Site icon Inspirasi Muslimah

Merenungi Hakikat Ikhtiar dan Doa

ikhtiar

Terkait dengan kewajiban untuk terus memperbaiki kualitas diri melalui berbagai macam ikhtiar; marilah kita pahami ayat Al-Qur’an dalam Surat Ar-Ra’du: 11.  Dalam ayat ini terdapat kalimat yang cukup masyhur dan sering digunakan sebagai ayat motivasi untuk merubah nasib, yakni:

إِنَّ ٱللهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا بِأَنفُسِهِمْ    

Ayat ini memiliki pengertian bahwa Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum atau bangsa dari kenikmatan dan kesejahteraan yang dinikmatinya menjadi binasa dan sengsara, melainkan mereka sendiri yang mengubahnya. 

Doa dan Ikhtiar

Mengenai ayat ini Imam Ath-Thabari dalam tafsirnya menjelaskan bahwa pada dasarnya semua orang itu dalam kebaikan dan kenikmatan. Allah pun tidak akan mengubah kenikmatan-kenikmatan seseorang yang sudah didapatkannya dari lahir; kecuali mereka mengubah kenikmatan tersebut menjadi keburukan yang disebabkan perilakunya sendiri.   Dengan ayat ini, kita tidak boleh berpangku tangan dan pasrah terhadap nasib dan kondisi kita selama hidup di dunia. Kita wajib untuk senantiasa melakukan ikhtiar dan setelah itu bertawakkal atau berserah diri dan berdoa pada Allah, karena Ia lah yang memiliki kekuasaan untuk mengabulkannya.  

Usaha dan doa merupakan sesuatu yang saling berkaitan erat,  doa hanyalah wasilah dari apa yang kita dapatkan. Jadi jangan bertumpu kepada doa saja ataupun usaha saja. Lalu apa manfaat doa yang selalu kita panjatkan dalam rangka mengiringi usaha yang sudah kita lakukan? Allah SWT berfirman Surat Al Mukmin, ayat 60:  

 ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ 

Artinya: “Berdoalah kepada-Ku, Aku akan mengabulkannnya” 

Doa adalah perintah Allah dan ketika kita patuh kepada-Nya, maka itu akan tercatat sebagai sebuah Ibadah. Ketika kita berdoa dengan niatan ibadah maka tiada lain balasannya kecuali pahala. Perkara hasil dari doa, bisa saja berbeda dengan apa yang diharapkan. Kadang dalam doa, kita mengharap A, ternyata Allah menghendaki dan memberikan B. Jadi ketika kita mendapatkan hal yang berbeda dari doa yang kita panjatkan; maka kita haruslah meyakini bahwa hal tersebut merupakan yang terbaik bagi kehidupan kita di dunia. Termasuk, jika kita tidak mendapatkan apa pun yang kita harapkan dari usaha dan doa kita, itu juga merupakan yang terbaik dari Allah subhanahu wata’ala.  

Beriman kepada Malaikat

Kita sebagai umat yang beriman harus menyadari bahwa ada hal ghaib yang mengiringi kehidupan kita di dunia. Ada faktor yang tak kasat mata menjadi penyebab selamatnya kita dalam kehidupan dunia. Dalam QS. Ar-Ra’du: 11 disebutkan: 

 لَهُۥ مُعَقِّبَٰتٌ مِّنۢ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِۦ يَحْفَظُونَهُۥ مِنْ أَمْرِ ٱللَّهِ   

Maknanya: “Baginya (manusia) ada malaikat-malaikat yang selalu menjaganya bergiliran, dari depan dan belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah.” 

Berdasarkan tafsir Kementerian Agama RI, ayat ini menjelaskan bahwa Allah Swt. menugaskan kepada beberapa malaikat untuk selalu mengikuti dan menjaga kita dari berbagai bahaya dan kemudaratan secara bergiliran, baik di depan maupun di belakang kita. Kita juga harus menyadari bahwa ada malaikat yang berada di kanan dan kiri kita bertugas mencatat semua amal perbuatan kita, yang baik ataupun yang buruk, yamg bernama Malaikat Raqib dan Atid. Malaikat-malaikat ini ada yang bertugas menjaga manusia di malam hari, dan ada yang menjaga di siang hari.

