Site icon Inspirasi Muslimah

Peran Keluarga dalam Menyuarakan Aktif Kontra Radikalisasi

radikalisasi perempuan

Beberapa tahun terakhir ini terdapat peran pergeseran perempuan dalam aksi jihad terorisme. Mengutip dari kompas.com keterlibatan perempuan dalam pusaran terorisme semakin jelas. Peran yang mulanya invisble rules beralih menjadi visible rules. Data juga menyebutkan jumlah tahanan perempuan terkait aksi terorisme pada tahun 2001-2020 telah mencapai 39 orang di seluruh Indonesia. Hal tersebut telah menjadi warning bagi perempuan supaya lebih berhati-hati dalam memasukkan ideologi pemikiran.

Salah satu alasan alur keterlibatan perempuan menuju terorisme adalah terbukanya kognisi yang awalnya dari krisis personal menjadi kesalehan; dengan ini dapat dikatakan sebagai bentuk hijrah dengan merasa muslim yang terlahir kembali. Sebagai sosok perempuan, tentunya harus cerdas memfilter pemahaman yang tidak memanusiakan manusia. Aksi pengeboman dengan mengatasnamakan jihad merupakan pemikiran yang mlenceng. Dalam agama manapun termasuk Islam, telah melarang keras segala bentuk kekerasan terhadap manusia.

Peran Perempuan dalam Keluarga

Perempuan adalah agen garda terdepan dalam membangun generasi penerus bangsa. Dengan demikian, peran perempuan terhadap keluarga menjadi faktor penting dalam menerobos alur pemikiran ekstremisme. Biasanya kelompok ekstrem menjadikan generasi muda sebagai target dalam mempengaruhi pemahaman pro-radikal. Kerena pada dasarnya masa muda merupakan masa di mana self control belum matang, sehingga mudah menerima tantangan dan terpengaruh.

Fungsi perempuan dalam keluarga salah satunya adalah menjadi madrasatul ula terhadap anak-anaknya. Hal ini bisa dikatakan bahwa sejatinya perempuan telah menjadi embrio dalam keluarga. Sehingga mengawasi, memprotek anak-anaknya terkait pertemanan dan lingkungan merupakan bentuk keharusan. Lingkungan dapat mempengaruhi bentuk pola pikir seseorang, dengan begitu harus memilih terhubung jejaring sosial anti kekerasan. Peran perempuan terutama ibu terhadap keluarga tidak dapat dipisahkan.

Kemampuan berfikir kritis dan terbuka tentunya menjadi faktor penting dalam menanggulangi anti kekerasan. Posisi perempuan dalam membangun perdamaian tentunya juga aktif  melakukan upaya rekonsiliasi terhadap keluarga maupun masyarakat. Lebih jauh lagi, masyarakat harus mengakui sosok perempuan sebagai aktor perdamaian, supaya mereka dapat berperan dalam mengaplikasikan aktualiasasi kontra radikalisasi. Sehingga kecapaian dalam mengolah anak-anaknya sesuai dengan harapan bangsa dalam mewujudkan negara yang sejahtera.

Aspek Kesetaraan Gender dalam keluarga

Terlepas dari itu, bentuk kesetaraan gender dalam keluarga juga sangat penting menuju keluarga yang setara. Perempuan yang menjadi madrasah pertama bagi anak-anaknya, seorang suami harus ikut andil bertanggungjawab dalam mengurus dan mempelihara keluarga. Termasuk terus mengontrol ideologi dalam keluarga. Khawatirnya apabila terjadi timpang tindih antara suami dan istri, maka akan terdapat dominan penghambaan seorang perempuan kepada laki-laki. Yang mana akan terjadi sikap kewenang-wenangan terhadap perempuan yang ber-imbas jatuhnya mental, sehingga tidak dapat mengasuh anak dengan baik.

