Site icon Inspirasi Muslimah

Tiga Perspektif Kenapa Harus Membantu Palestina

perspektif

Polemik soal donasi kemanusiaan Palestina masih menjadi perbincangan pro kontra di masyarakat; sekaligus berbuah menjadi gerakan amal yang sedang tumbuh bak jamur di musim hujan. Faktor sejarah dan agama adalah alasan penting mengapa banyak masyarakat muslim Indonesia antusias dalam membagi rezeki kepada saudara mereka di Palestina.

Penggalangan dana tak hanya dilakukan oleh lembaga-lembaga filantropi nasional dan Internasional, namun para individu seperti artis dan influencer. Mereka turut meramaikan aksi penggalangan dana melalui platform media sosial mereka masing-masing. Jumlah yang dikumpulkan ternyata tak main-main, dalam hitungan waktu kurang dari satu bulan, jumlahnya menyentuh angka milyaran rupiah.

Indonesia dan Kemanusiaan

Dalam persoalan kemanusiaan, kita patut bersyukur. Karena antusiasme dan rasa empati masyarakat Indonesia terhadap orang-orang yang teraniaya dan membutuhkan pertolongan masih mendapat atensi besar melalui penggalangan dana. Padahal kita semua tahu bahwa kondisi ekonomi dalam negeri belum sepenuhnya pulih akibat hantaman pandemi berkepanjangan.

Fenomena ini kemudian menimbulkan sinisme sebagian masyarakat lain yang kontra terhadap donasi tersebut. Contohnya bisa kita lihat komentar-komentar di media sosial yang memuat isu Palestina.

Sebagian dari mereka berpandangan bahwa masyarakat di dalam negeri masih banyak yang berada dalam kategori miskin yang lebih membutuhkan donasi. Dalam peribahasa populer, sinisme tadi diperlihatkan dengan sindiran, “Semut di seberang lautan kelihatan, gajah di pelupuk mata tidak kelihatan”.

Pertanyaan yang muncul kemudian, apakah haram hukumnya atau dilarangkah membantu orang yang jauh dari tempat tinggal kita, sedangkan orang terdekat kita (keluarga, teman, tetangga) lebih membutuhkan bantuan dan harus diprioritaskan?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, penulis menawarkan tiga perspektif yang mungkin bisa menjadi jawaban seputar polemik yang ada; mengapa donasi atau bantuan dari masyarakat begitu penting bagi saudara kita di Palestina ataupun di negara lain yang kondisinya tidak seberuntung negara kita.

Perspektif Agama

Perspektif pertama adalah perspektif agama (Islam). Dalam surat Al-Baqarah: 215 Allah berfirman, “Mereka bertanya tentang apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah, “Harta apa saja yang kamu infakkan, hendaknya diperuntukkan bagi kedua orang tua, kerabat, anak yatim, orang miskin dan orang yang dalam perjalanan.” Dan kebaikan apa saja yang kamu kerjakan, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui.”

Dalam surat ini memang ada urutan mengenai siapa saja yang berhak untuk dibantu apabila seseorang mendapat rezeki. Mereka adalah kedua orang tua, kerabat, anak yatim, orang miskin, dan orang yang sedang dalam perjalanan. Dalam tafsir Jalalain, secara tegas tertulis bahwa daftar urutan tadi merupakan prioritas mendapat pemberian harta yang diinfakan.

Namun, tidak ada larangan membantu orang-orang di luar orang terdekat kita selama masuk dalam kriteria anak yatim dan orang miskin misalnya. Tapi dalam kasus Palestina, setidaknya perlu juga kita pertimbangkan dimensi urgenitas dalam memandang masalah ini.

Isu Palestina akan muncul jika terjadi bentrok dengan Israel dan tidak setiap saat pula terjadi perang di sana dalam skala besar. Artinya donasi Palestina terjadi sewaktu-waktu dan skala prioritasnya sama dengan wilayah yang terkena bencana alam atau tragedi kemanusiaan lain yang butuh penanganan segera.    

Perspektif Solidaritas Internasional

Salah satu unsur berdirinya suatu negara, adalah pengakuan dari negara lain. Dalam hubungan internasional, solidaritas antar negara dalam berbagai bentuk kerjasama mutlak ada. Terlebih ketika suatu negara mengalami satu krisis karena bencana alam, kemanusiaan atau perang, dukungan dari negara lain mutlak diperlukan.

Wabah bencana Covid-19 misalnya, ketika awal merebak di Tiongkok, Indonesia dan beberapa negara membantu Tiongkok dalam mengatasi wabah. Kita juga masih ingat dengan peristiwa dalam negeri, tenggelamnya kapal KRI Nanggala 402. Bagaimana saat itu negara tetangga dengan tangan terbuka membantu pencarian kapal.

Perwujudan solidaritas Internasional tak hanya oleh Pemerintah ke Pemerintah atau biasa disebut pola G to G. Akan tetapi peran serta masyarakat dalam satu negara dapat membantu menyelesaikan masalah di negara lain. Seperti halnya saat ini di mana masyarakat aktif menggalang donasi untuk Palestina.

Hal itu sangat mungkin, jika masyarakat menggandeng lembaga atau yayasan resmi berbadan hukum yang telah teraudit oleh lembaga auditor yang akuntabel dan terpercaya. Atau, bisa dengan mengirim bantuan via Duta Besar negara yang terdampak bencana.

Khusus bagi Palestina, sejarah mencatat Palestina adalah negara pertama yang mengakui dan mendukung kemerdekaan Indonesia. Tak terbayangkan, jika saat ini kita menikmati kemerdekaan tetapi di saat yang sama kita tidak menolong negara yang sudah menolong kita. Oleh karena itu, faktor sejarah tidak terpisahkan dan sangat melekat, membekas di hati masyarakat Indonesia, khusunya umat Islam.

Perspektif Kemanusiaan

Tak dapat kita pungkiri sebagai makhluk sosial, naluri manusia saling tolong-menolong, saling membutuhkan, dan saling melengkapi. Adalah satu reaksi yang normal jika manusia merasa sedih dan ingin membantu jika terdapat satu bencana di wilayah tertentu. Terlebih Indonesia yang memiliki pengalaman bencana alam yang cukup panjang, dan selama itu pula bantuan tak pernah berhenti mengalir dari masyarakat.

Melalui tulisan ini, penulis mengajak agar masyarakat menjaga tradisi baik ini, tak perlu ragu untuk membantu saudara kita yang berada di tempat yang berbeda geografis. Karena sejatinya, jarak tak bisa menghalangi empati manusia. Masyarakat juga tak perlu antipati terhadap mereka yang berdonasi untuk Palestina atau negara lain yang membutuhkan bantuan.

Sebagai penutup baiknya kita resapi dan renungi statement dari Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nasir, mengenai pro kontra terhadap gerakan amal ini.

“Mendukung Palestina bagi bangsa Indonesia sebenarnya normal. Bukan sesuatu yang luar biasa. Kaum muslim Indonesia yang mengumpulkan dana juga proporsional. Tidak melupakan nasib sebangsa di dalam negeri.”

Bagikan
Exit mobile version