Site icon Inspirasi Muslimah

Tips Memilih Sahabat ala Imam al-Ghazali

memilih sahabat

Muhammad Amaluddin Al Kirom

Islam adalah agama yang sempurna yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia. Termasuk didalamnya cara berhubungan dengan sesama manusia atau pergaulan dalam Islam.

Sebagai makhluk sosial, kita diwajibkan untuk menjalin hubungan pertemanan dan persahabatan yang baik agar terwujudnya keharmonisan dalam sebuah hubungan dengan sesama.

Namun, tak jarang kita temui bahwa kebanyakan orang salah dalam memilih pertemanan bahkan keliru dalam memilih sahabat. Jika mendapatkan sahabat yang memiliki perilaku hedon, glamor, pergaulan bebas, pengguna narkoba, dsb. maka besar kemungkinan kita akan terkontaminasi. Hal yang demikian bisa berakibat terhadap aspek apapun dalam kehidupan kita, terutama dalam aspek perilaku.

Jika kita berteman dengan orang memiliki perilaku buruk maka, bisa dipastikan kita akan terpengaruh dengan tindakan-tindakan yang amoral. Jika kita berteman dengan orang yang baik tutur katanya dan mulia akhlaknya maka Insyaallah kita akan mendapatkan insight yang positif.

Maka dari itu, perlulah kita memilih-milih sahabat atau dalam bahasa kekiniannya adalah bestie. Karena sahabat tingkatannya di atas pertemanan. Yang mana dia akan selalu menjadi rumah bagi kita. Untuk mengantisipasi kesalahan dalam memilih sahabat, berikut penulis sajikan tips memilih sabahat ala Imam al-Ghazali.

***

Al-Ghazali[1] dalam kitab Bidayatul Hidayah menjelaskan, setidaknya ada lima syarat yang harus dipenuhi jika orang tersebut ingin dijadikan sebagai bestie/sahabat, yaitu:[2]

Pertama, orang yang berakal (cerdas).

Sebab bergaul dengan orang yang bodoh hanya akan mengakibatkan cekcok dan keretakan yang akhirnya bermusuhan. Dia akan menyulitkan engkau sendiri. Sebenarnya musuh yang berakal itu lebih baik dari pada teman yang bodoh.

Kedua, orang yang baik akhlaknya.

Janganlah engkau bersahabat dengan orang yang jelek akhlaknya, yaitu orang yang tidak dapat mengendalikan dirinya ketika marah dan juga tidak dapat menahan kemauan/syahwatnya. Al-Qomah al-Tharidy pernah berpesan kepada putranya;

“Wahai anakku! Apabila engkau hendak menjalin persahabatan dengan seseorang, maka pilihlah orang-orang yang memiliki sifat-sifat sebagai berikut;

1. Dapat menjagamu, apabila engkau berkhidmah kepadanya.
2. Dapat memperbaiki kamu, apabila engkau berteman dengannya.
3. Bisa membantumu, apabila engkau sedang memerlukan bantuan.
4, Selalu membalas kebaikanmu.
5. Menutupi aibmu.
6. Menghargai dan mempercayai ucapanmu.

***

Demikianlah nasihat al-Tharidy kepada putranya. Ali bin Abi Thalib berkata;

“Sahabatmu yang sebenarnya ialah orang yang selalu bersamamu di waktu susah dan senang dan orang yang sanggup mengorbankan diri demi kebaikanmu. Dan orang yang sanggup memecahkan segala urusannya, untuk menolongmu ketika engkau sedang dilanda bencana.”

Ketiga, orang yang saleh.

Janganlah engkau berteman dengan orang yang fasik, yaitu orang yang terus menerus melakukan dosa-dosa besar. Sebab orang-orang yang bertakwa kepada Allah tidak akan melakukan perbuatan maksiat yang berdosa besar secara terus menerus, dan orang yang tidak takut kepada Allah itu tidak dapat dipercaya sepenuhnya, bahkan pendiriannya selalu berubah-ubah menurut keadaan dan kebutuhannya.

Keempat, tidak rakus dengan harta.

Janganlah kamu bersahabat dengan rakus (cinta) kekayaan, sebab persahabatan dengan orang yang cinta dunia merupakan racun yang ganas, karena tabiat manusia selalu ingin meniru dan mengikuti tabiat orang lain, bahkan watak itu dapat menular tanpa disadari. Dengan demikian, bergaul dengan orang yang rakus terhadap harta itu akan menambah cintamu pada harta dan bergaul dengan orang tidak cinta dengan harta juga akan mengurangi kecintaan terhadap harta kekayaan.

Kelima, orang yang jujur.

Janganlah kamu bersahabat dengan orang pendusta, sebab engkau kemungkinan tertipu olehnya dengan kelicinan lidahnya.

***

Setelah kita menemukan lima syarat dalam memilih sahabat, selanjutnya Imam al-Ghazali memberikan pesan kepada kita perihal tata cara bersahabat, agar kita bisa menjadi sahabat yang baik bagi orang lain, begitu pun sebaliknya.

Dalam kitabnya, ada dua puluh tiga cara dalam menjaga hubungan baik persahabatan, di antaranya adalah; segera memberikan bantuan kepada sahabat yang sedang kesulitan tanpa dimintanya terlebih dahulu, menjaga aib sahabat, menutupi kekurangan yang ada pada diri sahabat, selalu menyampaikan pujian baik kepada sahabat, menghindari perdebatan dengan sahabat, mendengarkan dengan baik ketika teman sedang berbicara, memuji kebaikan sahabat, berterima kasih atas perbuatan sahabat, menjaga dan membela kehormatan sahabat, memberi nasihat dengan baik-baik dan bijaksana. Selalu memaafkan kesalahan dan kekhilafan sahabat. Selalu mendoakan yang baik-baik kepada sahabat ketika hidup maupun sudah meninggal dunia, selalu menjalin hubungan baik dengan keluarga sahabat, merasa senang ketika sahabatnya senang, dan pada intinya selalu berbuat baik kepada sahabat agar kita mendapatkan perlakuan yang sama.

Demikianlah lima tips memilih sahabat dan tata cara bersahabat dari sang Hujjatul Islam dalam kitabnya. Semoga bermanfaat.

Referensi:

Imam al-Ghazali, Bidayatul Hidayah, terj. Achmad Sunarno. (Surabaya: Al Miftah), 2013.


[1] Al-Ghazali, nama lengkapnya adalah Imam Abu Hamid Muhammad Al Ghazali yang digelari Hujjatul Islam, seorang ulama yang ahli dalam beberapa bidang keilmuan. Dilahirkan di Thus pada tahun 450 H.

[2] Imam al-Ghazali, Bidayatul Hidayah, Surabaya: Al Miftah, 352.

Bagikan
Exit mobile version