Site icon Inspirasi Muslimah

Tafsir Ekologi dalam Al-Qur’an

ekologi

Bumi adalah planet yang kita tinggali saat ini. Bumi juga merupakan nikmat dari Allah yang dititipkan pada hambanya yang mulia dan harus dijaga. Hingga saat ini belum ada lagi tempat yang layak untuk manusia huni selain di bumi. Untuk itu, menjaga alam tempat kita tinggal adalah kewajiban sekaligus  kebutuhan bagi seluruh makhluk yang tinggal di dalamnya.

Namun, sering kali kita lupa untuk menjaga bumi tempat kita tinggal ini. Dengan cara menebang pohon, membuang sampah sembarangan, membangun pusat industri yang malah berefek buruk pada kehidupan, hingga ke penggunaan bahan-bahan yang merusak hekosistem.

Dampak akibat hal tersebut adalah dalam bentuk krisis iklim; yang memicu terjadinya ribuan hektar hutan terbakar, tenggelamnya pulau-pulau kecil dan semakin banyaknya wilayah pesisir yang terkena abrasi. Dalam hal pertanian, musim tanam dan panen akan terganggu, akibatnya kedaulatan pangan akan dipertaruhkan.

Krisis iklim juga menyebabkan cuaca  dan suhu yang ekstrem dan sulit ditebak. seperti hujan yang terjadi terus-menerus akan menyebabkan banjir di sebuah daerah yang tidak mempunyai drainase yang memadai. Di sisi lain terdapat wilayah yang sumber air, ladang, dan sawahnya mengering akibat kemarau yang berkepanjangan, ditambah cuaca ekstrim yang disebabkan panasnya terik matahari dapat membakar kulit manusia. Hal tersebut menjadi tantangan nyata yang dihadapi oleh semua makhluk di muka bumi. Akibat pilihan gaya hidup manusia yang ekspolitatif dan tidak ramah lingkungan.

Ekologi dan Tanggung Jawab Manusia

Dalam ajaran islam, adanya tumbuhan, hewan,  dan alam semesta semuanya itu Allah ciptakan untuk keseimbangan hidup manusia. Hal itu menunjukkan bahwa alam memiliki posisi dan nilai tersendiri, sekaligus menjadi bukti bentuk keagungan Allah Swt. pada makhluknya. Oleh karenanya alam sering disebut ayat kauniyyah.

Untuk itu, sebagai seorang muslim sudah seharusnya kita membaca dan memahami kembali makna ayat-ayat di dalam Al-Qur’an yang berkaitan dengan lingkungan, agar kita terus berpikir tentang segala hal yang sudah kita perbuat pada alam . Apakah kita sudah menjaga lingkungan dengan baik atau malah sebaliknya? Tentu, ada banyak peringatan Allah SWT di dalam Al-Qur’an agar manusia tidak berbuat kerusakan dan selalu peduli lingkungan.

Di antara banyaknya dalil dari Al-qur’an dan hadis yang menerangkan akan pentingnya memelihara lingkungan hidup dan larangan berbuat kerusakan padanya; berikut ini ayat yang masyhur kita dengar tentang kerusakan lingkungan hidup ;

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِى النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِى عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

Artinya : “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” QS. Ar-Rum 30: Ayat 41

Allah Swt menyebutkan dalam ayat diatas bahwa kerusakan di muka bumi adalah karena perbuatan manusia. Di samping itu Allah juga memerintahkan manusia agar senantiasa merenung, bertafakur, tentang kejadian alam sekitar dan mempelajari sejarah masa lalu; agar kita bisa mengambil pelajaran dan hikmah bagaimana peradaban umat terdahulu rusak karena ulahnya sendiri.

Makna fasad di dalam ayat ini, adalah sebuah kerusakan, bisa dalam dalam bentuk kehilangan hutan, pencemaran laut, atau hilangnya fungsi sebuah ekosistem yang dibutuhkan untuk kehidupan. Bisa dimaknai juga dalam bentuk hilangnya cara berpikir, matinya akal manusia dalam menghayati keberadaan alam, dan kerusakan gaya hidup manusia yang menjadikan konsumsi sebagai tujuan hidup.

