Site icon Inspirasi Muslimah

Mendidik Anak ala Rasulullah Saw.

mendidik anak

Rahmania, anak merupakan individu yang masih membutuhkan pengasuhan dari orang dewasa, baik orang tua ataupun orang dewasa lain di sekitarnya. Keterbatasan pengetahuan yang dimiliki anak membuat anak menyerap apapun yang terjadi di sekitarnya. Anak melihat dan mendengar apa yang dilakukan serta diucapkan orang dewasa di sekitarnya.

Tak heran jika dalam hadis Nabi Muhammad Saw. bersabda: “setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah. Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” Kata “yahudi, Nasrani, atau majusi” dalam hadist tersebut tidak hanya bisa kita maknai sebagai agama, tetapi juga perilaku. Anak-anak terlahir dalam keadaan fitrah yakni memiliki potensi berperilaku baik, orang-orang dewasa di sekitarnyalah yang memberikan bahan modelling bagaimana anak berperilaku dalam lingkungannya.

Berbicara soal modelling atau contoh perilaku. Hari ini, di tengah masifnya arus informasi dan inovasi, contoh perilaku bagi anak tidak hanya berasal dari orang dewasa di sekitarnya, melainkan juga influencer-influencer dari berbagai belahan dunia. Konten-konten tersebut tidak semuanya ramah pendidikan karakter. Hal tersebut membuat tren perilaku pada anak menjadi kacau dan amburadul. Anak-anak menjadi akrab dengan konten yang tidak sesuai usia. Mereka menyanyikan lagu cinta-cintaan, mengucapkan kosa kata dewasa atau kosa kata kotor, menjadi ringan tangan dan kaki untuk melukai orang lain, dan lain sebagainya.

Anak-anak usia sekolah bahkan usia dini belajar berperilaku dari apa yang tersaji dari konten tiktok, Instagram, youtube, dan lain sebagainya. Mereka mengimitasi bagaimana cara para influencer berbicara, berinteraksi, berpakaian, dan lainnya yang tidak semuanya bersifat positif. Hal-hal yang mereka lakukan mungkin belum mereka pahami atau belum bisa mereka maknai seutuhnya. Mereka hanya ikut-ikutan apa yang sedang viral di sekelilingnya. Oleh karena itu menjadi tugas orang dewasa untuk memberikan pendidikan dan pengetahuan bagi anak-anak.

Peran Orang Tua dalam Mendidik Anak

Orang tua merupakan orang dewasa yang memiliki hubungan paling dekat dengan anak, baik secara jarak, waktu, maupun emosional. Sebagai orang dewasa terdekat bagi anak, orang tua memiliki peran paling strategis dalam pengelolaan perilaku. Kedekatan yang dimiliki membuat orang tua menjadi orang yang paling dilihat dan didengar oleh anak. Orang tua juga dapat dipandang sebagai guru pertama dan utama bagi anak.

Peran tersebut memiliki tantangan, salah satunya berasal dari faktor lingkungan.  Kencangnya arus informasi dan inovasi yang terjadi saat ini membuat anak bisa mengimitasi perilaku dari mana saja. Tak jarang anak yang di rumah biasa berperilaku baik tetapi ketika sudah belajar di luar rumah lalu kembali ke rumah membawa beragam perilaku yang membuat orang tuanya penuh tanya “darimana anaknya belajar perilaku tersebut?”.

Menanggapi perilaku anak yang tak sesuai dengan harapan dapat menjadi stres tersendiri bagi orang tua. Orang tua seringkali gemas dan kehilangan kesabaran dengan perilaku anak yang tidak sesuai harapan. Padahal respon yang diberikan orang tua berpengaruh pada pengulangan atau penghilangan perilaku yang dimunculkan. Orang tua perlu bijak dalam merespon perilaku yang dimunculkan anak. Penanganan yang kurang baik terhadap masalah perilaku anak justru dapat memunculkan masalah perilaku baru.

Teladan Rasulullah SAW Dalam Pengelolaan Perilaku Anak

Rasulullah Saw. merupakan teladan dalam segala aspek kehidupan termasuk dalam mendidik anak. Dalam mendidik anak, Rasulullah Saw mengutamakan penanaman tauhid dan pembentukan akhlak. Berikut merupakan keteladanan Rasulullah Saw dalam mendidik anak yang dapat kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari.

