaktu remaja, saya mendapatkan larangan agar tidak makan kacang ataupun coklat karena dapat membuat wajah berjerawat. Dalam konteks kecantikan, orang-orang di sekeliling saya menganjurkan untuk menghindari makanan tersebut. Apabila saya melanggar larangan tersebut, rasanya saya menjadi orang yang paling bersalah karena membiarkan jerawat muncul di dahi saya. Orang-orang juga meminta saya untuk makan dalam porsi yang lebih sedikit agar tetap bertubuh ramping. Sesuai dengan konstruksi sosial, gadis-gadis perempuan harus selalu tampil cantik dan berkulit mulus.

Baca Juga  Pernikahan Prematur adalah Isu Bersama

Harapan ideal masyarakat ini kemudian membuat perempuan harus menahan diri untuk makan dalam porsi yang banyak atau menjauhkan diri dari makanan kesukaannya, seperti makanan manis, yang katanyat dapat membuat tubuh semakin gemuk. Karena ketakutan akan tubuh yang gemuk pula, akhirnya banyak perempuan yang menghindari makan nasi atau jenis karbohidrat lainnya.

Saya pikir setelah menikah saya akan bebas dari larangan soal makan, ternyata tidak. Saya dilarang terlalu banyak mengkonsumsi nanas supaya rahim saya tidak panas dan dapat mempercepat kehamilan. Terlebih, ketika saya pernah punya pengalaman keguguran, nenek saya melarang saya makan daging kambing. Menurut beliau, orang keguguran sama dengan orang melahirkan, tidak boleh banyak makan daging.  Tentu omongan nenek itu hanya mitos dan medis tidak membuktikanya. Ketika saya keguguran, saya mengeluarkan banyak darah, artinya saya butuh banyak asupan protein dan zat besi untuk menggantikan darah yang keluar.

Perempuan sebagai warga kelas dua seringkali mendapatkan mitos soal makanan. Terutama bagi perempuan hamil. Kaum perempuan menghadapi banyak sekali mitos dan larangan makanan. Waktu hamil saya tidak boleh makan cumi karena bisa membuat bayi tulang belakang bayi menjadi lunak, seperti tubuh cumi. Saya juga tidak boleh makan sate karena nanti anak saya bisa berbau hangus seperti sate yang dibakar. Padahal secara medis, yang penyebabnya adalah apabila pembakaran daging sate yang tidak matang sehingga banyak bakteri yang masuk ke dalam makanan. Informasi tentang tabu makanan bagi perempuan hamil ini biasanya dituturkan dari orang-orang tua dan dipercaya begitu saja tanpa ada pembuktian secara ilmiah.

Mitos terhadap makanan tertentu kepada perempuan itu bisa berakibat fatal bagi perempuan hamil. Perempuan menjadi kurang gizi yang berbahaya bagi kesehatannya dan janin dalam kandungannya. Apabila dicermati kembali, larangan tersebut merupakan bentuk ketakutan akan ancaman dari luar. Lebih lanjut, mitos makanan seperti ini merugikan perempuan karena perempuan tidak mendapatkan zat gizi sesuai kebutuhan.

Baca Juga  Perdamaian Dunia : Perempuan Harus Ambil Peran

Pada perempuan yang menyusui, perempuan mendapat mitos makanan, antara lain larangan makanan pedas atau minum minuman dingin. Makanan pedas dianggap dapat membuat ASI menjadi pedas. Perempuan juga tidak boleh minum minuman dingin karena khawatir bayi menjadi pilek.

Budaya Patriarki dalam Mitos Makanan

Dalam konteks budaya patriarki, laki-laki selalu menjadi anggota yang penting dan mendapatkan prioritas. Laki-laki posisinya sebagai pencari nafkah utama layak mendapatkan makanan yang banyak, dengan gizi yang pantas, dan selalu menjadi yang pertama mendapatkan makanan di piring mereka. Perempuan, yang berada di rumah, meskipun yang membuatkan makan tetapi selalu menjadi pihak yang nomor dua yang mendapat makanan. Seringkali perempuan makan makanan yang berbeda dengan makanan ubtuk kaum laki-laki.

Kebanyakan terjadi di meja makan pada rumah tangga di Indonesia, kita sering mendapati ibu atau seorang istri yang mengalah untuk tidak makan lauk pauk di rumah hanya untuk berbagi makanan dengan suami atau anak. Hampir setiap perempuan selalu mengalah dan mendapatkan makanan sisa dari suami ataupun anaknya. Padahal dalam proses penyediaan makanan di meja, perempuanlah yang berperan lebih banyak.

Pembedaan jenis makanan yang dikonsumsi berdasarkan gender ini mengakibatkan perempuan menjadi pihak yang rentan mengalami kekurangan gizi. Mitos makanan menjadikan perempuan menghindari mengonsumsi banyak jenis makanan untuk pemenuhan gizi. Akibatnya, banyak perempuan mengalami kekurangan gizi yang berbahaya bagi kesehatannya. Banyak perempuan kurang gizi, padahal perempuan punya andil untuk meningkatkan gizi anaknya. Kepercayaan terhadap sejumlah larangan dapat membuat perempuan kekurangan gizi sehingga menghambat pertumbuhan.

Beberapa penjelasan logis masih dapat diterima dalam tabu makanan. Misalkan, makanan tertentu yang dikonsumsi dapat berpotensi menyebabkan alergi, terutama bagi perempuan hamil dan janinnya. Ketika hamil, saya dilarang mengonsumsi cumi atau udang supaya anak yang lahir tidak bungkuk seperti udang. Padahal banyak zat gizi yang diperoleh dalam udang ataupun cumi.

Baca Juga  Tips Mengatur Porsi Makan Saat Diet

Dampak jangka panjang dalam pelarangan makanan ini membuat perempuan dan anak-anak yang lahir dari rahim mereka tidak tumbuh secara optimal. Stunting adalah masalah kesehatan yang rentan timbul jika perempuan masih mendapat mitos makanan. Selain itu, perempuan sendiri juga rentan mengalami anemia defisiensi zat besi karena menstruasi tiap bulan yang dialami perempuan.

Apabila informasi mengenai mitos makanan terus menerus diwariskan kepada perempuan, tentu situasi ini dapat terus memperburuk kondisi gizi perempuan. Perlunya sosialisasi dan pengetahuan yang berpihak bagi perempuan. Salah satunya agar mereka tidak merasa bersalah karena memakan makanan yang katanya dapat membahayakan diri atau anak mereka.

Bagikan
Post a Comment