Site icon Inspirasi Muslimah

Parade Kuliner Keluarga dalam Hidangan Khas Idul Fitri

kuliner

Butet RSM

Beberapa waktu lalu Bapak Presiden menyebutkan deretan kuliner ikonik dari berbagai daerah yang mungkin membuat mereka yang tidak bisa mudik merasa rindu. Tidak, saya tidak tertarik membicarakan bipang ambawang, buat saya makanan tersebut tidak memiliki kesan sentimentil apapun. Saya justru terhanyut ke memori masa kecil saya, saat mendengar Bapak Presiden menyebutkan kata gudeg Jogja. 

Setiap Lebaran, dalam keluarga besar ibu saya, ada budaya silaturahmi ke keluarga yang lebih tua dalam status kekerabatan. Ini juga budaya di banyak keluarga Indonesia, bukan? Sebagai anak kesembilan, ibu akan mengajak kami sekeluarga mengunjungi keluarga kakak-kakaknya. Perjalanan mengunjungi para budhe dan pakdhe (bibi dan paman), menjadi perjalanan yang selalu saya nantikan setiap tahun. Bukan soal mendapat amplop berisi uang yang berkesan untuk saya. Tapi kerinduan pada masakan-masakan para budhe untuk setiap tamu yang bersilaturahmi. 

Ya, acara silaturahmi kami juga menjelma menjadi sebuah perjalanan kuliner hidangan khas Lebaran. Kami berangkat dengan perut kosong dan pulang dengan perut kekenyangan. Itu pun masih dengan membawa aneka hidangan oleh-oleh dari para budhe untuk dimakan di hari-hari selanjutnya. Salah satu hidangan khas itu adalah gudeg manggar. Gudeg manggar ini seperti gudeg gori (nangka) yang terdapat di berbagai gerai kuliner kota Yogyakarta, namun bahannya ada tambahan manggar (bunga kelapa). 

***

Para kakak dari ibu saya selalu seperti berlomba-lomba memberikan masakan terbaiknya untuk menjadi hidangan dan oleh-oleh. Sementara para tetangga dan kemudian mertua saya juga membagikan gudeg, opor, ketupat dan sambal kreni. Semua itu adalah sajian kuliner khas Lebaran di daerah Yogyakarta dan sekitarnya. Bayangkan betapa banyaknya hidangan khas Lebaran tersaji di meja makan rumah kami setiap tahun. Untuk menghabiskannya, kadang butuh waktu satu minggu. Untungnya, nenek moyang yang hebat penemu resep dari hidangan-hidangan tersebut sudah merancang bahwa hidangan-hidangan tersebut justru semakin nikmat jika sudah menginap dan dipanaskan beberapa kali. 

Jika pada umumnya orang berbelanja ayam dan bahan untuk membuat ketupat. Persiapan keluarga kami menjelang Lebaran hanya dengan berbelanja aneka sayur segar dan buah di pasar. Ya, demi alasan kesehatan, butuh sayur dan buah untuk mengimbangi aneka masakan berbahan santan itu. Dengan aneka hidangan dan jamuan dari para saudara, kami pun turut merayakan Lebaran. Bahkan saya rasa, dengan keluarga besar yang mayoritas beragama Islam, keluarga kami merayakan Lebaran lebih semarak daripada saat kami merayakan Natal. Ya, kami berasal dari keluarga dengan latar belakang agama yang beragam. 

Dalam KBBI, Lebaran adalah hari raya umat Islam yang jatuh pada tanggal 1 Syawal setelah selesai menjalankan ibadah puasa selama sebulan. Hari raya inilah yang terbesar perayaannya dalam keluarga kami. 

***

Meski pandemi telah mengubah kebiasaan silaturahmi nyata kami menjadi rangkaian silaturahmi virtual. Namun kebiasaan berbagi makanan khas dapur masing-masing tetap saja berjalan seperti biasa. Tahun lalu, di meja makan kami masih tersaji gudeg dan aneka hidangan khas dari budhe yang masih mampu memasak meski usianya sudah semakin senja. Bisa saja tahun-tahun berikutnya tak ada lagi gudeg khas keluarga, saat para budhe sudah berpulang ke Rahmatullah kelak. 

Tahun ini, mungkin masih akan sama cara kami bersilaturahmi. Kami akan memulai  silaturahmi virtual dengan ber-video call. Kemudian menanti datangnya kiriman ketupat beserta gudeg manggar, sambal kreni, dan kalau beruntung ada emping serta tape ketan hijau dengan bungkus daun pisang. Budhe adalah seorang yang sudah sepuh (tua) dan tetap bisa merencanakan dan mempersiapkan parade hidangan yang sedemikian banyaknya untuk sanak saudaranya. Akankah di generasi mendatang masih menjadi hal yang umum saat  seseorang bisa melakukan aktivitas masak besar seperti budhe saya hanya untuk dihidangkan di keluarga dan bukan untuk dijual? 

Saya dan banyak ibu di keluarga-keluarga modern lain rasanya sudah enggan meneruskan tradisi masak besar tersebut. Kalau bisa pesan, mengapa harus memasak sendiri? Meski demikian, pikiran romantis tentang masakan khas yang kelak akan dirindukan anak cucu bahkan sanak saudara lain supaya mereka berkunjung di masa tua saya sering hadir dan menggoda. Membuat saya dan banyak ibu lainnya menjadi rajin menyimpan resep dari aplikasi dan unggahan di media sosial. Jika beruntung, resep-resep tadi akan dipraktikkan di dapur sendiri meski akhirnya belum tentu sempurna. Saat  menemukan resep sempurna, resep tersebut kemudian diklaim sebagai resep masakan spesial di rumah, dipraktikkan sesering mungkin hingga tak ingat lagi sumber resep asli. 

***

Tentu saja membeli makanan secara online adalah pilihan terbaik oleh siapa pun saat ini. Keinginan idealis untuk praktik memasak seperti yang saya sebutkan tadi tak begitu saja hadir dalam setiap diri manusia khususnya perempuan. Toh, zaman sudah modern, perempuan sudah tak lagi dinilai menarik jika hanya bisa memasak dengan enak, berpenampilan cantik dan anggun, atau berdiam patuh di rumah. Jadi bercita-cita punya masakan khas mungkin sudah tak lagi menjadi angan-angan sebagian besar perempuan saat ini. 

Saran Bapak Presiden untuk membeli makanan khas daerah lewat jasa pelapak online memang menjadi saran yang relevan dengan kemajuan zaman. Kini pun, untuk menyediakan hidangan jika ada kerabat berkunjung, kita dengan mudahnya bisa memesan secara online kepada siapa pun yang  menyediakan produk kuliner. Kelak, budaya silaturahmi pada generasi selanjutnya pasti akan tetap ada. Hanya saja, bukan tidak mungkin hidangan sajian khas keluarga. Namun sudah bergeser ke hidangan khas penjaja kuliner tertentu yang menjadi favorit keluarga. Toh, tak ada salahnya mengambil peran menjadi konsumen. 

Hari raya Idul Fitri tiba, tak sabar rasanya menanti kiriman hidangan dari budhe saya yang berdasarkan desas-desus di keluarga, sudah mempersiapkan hidangan spesial untuk dikirim-kirim ke adiknya. Selamat menyambut hari raya Idul Fitri. Hari raya umat Islam yang menjadi hari besar pula untuk kami, para keluarga dengan latar belakang agama yang beragam. 

Bagikan
Exit mobile version