1.Perhatian dan kasih sayang

Dalam mendidik anak, Rasulullah mengutamakan perhatian dan kasih sayang. Rasulullah Saw pernah bersabda: “Barangsiapa yang tidak merahmati/menyayangi maka ia tidak akan dirahmati”. Prinsip kasih sayang tersebut juga sesuai dengan teori hierarki Maslow mengenai kebutuhan dasar manusia. Salah satu kebutuhan dasar manusia yakni kebutuhan akan kasih sayang atau afeksi. Kebutuhan akan penghargaan diri atau self-esteem dapat terpenuhi apabila kebutuhan akan kasih sayang sudah terpenuhi terlebih dahulu. Selain itu, Kebutuhan akan kasih sayang yang  sudah tercukupi juga dapat menjadi salah satu faktor untuk mereduksi masalah perilaku.

2. Keteladanan

Rasulullah mengutamakan keteladanan dalam mendidik anak. Rasulullah memberikan contoh perilaku yang baik agar dapat ditiru oleh anak-anak. Sebagian besar anak belajar berperilaku dengan meniru. Maka orang tua dalam membenarkan perilaku anak-anak yang kurang sesuai dengan memberikan contoh perilaku yang sesuai. Seperti bagaimana cara berbicara yang baik, bagaimana cara memanggil yang sopan, bagaimana cara  berinteraksi dengan teman atau tetangga, dan lain sebagainya. Hal tersebut sesuai dengan pepatah “satu teladan lebih baik daripada seribu nasihat “. Keteladanan yang orang tua berikan akan lebih bermakna daripada nasihat-nasihat tanpa contoh nyata.

3. Pembiasaan

Rasulullah selalu mendidik anak dengan membiasakan berperilaku baik. Seorang anak tidak hanya diberikan keteladan atau contoh berperilaku, tetapi juga diberikan pembiasaan bagaimana berperilaku yang sesuai dengan agama dan norma. Pembiasaan akan membentuk karakter anak dalam berperilaku. Sehingga anak tidak mudah terpengaruh tren di sekitarnya.

4. Nasehat

Anak merupakan individu yang belum memiliki pengetahuan yang cukup untuk berperilaku dengan baik. Sehingga nasihat atau penjelasan yang penuh hikmah sangat perlu diberikan kepada anak. Seringkali anak melakukan kesalahan karena anak belum mengerti bagaimana perilaku yang seharusnya atau belum memahami jika perilakunya itu tidak baik. Maka penting untuk memberikan pendekatan yang tidak menghakimi yakni memberikan hikmah bagaimana berperilaku dengan baik.

5. Konsekuensi

Dalam memberikan konsekuensi terhadap anak , akan tetapi harus bersifat mendidik dan bukan sebagai pelampiasan emosi orang tua. Orang tua harus memahami tujuan pemberian konsekuensi tersebut. Konsekuensi tersebut dapat berupa penghargaan ataupun hukuman. Konsekuensi dapat digunakan untuk memperkuat perilaku positif anak dan mengurangi atau bahkan menghilangkan perilaku negatif. Contoh konsekuensi terhadap perilaku anak yang Rasulullah contohkan yakni perintah untuk memukul anak pada usia sepuluh tahun apabila tidak mau sholat. Rasulullah Saw. pernah bersabda “Perintahkan anak-anak kalian untuk melakukan shalat saat usia mereka tujuh tahun, dan pukullah mereka saat usia sepuluh tahun.”. Namun memukul ini tidak dapat diartikan secara tekstual.

6. Mendoakan

Dalam mendidik dan membentuk perilaku anak, Rasulullah juga sering mendoakan anak-anak agar berguna bagi agama dan bangsa. Ibunda Aisyah ra pernah berkata “Ketika mendatangani anak-anak, Rasulullah jongkok di hadapan mereka lalu memberikan pengertian dan mendoakan mereka.”

Rahmania, itulah keteladanan yang Rasulullah Saw. berikan dalam medidik perilaku anak. Semoga dapat menjadi hikmah dan pembelajaran bagi kita semua.

Bagikan
Exit mobile version