Site icon Inspirasi Muslimah

Peran Perempuan dalam Perekonomian (1)

peran perempuan

Saat ini di beberapa negara masih banyak yang melarang perempuan untuk bekerja dan mendapatkan penghasilan. Banyak hambatan yang dihadapi perempuan untuk menjadi mandiri dan percaya diri. Kemudian, perempuan disebut memiliki ‘batas waktu’ untuk bekerja. Sebenarnya ini bukan hambatan bagi perempuan yang bekerja, hanya saja dibutuhkan dukungan dan kebijakan yang bisa membantu perempuan agar lebih baik. Sehingga pada beberapa kesempatan menghilangkan esensi peran perempuan, khususnya dalam peradaban perekonomian.

Managing Director IMF Christine Lagarde menyampaikan, saat ini di dunia masih kental dengan patriarki. Padahal perempuan juga memiliki hak yang sama untuk bekerja di luar rumah. “Banyak di dunia perempuan itu didiskriminasi, misalnya tidak dapat warisan karena yang dapat harus laki-laki. Dilarang bekerja, padahal itu hak sebagai perempuan,” imbuh dia.

Christine Lagarde mencontohkan betapa perempuan masih dinomor duakan seperti di Jepang beberapa tahun lalu. Tenis adalah sebuah cabang olahraga yang dipandang sebelah mata, namun hingga akhirnya ada petenis perempuan asal Jepang yang memenangkan kejuaraan US Open dan akhirnya tenis menjadi olahraga yang bernilai tinggi. Selain itu, kendala kesempatan yang sama (kesetaraan) dalam bidang ekonomi yang dihadapi perempuan adalah kebanyakan perempuan tidak bisa mengakses modal.

Selanjutnya, banyak perempuan tidak memiliki aset atas nama dirinya seperti rumah, tanah atau mendirikan perusahaan. Itu dari sisi legal barrier atau hambatan dari segi hukum. Selain itu, akses modal juga perlu kapasitas seperti education, skill dan leadership. Masalah lainnya yaitu mayoritas di Indonesia, perempuan banyak bekerja di sektor informal serta banyak perempuan dengan kemampuan yang sama dengan laki-laki tetapi digaji lebih rendah.

Tantangan Perempuan

Di segala penjuru bidang kita butuh peran perempuan, sebagai pemimpin masyarakat, akademisi, advokasi, peneliti, dan sebagainya. Saat ini keterlibatan perempuan dalam industri tersebut masih jarang. Padahal, jumlah mahasiswa perempuan yang menggeluti bidang industri, teknisi dan peneliti masih kurang.

Tantangan lainnya, ada gap yang serius dalam kondisi ketika seorang perempuan bekerja lalu menemui siklus melahirkan dan perlu kembali bekerja lagi. Dukungan pemerintah sangat diperlukan dalam mengatasi hal ini. Supporting system seperti tempat menyusui sangat dibutuhkan. Di negara berkembang, biasanya supporting system-nya sangat baik. Misalnya memberikan enam bulan cuti bagi ibu melahirkan, menyediakan ruang menyusui, dan lainnya.

Dengan demikian, masyarakat secara bersama-sama mampu membelokkan stereotype tersebut dan mendukung perempuan untuk berkarya di dunia STEM. Riset menemukan bahwa, baik perempuan maupun laki-laki memiliki keinginan yang sama untuk menggapai puncak karir. Beberapa perusahaan atau dunia kerja perlu menginisiasi empat pilar kesetaraan gender untuk mendukung peran perempuan dalam perekonomian, yakni. “Kebijakan yang pro-perempuan, kesempatan yang sama untuk perempuan, membantu meningkatkan kemampuan perempuan, dan menyediakan lingkungan kerja yang mendukung bagi peran perempuan”.

Keseimbangan Laki-Laki dan Perempuan

Di bidang kesehatan, Pemerintah memiliki Jaminan Kesehatan Universal (Universal Health Coverage) untuk mengurangi angka kematian ibu dan bayi serta BPJS. Selain itu, program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) agar anak laki-laki dan perempuan memiliki kesempatan yang sama untuk bermain dan belajar sesuai usianya. Pemerintah juga berusaha mengatasi masalah stunting atau kurang gizi.

Di bidang politik, agar perempuan lebih berpartisipasi aktif hingga 30% kuota di parlemen juga bisa terpenuhi dan dapat menganalisis isu dengan baik berdasarkan data, fakta yang rasional tidak sekedar karena faktor emosional dalam memilih Presiden dan wakil rakyat. Yang terakhir political empowerment. Saya berharap partisipasi perempuan makin tinggi. Melek terhadap isu, membaca data jangan hanya lewat WA grup, membuat pilihan berdasarkan fakta, rasional karena politik adalah power untuk government. 