Konteks sosial masyarakat perlunya sangat menyadari untuk memasukkan aspek kesetaraan gender dalam bidang pendidikan di semua level. Hal ini tentunya bertujuan untuk menangkal narasi ekstrem yang patriarki dan mengajak narasi pemberdayaan perempuan. Lebih lanjut, apabila dalam keluarga pendidikan telah setara, maka keluarga tersebut akan pandai menelaah tanda-tanda paham radikalisme supaya tidak mudah menganut sana-sini. Singkatnya, laki-laki dalam keluarga harus menyongsong, mendukung, membantu perempuan dalam mendidik anak-anaknya dengan penuh cinta dan kasih.

Relasi laki-laki dan perempuan dalam keluarga harus saling bekerjasama antara satu dengan yang lainnya, demi terwujudnya keluarga ideal. Merongrong, mengimunisasi terhadap paham radikalisme adalah bentuk yang harus diimplementasikan. Karena paham tersebut telah mengancam anak muda dan bangsa. Peran orang tua terhadap keluarga terutama anak-anaknya menjadi faktor utama dalam menentukan masa depan dan membangun peradaban dengan baik.

Pendidikan Toleransi dalam Keluarga

Mengaktualisasi sikap toleran dalam keluarga juga berpengaruh besar terhadap dampak yang akan dilakukan kepada masyarakat. Sikap terbaik yang sesuai dengan tuntunan dan adil dalam menempatkan segala sesuatu pada tempatnya. Cara pandang yang toleran mampu membordir dalam melindungi kemaslahatan hidup berbangsa dan bernegara.

Pengaplikasian dalam toleransi juga bukan berarti nimbrung sana-nimbrung sini, akan tetapi bersifat inklusif dalam menerapkan akidah keyakinan , sehingga tidak terjadi kekerasan yang disebabkan perbedaan keyakinan bahkan sampai mengkafir-kafirkan.

Peran keluarga di sini begitu penting dalam memberikan pendidikan toleransi. Sikap yang harus ditanamkan sejak dini tersebut dapat meluruskan jalan yang lurus, supaya tidak terbelok berpengaruh paham-paham kekerasan mengatasnamakan agama dengan iming-iming masuk surga. Indikasinya adalah bentuk pengaplikasian orang tua yang saling menghormati, menghargai masyarakat dengan tetap menunjukkan kasih sayang. Dari tindakan itu, cenderung seorang anak akan memahami betul betapa pentingnya berlaku tindak baik, menyebarkan perdamaian dan cinta dalam menjalani hidup. Hal ini akan berdampak positif salah satunya hidup menjadi tenang dan damai dengan circle persahabatan baik.

Mencegah terjadinya intoleran dapat berpengaruh besar terhadap suatu keluarga. Dengan ini keluarga yang menjadi pemicu utama untuk aktif memberikan pendidikan bagaimana terkait toleransi yang benar; supaya tidak terjadi pemahaman yang salah kaprah. Orang tua baik laki-laki maupun perempuan bersama-sama andil dalam mendidik anak-anaknya dengan benar. Sikap menghargai perbedaan antar sesama manusia dapat menumbuhkan rasa yang indah, sehingga akan menjadikan suatu negara menjadi baldatun thoyyibatun wa robun ghofur.

Dari ungkapan penting di atas, mulai dari pentingnya peran perempuan dalam keluarga, aspek kesetaraan gender yang diterapkan; bahkan sampai memberikan vitamin pendidikan toleransi, penulis berharap cita-cita perdamaian suatu bangsa dapat berkembang menjadi lebih epik. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa keluarga menjadi bagian yang paling mengkerucut dalam menangani kontra radikalisasi, akan tetapi dapat berdampak luas terhadap perdamaian negara.

Penulis : Miftahur Rohmah
Mahasiswa Magister Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Instagram        : @miftahrohmahh

Facebook         : Miftahur Rohmah
Tiktok             : @gabutttplend

Bagikan
Exit mobile version