Site icon Inspirasi Muslimah

Malahayati Laksamana Laut Pertama di Dunia dari Aceh

Laksamana

Cut Elviani

Salah satu tokoh pejuang kemerdekaan yang mendapat penghargaan sebagai pahlawan nasional adalah Malahayati. Ia dikenal oleh masyarakat Aceh dengan sebutan Laksamana Malahayati. Malahayati seorang muslimah yang merupakan sosok legenda masyarakat Aceh sebagai perempuan pejuang Aceh. Yang mana beliau juga terkenal di kalangan sejarawan internasional sebagai Laksamana laut pertama perempuan di Dunia. Malahayati adalah keturunan dari Laksamana Mahmud Syah. Kakeknya bernama Laksamana Muhammad Said Syah, putra dari Sultan Salahuddin yang memerintah Kasultanan Aceh Darussalam sekitar 1530-1539 Masehi.

Laksamana Malahayati lahir di Kabupaten Aceh Besar pada tahun 1550, beliau juga kita kenal dengan nama Keumalahayati. Suami Laksamana Malahayati bernama Laksamana Zainal Abidin. Pada masa kanak-kanak sampai remaja, beliau mendapat pendidikan istana. Hingga kemudian beliau mengikuti jajak ayah dan kakeknya dengan menempuh pendidikan militer jurusan angkatan laut di akademi Mahad Baitul Maqdis.

Di akademi tersebut ia mengasah kemampuannya, beliau belajar dari para pengajar yang merupakan perwira dari Turki. Malahayati mampu meraih berbagai prestasi hingga berhasil menjadi komandan protokol istana.

***

Pasca suaminya meninggal, Laksamana Malahayati mengusulkan kepada Sultan Aceh untuk membentuk pasukan Inong balee. Pejuang perempuan yang berasal dari Kesultanan Aceh tersebut memimpin 2000 pasukan janda-janda pahlawan yang telah gugur (Inong balee). Bersama pasukan tersebut, Laksamana Malahayati yang bertugas melindungi pelabuhan-pelabuhan dagang Aceh; berperang melawan kapal-kapal benteng Belanda pada tanggal 11 September 1599; sekaligus membunuh Cornelis de Houtman dalam pertempuran satu lawan satu di geladak kapal.

Tidak hanya Belanda, pasukan Portugis pun sempat merasakan kehebatan pasukan Laksamana Malahayati. Reputasi Malahayati yang tak kenal ampun membuat Inggris yang hendak melalui Kerajaan Aceh jadi ciut. Daripada mengirim pasukan dan kalah telak, akhirnya mereka memilih memasuki Aceh dengan jalan damai.

Ratu Elizabeth, penguasa Inggris kala itu memilih untuk mengutus James Lancaster disertai surat permintaan izin kepada Sultan Aceh untuk membuka jalur pelayaran menuju Jawa. Peristiwa tersebut terjadi pada tahun 1602.

Kehebatan Malahayati di lautan membuat namanya terkenal hingga negara-negara lain. Selain Belanda, Portugis, dan Inggris yang ketakutan dibuatnya, nama Malahayati juga terdengar sampai ke negeri Tiongkok. Sejumlah sejarawan menjajarkan namanya dengan Katerina Agung dari Rusia.

***

Malahayati juga mampu mendapatkan penghormatan dari kaum Adam, walaupun hidup pada zaman yang mana kaum lelaki mendominasi. Para jenderal dan pasukan lain pun menaruh rasa hormat yang tinggi terhadap perempuan pejuang Aceh ini.

Laksamana Malahayati tidak hanya mampu di medan perang, tetapi beliau juga mampu melakukan perundingan damai mewakili Sultan Aceh dengan Pihak Belanda. Perundingan yang berwujud dengan perdamaian itu adalah upaya Belanda untuk melepaskan Frederick de Houtman yang Malahayati tangkap dan Belanda harus membayar ganti rugi Kesultanan Aceh.

Namun, perjuangan Laksamana Malahayati harus terhenti sekitar tahun 1606. Ia gugur saat bertempur melawan pasukan portugis di Perairan Selat Malaka. Jasadnya dimakamkan di lereng Bukit Lamkuta, Banda Aceh.

Setelah lama tak terdengar, kini nama Malahayati resmi abadi sebagai pahlawan nasional. Jasanya yang besar bagi perjuangan Aceh yang menjadi bagian dalam sejarah panjang bangsa Indonesia. Malahayati mendapatkan gelar pahlawan nasional dari pemerintah pada tahun 2017 tepatnya pada peringatan Hari Pahlawan yang ke – 72.

Meskipun nama Laksamana Malahayati baru kita kenang sebagai pahlawan nasional, namun namanya telah lama mendapat apresiasi sebagai penghargaan atau jasa-jasanya. Pencantuman nama Malahayati yang sangat melekat pada masyarakat Aceh adalah sebuah pelabuhan di kabupaten Aceh Besar. Nama pelabuhan laut teluk yang terletak di Desa Krueng Raya adalah Pelabuhan Malahayati.

***

Bukan itu saja, salah satu kapal perang jenis Perusak Kawal Berpeluru Kendali (fregat) kelas Fatahillah milik TNI Angkatan Laut dinamai KRI Malahayati. Kapal perang ini khusus untuk kapal TNI-AL, yang dibuat di galangan kapal Wilton-Fijenoord, Schiedam, Belanda pada tahun 1980.

Selain di dunia kelautan dan militer nama Malahayati juga terkenal di dunia pendidikan, terbukti namanya menjadi salah satu nama Universitas di Bandar Lampung yaitu Universitas Malahayati. Nama Malahayati juga dipakai oleh Ormas Nasional Demokrat sebagai nama divisi wanitanya dengan nama lengkap Garda Wanita Malahayati.

Nama Malahayati juga di sematkan sebagai nama rumah sakit Islam yang ada di Aceh dan di Medan yaitu rumah sakit Malahayati atau RSI Malahayati.

Bahkan baru-baru ini warga Aceh di perantauan mengusulkan nama pahlawan Aceh, Laksamana Keumalahayati menjadi nama jalan di Jakarta.

Kisah kepahlawanan Laksamana Malahayati dalam melawan Belanda sudah masuk ke layar lebar, yaitu dengan menceritakan bagaimana keberanian beliau berjuang melawan pasukan Belanda. Film ini mendapat dukungan penuh oleh TNI, yaitu pada masa Panglima Kodam Iskandar Muda “Mayor Jenderal TNI Moch Fachrudin” pada tanggal 10 November 2017 tepatnya pada peringatan Hari Pahlawan di Blang Padang Banda Aceh.

Dengan adanya film ini, sejarah kegigihan Laksamana malahayati tidak akan mudah terlupakan. Generasi sekarang kan mungkin tidak terlalu suka lagi membaca,” kata Fachruddin. Oleh sebab itu generasi muda sekarang ini bisa lebih menghargai jerih payah para pejuang kita, dengan belajar menjunjung nilai-nilai kepahlawanan tanpa membedakan keanekaragaman suku yang ada di negara kita. Krisis kepedulian generasi muda kepada pahlawan saat ini dapat kita pupuk kembali demi menuju negara yang berdaulat tanpa mengurangi nilai-nilai keagamaan.

Bagikan
Exit mobile version