Kemudian, masyarakat untuk menanamkan kesetaraan gender sejak dini dengan bersikap gender neutral. Selain itu, juga membiasakan memberi gestur yang setara kepada perempuan. “Tanamkan sejak dini gender neutral, beri anak (laki-laki dan perempuan) kesempatan yang sama. Anda semua punya peranan penting. Apapun posisi Anda, gunakan sisi champion, afirmasi dan keadilan terutama gesture laki-laki pada perempuan,” pesannya.

Pada sisi organisasi, kebijakan yang dibuat dengan memperhatikan kesetaraan gender dapat memberikan kontribusi dan perspektif yang menyeluruh terhadap sebuah masalah. “Poinnya kalau organisasi diisi hanya satu jenis makhluk maka dia akan kehilangan pandangan dan kontribusinya dari makhluk lainnya sehingga policynya tidak menyeluruh. Kalau lebih diversify maka perspektifnya akan lebih menyeluruh. Oleh karena itu, public policy harus selalu responsif. Laki perempuan seperti sepatu. Kalau haknya tidak sama tinggi, jalannya tidak enak,” pungkasnya.

Peluang Perempuan

Perempuan yang diberdayakan kemampuannya dapat membuka potensi bisnis kreatif yang dapat meningkatkan kesejahteraan keluarganya serta berkontribusi kepada ekonomi negara. Peran perempuan dalam partisipasi di posisi strategis dapat memberikan kepemimpinan yang menghasilkan tenaga kerja yang lebih produktif serta pertumbuhan dalam perusahaan.

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan pemberdayaan perempuan penting bagi perekonomian sebuah negara. “Kesetaraan gender tidak hanya penting dari sisi moralitas, keadilan, tetapi juga sangat penting dan relevan dari sisi ekonomi,” tuturnya. Ia mengutip lembaga konsultan Internasional McKinsey. Apabila suatu negara tidak menciptakan lingkungan yang setara seperti kesetaraan gender maka 12 triliun USD ekonomi akan hilang atau kira-kira 16,5% dari total ekonomi global setara 8 kali ekonomi Indonesia. 

Kesetaraan gender yang ia tekankan adalah kesempatan yang sama bagi gender laki-laki dan perempuan dalam hal partisipasi ekonomi, kesetaraan akses pendidikan, kesehatan serta political empowerment. “Tantangan kesejahteraan gender diukur dari gender gap. Indonesia berada di rangking 93. Indikator gender gap ada empat, yaitu pertama partisipasi ekonomi, kedua kesetaraan dan pencapaian pendidikan, ketiga kesehatan serta survivability dan keempat political empowerment atau pemberdayaan politik,” paparnya. Hal ini disampaikannya dalam acara Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Kementerian Pembangunan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kementerian PPPA) 2019 dengan tema “Kesetaraan Gender dalam Memperkuat Perekonomian sebuah Bangsa”.

Kabar Baik untuk Perempuan

Ada kabar baik bagi kaum perempuan. Laporan terbaru Forum Ekonomi Dunia (WEF) bertajuk Global Gender Gap Index Report 2020 atau Indeks Kesenjangan Gender Global 2020. Menyebutkan ada peningkatan cukup siginifikan keterlibatan perempuan dalam partisipasi ekonomi dan kesempatan berusaha di Indonesia.

WEF menilai hingga saat ini memang masih ada kesenjangan cukup tinggi antara laki-laki dan perempuan di bidang ekonomi. Meski begitu, dikutip Kompas.com, telah terjadi perbaikan cukup signifikan sejak 2006. Pada tahun ini, posisi Indonesia dalam hal keterlibatan perempuan di sektor ekonomi dan kesempatan berusaha naik 28 peringat dibandingkan peringkat tahun lalu. Disebutkan, Indonesia telah menutup hingga 68,5 persen dari kesenjangan dalam hal partisipasi dan kesempatan ekonomi.

WEF menyatakan kalau kenaikan peringkat Indonesia ialah salah satu yang paling signifikan secara global. Peringkat Indonesia naik drastis terutama didukung lonjakan jumlah perempuan yang memegang peran-peran penting dan posisi atas di bidang kepemimpinan (55 persen). Selain itu, Indonesia juga menjadi salah satu dari enam negara di dunia, dimana peran-peran pemimpin atau posisi tinggi di dalam sebuah jabatan mayoritas di pegang oleh perempuan.  (Editor : Laeli)

Bersambung …

Bagikan
Exit mobile version