Site icon Inspirasi Muslimah

Perintah Al-Qur’an yang Dilupakan Warganet: Bertutur Santun

santun

Ramdhan Y

Islam berslogan rohmatan lil ālamīn. Agama damai. Islam agama bijaksana. Islam juga agama santun. Mengajarkan untuk berbuat baik kepada siapapun, bukti tersebut bukan hanya pada kepedulian terhadap orang lain berupa tindakan fisik, tapi juga secara verbal yaitu yang tampak dari bagaimana cara bertutur santun kepada orang lain.

Dengan kebebasan berekpresi banyak warganet melupakan adanya perintah al-Qur’an untuk bertutur santun kepada sesama warganet.

Bertutur santun bukan tanpa anjuran, tentu saja ada anjurannya dalam al-Qur’an. Lantas seperti apa ayatnya? Mari kita simak penjelasan berikut.

Perintah Bertutur Santun Dalam Al-Qur’an

Anjuran bertutur santu ada pada penggalan ayat berikut:

وَقُولُوا لِلنَّاسِ حُسْنًا

Artinya: serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia”. (QS al-Baqarah [2]: 83)

Quraish Shibab menjelaskan bahwa ayat di atas adalah perintah bagi semua orang untuk mengucapkan yang baik, karena dengan bertutur yang santun akan terjalin keharmonisan dalam hubungan. Apalagi bila kita sadari bahwa al-Qur’an memerintahkan manusia untuk berucap yang benar.

Apabila suatu ucapan santun dan benar, maka ini menunjukan ketulusan dan kejujuran. Sehingga apabila ucapan itu pun merupakan kebenaran yang pahit, namun karena disampaikan dengan santun dan bijaksana, maka diharapkan pesan tersebut akan diterima dengan baik pula oleh pendengarnya. (Tafsir al-Misbah [1]:249)

Bertutur Santun Bagian Dari Berkata yang Baik

Mari kita rangkum penjelasan para ahli tafsir, agar kita dapat mengambil benang merah, apa saja yang termasuk dalam perkataan yang baik. Di antaranya sebagai berikut:

Imam Thabari menjelaskan bahwa contoh perkataan yang baik adalah memerintahkan orang bersyahadat dengan mengucapkan “Lā ilāha illallah”, selain itu yang dimaksud baik adalah berkata yang ma’ruf dan melarang yang mungkar kepada semua orang (Tafsir Thabari [3]: 194)

Wahbah Zuhaili menjelaskan bahwa perkataan yang baik itu juga dengan sifat fleksibel baik itu dalam amar makruf maupun nahi mungkar. Sebab ucapan yang baik punya efek dalam jiwa, dengan demikian akan tercipta solidaritas etika atau akhlak di antara sesama manusia.  (Tafsir al-Munir[1]:169)

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Ibnu Katsir beliau mengutip pendapat Hasan al-Bashari mengenai ayat di atas: “Termasuk ucapan yang baik adalah menyuruh berbuat baik, mencegah berbuat mungkar, bersabar, suka memberi maaf, serta berkata kepada manusia dengan ucapan yang baik.” (Tafsir Ibnu Katsir [1]: 174).

***

Menurut Buya Yahya, bertutur santu di antaranya, memberi nasihat dan pengajaran. Menyuruh berbuat baik, melarang berbuat munkar, menegur mana yang salah, jangan kita hiraukan saja, namun tegurlah dengan sopan. Yang berilmu mengajarkan yang tidak tahu yang belum tau bertanya pada yang berilmu. (Tafsir al-Azhar [1]: 125)

Asy-Syaukani menjelaskan bahwa terdapat perintah kepada semua orang untuk berkata yang baik, yaitu yang baik secara syar’i. Pendapat lain mengatakan, bahwa itu adalah kalimat tauhid. Selain itu, perkataan yang baik itu adalah perkataan yang jujur. (Terjemah Fathul Qadir [1]: 734)

Al-Baghawy menjelaskan bahwa berkata yang baik itu yang mengandung kebenaran dan kejujuran, apalagi jika kaitannya dengan Nabi Muhammad SAW. Harus menjawab bahwa semua yang Nabi SAW katakan adalah kebenaran dan itu jujur. (Tafsir al-Baghawi [1]:117)

