Site icon Inspirasi Muslimah

Seperti Apa Hikmah dari Sebuah Tangisan?

dari

Genta Ramadhan

Hidup di dunia ibarat roda yang berputar. Ada saatnya berjaya, ada saatnya juga melarat. Begitu juga terhadap kondisi hati manusia yang terus berbolak-balik. Kadang manusia bisa menjadi sebaik-baik makhluk, namun bisa menjadi hina karena melenceng dari koridor (syariat) Islam.

Tulisan ini berangkat dari temuan (gagasan) cara berpikir penulis tentang hakikat menangis. Sederhananya, menangis ialah ungkapan rasa senang dan sedih yang dialami oleh setiap manusia. Rasa senang bisa dimaknai ketika manusia menemukan sesuatu yang membuat dirinya bahagia. Sementara, rasa sedih bisa diartikan perasaan kehilangan sesuatu yang beharga baginya. Siklus rasa senang dan sedih terus berputar sepanjang sejarah.

Oleh karena itu, tulisan ini bermaksud menguraikan filosofi menangis. Umumnya, manusia menilai seseorang menangis (meneteskan air mata) pasti mengingatkan sesuatu yang berbau kesedihan. Persepsi seperti ini wajar dilontarkan. Namun, menangis itu tidak selalu berbau kesedihan. Bisa saja ungkapan ini mengekspresikan rasa bahagia dan haru yang sulit diungkapkan.

Secara sederhana, menangis ialah tindakan seseorang melepaskan emosinya (senang atau sedih) dengan meneteskan air mata. Menangis ialah ekspresi alami yang dimiliki setiap manusia. Sekalipun berusaha menyegel perasaan, mustahil manusia bisa membendung tangisan mereka sendiri.

***

Kita sering melihat anggapan bahwa wanita lebih sering menangis daripada pria. Anggapan seperti ini benar adanya. Dilansir dari liputan6.com (30/03/2018), ada empat alasan mengapa wanita mudah menangis, antara lain; (1) dominan menggunakan perasaan, (2) cenderung egois, (3) suka memperbesar-besarkan masalah, (4) takut kehilangan. Lantas, bagaimana cara pria memahami tangisan wanita?

Tidak sampai di situ, persepsi menangis menjadi polemik di antara masyarakat. Banyak orang menilai menangis itu tanda lemah mental dan persepsi negatif lainnya. Akan tetapi, tidak sedikit orang beranggapan bahwa menangis ialah fitrah manusia untuk menyeimbangkan kadar emosi dalam dirinya. Semuanya kembali kepada persepsi mereka masing-masing.

Pendek kata, ekspresi menangis saat ini menjadi objek kajian dalam ilmu sains dan sosial. Kajian tersebut bisa menghasilkan jutaan karya yang mencerdaskan masyarakat. Hal itu tidak bisa dipungkiri bahwa sesuatu yang dianggap remeh bisa menjadi bahan penelitian untuk menjadi insan kamil. Ujung-ujungnya ialah manusia semakin bersyukur terhadap nikmat Allah. Sungguh Allah menciptakan sesuatu pasti ada hikmahnya.

Syahdan, penulis memaparkan makna tersirat dari ekspresi menangis. Pemaparan ini menjadi buah pemikiran dan pengamatan penulis tentang menangis. Hingga suatu hari, penulis pernah berkata kepada seseorang yang dipercaya. Perkataan ini ialah “aku ingin melihatmu menangis dan berpelukan sebagai saudara.” Pernyataan ini diucapkan ketika bertemu teman yang sudah akrab.

Jawaban tersebut membuat dia kaget, bertanya-tanya, dan mengganggap perkataan itu aneh. Sejujurnya penulis berniat melihat dia menangis secara langsung. Rasanya tidak mungkin manusia menunjukkan tangisannya di depan publik karena tidak mau dianggap lemah dan malu. Lain cerita ketika bertemu dengan seseorang yang memberikan rasa aman, barulah dia menangis sejadi-jadinya dan berpelukan.

Makna Menangis yang Belum Diketahui oleh Banyak Orang

Pertama, menangis ialah tanda bergantung dengan manusia lain

Kita sering mendengar, manusia ialah zoon politicon (makhluk sosial). Harus diakui bahwa setiap ada kegiatan, pasti melibatkan bantuan orang lain. Misalnya, membuka rekening, mengajar, musyawarah, mengurus KTP, dan seterusnya. Mana ada manusia bisa memikul semuanya.

Contoh sederhana ialah ketika bayi menangis. Pada usia kurang setahun, bayi sering menangis sebagai ekspresi mau makan, buang air, minum, ingin jalan-jalan, dan sebagainya. Oleh karena itu, pasutri harus peka dan jeli memahami kebuituhan sang buah hati itu. Ketika menjadi bayi, manusia cenderung egois karena belum bisa memenuhi kebutuhan dasar dan selalu menekan orang lain agar keinginan tersebut segera dituruti.

Seiring bertambahnya umur, frekuensi manusia menangis akan berkurang. Sebagai gantinya, menangis itu dipakai ketika mendengar kisah orang yang menyentuh hatinya dan mengalami ragam peristiwa yang berkesan dalam hidupnya.

Kedua, menangis ialah ekspresi rasa takut.

Rasa takut wajar dialami oleh setiap manusia. Biasanya ekspresi menangis dan rasa takut menjadi selalu beriringan. Mengapa demikian?

Misalkan, ketika orang mendengar tausiyah dan berdoa mengapa sebagian orang menangis. Sebab, hati mereka diwarnai rasa takut bila dosa mereka tidak diampuni. Boleh jadi amalan mereka ditolak. Oleh karena itu, menangis menjadi senjata meruntuhkan kerasnya hati manusia.

Ketakutan seperti ini diperlukan karena (bisa jadi) ini merupakan hidayah yang Allah berikan kepada hambaNya. Memang urusan hidayah merupakan hak prerogatif Allah Kendati demikian, tidak salahnya manusia harus berusaha menjemput hidayah agar terhindar dari perilaku tercela.

Ketiga, menangis sebagai cara menstabilkan emosi.

Jangan salah, mayoritas pria luluh terhadap wanita karena tangisannya. Ketika melihat wanita menangis, pasti pria merasa kebingungan, melunakkan sikap, dan bersedia memberikan rasa aman kepadanya. Ujung-ujungnya, pria tersebut merasa bersalah dan meminta maaf. Hal ini berlaku ketika berinteraksi dengan siapapun.

Sayangnya, banyak orang gagal memahami arti tangisan seseorang. Alih-alih demikian, mereka gamang bagaimana cara menghubungkan emosi seseorang melalui tangisan. Di sisi lain, penangis pun belum berani membuka diri karena akumulasi trauma yang menimpa dalam batinnya.

Oleh karena itu, menangis merupakan pemantik agar orang mau menurunkan kadar egois dan emosi negatif lainnya. Meskipun tidak sepenuhnya berhasil, setidaknya ekspresi menangis tetap diperlukan ketika bertemu dengan teman yang dikenalinya. Silakan Anda mencoba dan rasakan khasiatnya.

Demikian penjelasan tentang makna tersirat dari tangisan manusia. Intinya, menangis ialah ekspresi emosi manusia yang tidak boleh disegel oleh prasangka buruk. Sepatutnya, kita berusaha memberikan rasa aman kepada penangis agar tercipta hidup yang saling memahami dan berbagi rasa.

Bagikan
Exit mobile version