Site icon Inspirasi Muslimah

Pentingkah Pendidikan Toleransi dalam Keluarga?

toleransi

Wurry Srie

Di sebuah sudut rest area tampak dua buah mobil diparkir berjajar dan sebagian dari penumpangnya turun. Dilihat dari wajah dan postur tubuh yang mirip, kemungkinan sebuah rombongan keluarga yang tengah melakukan perjalanan jauh. Sebagian penumpang yang turun, menuju musala dan sebagian yang lain memilih duduk-duduk di sekitar area parkir.

Benar. Mereka serombongan dari Jakarta akan melanjutkan perjalanan ke area wisata di Jawa Tengah. Pemandangan indah yang kutemui adalah ketika melihat mereka dengan sabarnya menunggu saudaranya yang sedang menunaikan sholat. Kesimpulan sementara yang kuambil, mereka serombongan dengan beda keyakinan.

Melihat itu, aku jadi ingat suatu hari pernah kedatangan tamu dari jauh yang membawa serta keluarga dan sanak familinya. Kebetulan sebagian dari mereka berbeda keyakinan. Ketika tamu-tamuku hendak pamit pulang menjelang waktu asar, justru dari mereka menyarankan kepada saudaranya yang muslim untuk menunda pulang. “Agar tenang di perjalanan, kita mohon diri usai sholat asar,” usul mereka.

Aku benar-benar salut, mereka sangat memperhatikan waktu-waktu ibadah saudaranya yang lain tanpa beban atau sesuatu yang memaksa. Ini terlihat dari sikap, tutur kata dan kemurahan hati mereka saat memberi waktu dan menghormati saudara-saudaranya dalam beribadah. Beda akidah tak mengendorkan eratnya tali persaudaraan di antara mereka. 

Begitu pun anak-anak, ketika saudaranya sedang beribadah, mereka  sudah terbiasa untuk tidak berisik dan anteng selama proses ibadah berlangsung. Seolah sudah ada aturan tak tertulis yang harus mereka patuhi demi kerukunan keluarga. Layaknya anak-anak, usai beribadah mereka pun kembali bercengkerama penuh kegembiraan.

Menyemai Benih-benih Kerukunan yang Pernah Ditanamkan pada Anak

Untuk mencapai suasana seperti di atas saya yakin tidak instan. Ada proses belajar yang telah dilalui dengan penuh kesadaran atas perbedaan yang dihadapi. Bagi anak-anak yang belum memahami dengan jelas perbedaan yang mereka temui sehari-hari, peran orang tua sangatlah penting. Memberi contoh sekaligus memberi informasi yang tepat di saat yang tepat pula sesuai kemampuan anak dalam menyerap informasi yang ada.

Sikap saling menghargai dan menghormati perbedaan antar sesama manusia ini biasa kita sebut dengan istilah toleransi atau tenggang rasa. Tidak hanya perbedaan dalam agama tapi juga perbedaan ras, suku, bahasa dan budaya. Sebagai warga negara Indonesia yang baik, kita perlu belajar mengenal aneka ragam bahasa dan budaya yang ada. Oleh karena itu, agar tak terjadi konflik karena keberagaman, kita dituntut untuk belajar bertoleransi.

Untuk memiliki sikap toleransi di masing-masing anggota keluarga, bisa dimulai dari rumah dengan hal-hal yang kecil terlebih dahulu. Dalam lingkup kecil keluarga, sebagai ibu, anak-anak saya biasakan untuk menghargai sekecil apapun perbedaan yang mereka temui. Menanamkan benih-benih kasih sayang di antara mereka tanpa terpengaruh oleh perbedaan demi terciptanya suasana saling mengasihi.

Contoh ringan misalnya, masalah menu makanan. Jika ternyata ada salah satu anggota keluarga yang tak suka makanan tertentu, sebisa mungkin tidak menyediakan makanan yang tak ia sukai. Bila terpaksa berbeda dalam selera, kita ambil jalan tengah. Sedia macam-macam yang ia suka dalam porsi secukupnya atau sedia menu yang disuka semua orang. Simpel kan?

Contoh lain, ketika ada musyawarah kecil dalam keluarga, usahakan untuk menghormati setiap pendapat yang muncul. Menghargai keputusan akhir yang diambil, tidak ngeyel atau memaksakan kehendak dan berusaha mencegah terjadinya perpecahan akibat adanya perbedaan. Dengan sikap toleransi yang kuat, mustahil melahirkan perasaan menang sendiri.

Menjunjung Tinggi Keluhuran Moral dan Menebar Nilai-nilai Perdamaian

Berinteraksi dengan banyak orang dari berbagai lapisan dan berbagai keyakinan juga sangat penting. Karena tumbuh dan hidup di lingkungan beragam akan menambah pengalaman berharga sekaligus berlatih menerima segala yang tidak sama. Semua itu bertujuan agar hubungan antar masyarakat tetap harmonis dan damai di tengah perbedaan.

Seperti yang terjadi tahun ini, yaitu ketika memasuki Bulan Ramadan 1443 H, ada perbedaan awal dimulainya berpuasa. Tidak sekali ini tapi sudah pernah di beberapa tahun yang lalu. Kendati bagi kaum dewasa mungkin tak ada masalah karena semua berpegang pada pedoman masing-masing. Namun bagi anak-anak tetap harus ada penjelasan agar mereka mengerti.

Latihan-latihan ringan cara bertoleransi yang dibiasakan dari rumah, membentuk karakter tidak kagetan bila menemui bermacam perbedaan di lapangan. Pendidikan toleransi itu sendiri bisa dikatakan berhasil, jika tiap-tiap pribadi mampu memperlakukan orang lain yang berbeda dengan cara yang santun. Juga dengan cara-cara yang mengesankan sehingga tercipta masyarakat yang aman, tenteram dan sejahtera.

Belajar bertoleransi atau bertenggang rasa sedari dini akan lebih memudahkan kita untuk beradaptasi di lingkungan baru yang mungkin lebih heterogen. Dari cara bersikap,  berperilaku santun dan berakhlak mulia sehari-hari, akan terlihat bahwa seseorang memiliki jiwa toleransi atau tidak sama sekali.

Toleransi Membawa Kedamaian dan Keindahan

Allah menciptakan mahluk-Nya tidak sama, tapi dengan aneka ragam kelebihan dan kekurangan agar kita bisa saling mengenal. Dengan pedoman ini, kita diwajibkan untuk mempunyai tenggang rasa terhadap sesama demi kerukunan, kasih sayang  dan perdamaian di dunia.

Hidup di bumi tercinta akan terasa lebih indah, damai dan adem meski bermacam perbedaan terpampang di depan mata. Semua ini akan terwujud jika kita imbangi dengan jiwa toleransi yang tinggi. Bermacam perbedaan tidak untuk diperdebatkan tapi untuk dihargai dan dihormati karena keberagaman ini akan selalu ada di muka bumi. Pendidikan toleransi dalam keluarga sangat penting, karena selama kita hidup dan bertumbuh kembang tidak bisa menghindari adanya perbedaan-perbedaan. Dari perbedaan keyakinan, adat istiadat, perilaku, hobi sampai makanan kesukaan dan lain sebagainya. Perbedaan dalam skala besar atau kecil akan selalu ada baik di dalam keluarga maupun di lingkungan masyarakat luas.

Bagikan
Exit mobile version