Imam Qurthubi mengutip pendapat Abul Aliah bahwa semua orang mendapat anjuran memilki budi pekerti yang luhur. Oleh sebab itu maka ucapan seseorang harus dengan lembut dan wajahnya harus tetap ceria terhadap siapapun. Baik itu orang yang baik seperti ahlu sunnah, maupun orang yang jahat, seperti pendusta, atau pembuat bid’ah (Tafsir Qurthubi [2]: 38)

Qurasih Shihab menjelaskan kata حُسْنًا mencakup arti “segala hal yang menggembirakan dan disenangi”. Ucapan yang santun itu ucapan yang mengandung kebenaran, tersampaikan dengan indah, bukan hanya redaksinya saja tapi juga substansinya juga.  (Tafsir al-Misbah [1]:249)

Kepada Siapa Kita Harus Bertutur Santun?

Ar-Rāzī berpendapat bahwa bertutur santun hanya kepada sesama mu’min saja, sedangkan kepada orang kafir atau orang fasik tidak dianjurkan. Meskipun Nabi Musa tetap bertutur santun saat berdebat dengan Fir’aun.

Apapun itu ujaran kebencian, termasuk melaknat bukanlah bagian dari perkataan atau tuturan yang santun, karena perkataan yang baik adalah perkataan yang bermanfaat bagi pendengar.

Dalam perkara dunyawi saja tidak boleh apa lagi untuk masalah ukhrawi, seperti dakwah islam atau dakwah iman, maka haruslah bagi pendakwah bertutur santun. Hal ini juga seperti yang Musa dan Harun lakukan saat mengajak Fir’aun dan pengikutnya.(Tafsir al-Kabir Wa Mafatih al-Ghaibi [5]: 180)

Anjuran Berkata Yang Baik Dalam Hadis

Hadis yang berkaitan dengan anjuran berkata yang baik ada dalam kitab Bukhari Muslim Dan Ahmad. Di mana dalam kitab bukhari memberinya judul menjaga lisan. Berikut adalah hadisnya:

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلَا يُؤْذِ جَارَهُ وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ

Dari Abu Hurairah berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaknya ia berkata baik atau diam, dan barangsiapa beriman kepada Allah dan hari Akhir, janganlah ia menyakiti tetangganya, dan barang siapa beriman kepada Allah dan hari Akhir, hendaknya ia memuliakan tamunya.” (HR Bukhari: 6475, Muslim:47, Ahmad: 16374, 24404)

Ibnu Hajar Al-‘Asqalani menguti pendapat An-Nawawi, nahwa hadis ini mengandung anjuran untuk memelihara lisan. Bagi siapapun yang ingin bertutur kata maka hendak pikirkan dulu. Jika itu mengandung kebaikan, kemaslahatan, maka segera sampaikan, namun jika itu keburukan maka lebih baik menahannya atau diam.

***

Mengapa demikian? Sebab ayat al-Qur’an sudah menjelaskan bahwa bahwa setiap ucapan di dekatnya ada malaikat pengawas yang selalu hadir.

مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ ﴿ق: ١٨﴾

Artinya: “Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.QS. Qāf [50]:18.

Semua malaikat mencatat segala sesuatu jika itu perkataan yang baik akan dicatat sebagai kebaikan, sebaliknya jika perkataan yang buruk akan tercatat sebagai keburukan. Maka dari itu penting menjaga lisan kita. (Fathul Bari [3]: 268)

Simpulan

Dari penjelasan di atas, telah jelas, bahwa kepada manusia harus berkata yang baik, yang santun, dengan kesopanan dan lemah lembut. Hal ini dapat memikat pendengar.  

Kebalikan dari penjelasan di atas adalah larangan berkata yang buruk, ujaran kebencian, makian, cacian, umpatan dan lain sebagainya, yang dapat merusak persahabatan dan persaudaraan.

Demikian sajian singkat diatas, Meskipun singkat semoga bermanfaat.

Bagikan
Exit mobile version