Jadi setiap manusia memiliki empat malaikat pada siang hari dan empat malaikat pada malam hari. Mereka datang secara bergiliran. Hal ini diperkuat dalam hadis yang sahih yang diriwayatkan Bukhari dari Abu Hurairah; yang menjelaskan bahwa ada beberapa malaikat yang menjaga kita secara bergiliran di malam hari dan di siang hari. Mereka bertemu untuk mengadakan serah terima pada waktu salat Subuh dan salat Ashar, lalu naiklah malaikat-malaikat yang menjaga di malam hari.

Lalu Allah Taala bertanya: “Bagaimana keadaan hamba-hamba-Ku ketika kamu meninggalkan mereka (di dunia)?”. Malaikat menjawab, “Kami datang kepada mereka ketika shalat dan kami meninggalkan mereka, dan mereka pun sedang shalat.”. Dengan adanya ayat Al-Qur’an dan hadis Nabi tentang hal ghaib berupa pengawasan malaikat pada manusia ini; maka tentunya kita harus senantiasa berikhtiar dengan baik dan menjaga diri dari perbuatan yang tidak sesuai dengan yang digariskan oleh Allah Swt seperti perbuatan maksiat.  

Mengapa Allah Menugaskan Malaikat?

Jika kita hanya berpikir dengan mengunakan logika dan hal yang tampak oleh mata saja, maka kita akan sulit untuk mengimani dan mempercayai adanya malaikat-malaikat yang menjaga kita ini. Namun sebagai umat Islam, mengimani hal-hal ghaib, termasuk adanya malaikat, merupakan salah satu rukun iman yang harus terus kita perkuat. Allah SWT berfirman dalam QS Al-Baqarah: 3:   

 الَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيْمُوْنَ الصَّلٰوةَ وَمِمَّا رَزَقْنٰهُمْ يُنْفِقُوْنَ ۙ  

Terjemah : “(yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, melaksanakan shalat, dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka”.  

Sudah seharusnya perkembangan ilmu pengetahuan yang dapat mengungkapkan bermacam-macam perkara yang tak terlihat oleh mata saat ini, bisa menjadi bukti dan menambah keyakinan kita tentang hal-hal ghaib dan benarnya teori serta ketentuan agama ini.   Di zaman modern saat ini, pengawasan malaikat pada diri manusia dapat diyakini kebenarannya setelah ilmu pengetahuan menciptakan alat-alat modern yang dapat mencatat semua kejadian.

Sebagai contoh, alat kamera CCTV dan berbagai alat pengukur pemakaian aliran listrik, air, telepon dan sejenisnya sudah bisa dirancang sedemikian rupa sehingga dapat mengetahui berapa jumlah data yang telah dipergunakan dan berapa yang harus dibayar oleh si pemakai. Demikian pula alat-alat yang dipasang di kendaraan bermotor yang dapat mencatat kecepatannya dan mengukur berapa jarak yang telah ditempuh. Realita ini sebenarnya juga bisa mengingatkan dan meyakinkan orang-orang yang dikuasai oleh doktrin kebendaan; sehingga mereka mengakui adanya hal-hal gaib yang tidak dapat dirasakan dan diketahui hanya dengan panca indera. 

Lalu mengapa Allah SWT menugaskan para Malaikat untuk mengawasi kita padahal Allah maha mengetahui atas segalanya? Mengapa Allah masih menugaskan malaikat untuk mencatatnya? Ketentuan Allah ini mengandung hikmah agar kita lebih tunduk dan berhati-hati dalam bertindak karena kemahatahuan Allah melingkupi kita. Amal kita terekam dengan akurat sehingga kelak tidak ada yang merasa dizalimi dalam pengadilan Allah.  

Ikhtiar selalu Berbuat Kebaikan

Dengan memahami dan meyakini adanya delapan malaikat yang secara bergantian siang dan malam menjaga, mengawal dan mencatat segala apa yang kita lakukan, sehingga tidak akan perna ada yang terlewatkan dari catatan amal kita selama hidup kita di dunia ini. Untuk itu kiranya dapat menjadikan kita selalu memanfaatkan atau mengisi waktu kita dengan hal-hal yang bernilai kebaikan di sisi Allah Swt. Dan menjauhi hal-hal yang menyebabkan murka Allah pada kita, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara kita.

Bagikan
Exit mobile version