Site icon Inspirasi Muslimah

Kiat-Kiat Menjaga Keluarga Harmonis : Q.S. An-Nisa: 19

keluarga harmonis

Adanya niat untuk mengikat hubungan antara seorang laki-laki dan perempuan dengan menikah secara sah menjadi sebuah keharusan yang harus dilakukan. Keluarga yang merupakan istilah ikatan yang terjalin. Tentunya, dilingkup keluarga memiliki aturan dalam pengelolaannya. Karena itu, sebagai seorang suami maupun istri mempunyai kewajiban tentang bagaimana bersikap, bertingkah, bergaul, dan merawat pasangannya secara ma’ruf (baik dan benar) dengan tujuan agar tercapai dari cita-cita ikatan cinta yang seutuhnya yakni sebuah kebahagian di dunia dan yaumul hisab.

Namun cita-cita yang besar tentunya, memiliki rintangan dan cobaan yang berat pula. Begitu banyak orang gagal dalam mengarungi bahtera kehidupan dalam keluarga. Tak heran banyak yang talaq (cerai) hanya karena masalah yang kadang bisa dikatan simple serta mengarah pada perilaku yang saling mengedepankan ego-sektoral. Dilansir dari kompas.com bahwa pada tahun 2021 di lampung mengalami peningkatan catatan perceraian total seluruh nya tercatat mencapai 829 perkara. Sedangkan pada tahun 2020 periode Januari-Juni 699 perkara.

Terlepas dari itu, pandemi juga memberikan dampak pada perekonomian yang mengakibatkan pada kasus perceraian. Seorang psikolog keluarga sekaligus ketua Komnas Perempuan Andi Yentriyani menyatakan bahwa  pandemi memang memberikan dampak pada hubungan suami dan istri yang berakibatkan perceraian; maka hal itu emang harus cepat diselesaikan baik terutama nikah muda yang marak terjadi. (Tribun.com, 26 mei 2021). Perihal yang seperti ini lah yang menyebabkan janda dan duda muda pun bertebaran di mana-mana. Sehingga bisa saja menjadikan orang beranggapan akan phobia dengan mengikat sebuah hubungan dengan sebuah istilah yang dikenal pernikahan.

Dengan permasalahan yang menguras tenaga dan merupakan sering ditemukan serta dilakukan oleh khalayak pasangan di seluruh dunia terkhusus Indonesia. Maka, penulis telah merangkum beberapa kiat jitu agar menjadikan keluarga harmonis nan romantis. Berikut penulis bagaimana sebenarnya Al-Qur’an dan para mufassir menginterpretasikan Q.S. An-Nisa ayat 19 yang memiliki esensi nya tentang kiat nan kunci berumah tangga yang baik nan harmonis.

Kiat Menjaga Keluarga Harmonis

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا يَحِلُّ لَكُمْ اَنْ تَرِثُوا النِّسَاۤءَ كَرْهًا ۗ وَلَا تَعْضُلُوْهُنَّ لِتَذْهَبُوْا بِبَعْضِ مَآ اٰتَيْتُمُوْهُنَّ اِلَّآ اَنْ يَّأْتِيْنَ بِفَاحِشَةٍ مُّبَيِّنَةٍ ۚ وَعَاشِرُوْهُنَّ بِالْمَعْرُوْفِ ۚ فَاِنْ كَرِهْتُمُوْهُنَّ فَعَسٰٓى اَنْ تَكْرَهُوْا شَيْـًٔا وَّيَجْعَلَ اللّٰهُ فِيْهِ خَيْرًا كَثِيْرًا

Artinya: Wahai orang-orang beriman! Tidak halal bagi kamu mewarisi perempuan dengan jalan paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya, kecuali apabila mereka melakukan perbuatan keji yang nyata. Dan bergaullah dengan mereka menurut cara yang patut. Jika kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena boleh jadi kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan kebaikan yang banyak padanya.

Signifikansi ayat di atas, penulis menemukan bahwa setidaknya ada tiga pokok kiat jitu dalam mewarnai keluarga yang baik nan harmonis. Dengan adanya tulisan ini diharap nantinya mampu meminilisir kasus perceraian (talaq) yang marak terjadi akhir akhir ini.