Pentingnya Tafsir Ekologi

Sebagai seorang muslim, banyak hal yang bisa kita lakukan untuk mencegah dan menghentikan dampak krisis iklim dan lingkungan. Di antaranya adalah sebagai berikut :

Pertama, sebagai umat islam, Kita perlu mengembangkan tafsir ekologi. Kenapa demikian? Karena di dalam Al-Qur’an, banyak ditemukan ayat yang menujukkan fakta keseimbangan alam seperti hewan, pohon, air, gunung, dan lain sebagainya. jauh dari itu al-Qur’an secara tegas  memerintahkan kita untuk merenungkan dan berfikir mendalam tentang  keberadaan manusia. dan kejadian di alam semesta yang diciptakan oleh Allah Swt ini.

Tafsir ekologi juga berfungsi sebagai pemahaman seorang muslim terhadap wawasan lingkungan sesuai bangunan ajaran Islam.

Kedua, yang paling utama adalah kita harus memiliki pengetahuan yang luas dan mendalam terhadap persoalan ini, juga diiringi aksi nyata di kehidupan  masyarakat Diantara yaitu menanam pohon dalam jumlah yang banyak.

Hal ini telah juga sesuai dengan perintah  oleh Nabi Muhammad, yaitu: Seandainya jika kiamat akan terjadi, sedangkan di tanganmu ada benih/tunas, jika engkau mampu untuk menanamnya sebelum kiamat itu terjadi, maka tanamlah. Hadis ini memberikan poin penting bagi umat islam untuk menanam pohon walauapun hari kiamat datang.

Lalu yang ketiga, yang harus kita lakukan adalah mendorong isu iklim dan lingkungan hidup menjadi materi khusus di dalam kurikulum pendidikan kita, mulai dari pendidikan dasar hingga perguruan tinggi.

Manjaga Alam adalah Kewajiban Muslim

Dalam jangka panjang, krisis iklim akan menjadi hal yang sangat penting untuk dimasukkan dalam muatan pendidikan  yang terintegrasi, hal juga sebagai upaya pembaharuan kurikulum pendidikan dalam rangka merespon perkembangan isu aktual. Dengan demikian melalui upaya memasukkan isu iklim dalam kurikulum pendidikan adalah sebuah keniscayaan dalam menyelesaikan krisis ekologi.

Dewasa ini isu krisis iklim belum begitu populer dan menjadi perhatian luas umat muslim di Indonesia. Kebanyakkan kita hanya memperbincangkan masalah keagamaan yang tidak ada hubungannya dengan kehidupan lingkungan dan alam.Sudah saatnya isu ini menjadi  pembahasan utama di semua forum yang ada, semacam diskusi publik, webinar, sarasehan, lokakarya, simposiun bahkan dalam majelis taklim, pengajian, dan khutbah Jum’at, sekalipun.

Pada hakikatnya, peduli pada lingkungan, adalah peduli pada kehidupan kita sendiri. Apa yang kita lakukan pada alam sekita, maka itulah yang akan kita rasakan. Jika manusia terus-terusan berbuat seenaknya pada lingkungan,  ditambah dengan hawa nafsu, tanpa akal dan ilmu pengetahuan akan membuat dirinya terjebak dalam kerusakan alam selamanya.

Allah Swt, Tuhan semesta alam, tidak akan merugi meskipun peradaban bumi kita rusak. Karena Dia-lah yang menguasai dan pemilik segalanya. Untuk itu, sudah seyogyanya kita menjaga kehidupan kita dengan peduli pada lingkungan. Berusaha menjaga keseimbangan hukum-hukum Allah Swt. yang ada alam semesta. Itulah wujud kesyukuran kita dan sebagai hamba Allah yang menggunakan akal pikirannya daripada hawa nafsu semata.

Bagikan
Exit mobile version