Pertama, Perkuat Spritualitas dengan saling mendoakan. cara ini mungkin sepele namun memberikan dampak yang sangatlah kuat. Dengan kekuatan doa Allah akan selalu membimbing aktivitas kita dari segala lini. Karena ketika kita melibatkan tuhan dalam segala perbuatan maka jika terjatuh kita masih dalam naungan nya dan perhatiannya. Hubungan yang berlandaskan kekuatan spritualitas tentunya mempunyai kekuatan ikatan yang kuat pula. Karena dengan doa adalah perisai bagi seorang mukmin. Hal itu selaras apa yang diriwayatkan Ali bin abi thalib radiallahu anhu:

الدُّعَاءُ سِلَاحُ الْمُؤْمِنِ، وَعِمَادُ الدِّينِ، وَنُورُ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ

Artinya: Doa adalah senjata seorang Mukmin dan tiang (pilar) agama serta cahaya langit dan bumi (HR. Abu Ya’la) (Majmauz Zawaid, Jilid 10 Hadis Nomor 17198)

Menjadi yang Terbaik

Kedua, Berusaha menjadi yang terbaik bagi pasangan. Seorang suami maupun istri pasca melakukan akad nikah pasti menerima keseluruhan yang ada baik kelebihan serta kekurangan yang terdapat pada pasangannya. Ibnu Katsîr secara komprehensif menjelaskan, maksud ayat ini adalah; “Perindah ucapan kalian terhadap mereka, perindah perbuatan dan tingkah kalian kepada mereka sesuai kemampuan kalian.”

Ibnu Katsîr juga mencontohkan teladan akhlak nabi terhadap istri yaitu selalu menampakkan kebahagiaan, bermain-main dengan mereka, sayang dan bersikap halus, melonggarkan nafkah, bergurau dengan mereka dan lainnya. (Ibnu Katsir, Tafsir Al-Qur’anul Adzim, Juz II, 242). Contoh lain adalah transparansi dalam segala urusan. Baik perihal ekonomi, muamalah, kegiatan di dunia kerja dll.

Begitu pentingnya konsep Mu’asyarah bil Ma’ruf dalam rumah tangga; maka secara formal dalam sighat ta’lik buku nikah pun dicantumkan istilah ini dengan kalimat “mempergauli istri dengan baik (Mu’asyarah bil Ma’ruf) menurut ajaran Islam”. Di masyarakat, istilah ini seringkali dimaknai sebagai pergaulan baik yang harus dilakukan suami istri; bahkan lebih khususnya lagi hanya dipahami sebagai perintah Allah kepada para suami untuk mempergauli istrinya dengan baik tidak meyakitinya baik dengan ucapan maupun perbuatan.

Oleh karena itu, para ulama menetapkan hukum melakukan mu’asyarah bi al-ma’ruf sebagai kewajiban yang harus dilakukan oleh para suami agar mendapatkan kebaikan dalam rumah tangga. Seperti penafsiran Imam Ath-Thabari dalam kitab Tafsirnya, ketika menafsirkan Al-Qur’an Surat An-Nisa ayat 29, mengatakan bahwa mu’asyarah bi al-ma’ruf  adalah kewajiban suami terhadap istri karena para istri telah taat kepada Allah dan suaminya. Pun berlaku bagi istri kepada suami.

Ketiga, Memperbaiki kualitas diri. Maksud dari poin ini adalah adanya sebuah intropeksi diri (Muhasabatun Nafs) dari suami maupun istri. Selama berkomunikasi, berhubungan tentunya tak seindah nan manis tayangan yang ada di sinetron. Pasti ada permasalahan serta cek-cok yang tak mengenakkan. Tentunya, poin ini lah yang mengajarkan masing-masing pasangan tentang tidak mengedepankan ego dan amarah dalam menghadapi permasalahan yang ada di ranah keluarga. Justru Rasulllah yang mengajarkan mengedepankan pikiran dan jiwa yang tenang dan tidak grusah grusuh hingga endingnya pertingkaian yang ada akan terminimalisir.

Bagikan
Exit mobile version