Site icon Inspirasi Muslimah

Kuliah dan Nandur di Prancis

Oleh: Achmad Hidayatullah*

Tidak kusangka, ternyata impianku yang bertahun-tahun telah tercapai juga. Ini hari pertamaku masuk di kampus impian, di negara Prancis gitu lo. Ya sebuah kampus besar cukup terkenal di dunia, namun tidak akan aku sebutkan nama kampusnya di sini.

Biarlah menjadi teka teki bagi anda semua dan anda bisa sambil menebak-nebak kampus tersebut dengan penuh penasaran. Cirinya kampusku ini dikelilingi sawah, lokasinya luas, dan pagarnya besar. Sehingga setiap hari bisa melihat petani yang nandur (bertani).

Entah mengapa nasibku kali ini cukup baik. Pada pembukaan orientasi dan pengenalan kampus semua mahasiswa baru duduk dengan rapi di kursi. Aku duduk di depan menghadap ke arah peserta bersama beberapa panitia dan Professor Cottilard.

Pengenalan

Kali ini aku duduk kursi paling tengah barisan kursi depan. Sebuah kebanggaan menjadi percontohan bagi mahasiswa baru lainnya.

Bukan munafik, telingaku agak sedikit bertambah besar lho. (sebuah candaan orang Indonesia jika sesorang lagi pede atau GR dianggap telinganya bertambah besar). Karena aku bisa duduk di tempat lebih istimewa.

Kulihat ke arah peserta yang di depanku, rasanya cukup menyenangkan dan membanggakan. Bisa duduk dikampus ini bersanding dengan kursi narasumber. Bagiku sebuah pencapaian prestisius.

Tak lama aku dibuat terkejud, karena ditengah-tengah peserta terlihat teman lamaku jadi mahasiswa baru juga. Sebut saja Samsul, temanku waktu di SMA. Ternyata Samsul jadi mahasiswa baru juga dikampus ini.

Waduh…ternyata ada orang satu kampung bisa mencapai kampus ini juga selain aku, telingaku udah agak menyusut. Rasa banggaku sedikit berkurang, namun aku cukup senang juga karena bakal ada teman untuk berjuang dan ngopi bareng di depan kampus besar ini.

Kondisi Kampus

Professor Cottilard menyampaikan materinya, dan tak lupa memperkenalkanku juga sebagai mahasiswa asing yang menginspirasi (karena dari desa, anak petani bisa sampai ke Prancis). Setelah itu acara kemudian selesai.

Karena musim panas, dan mulai mengantuk, ku berjalan keluar gedung. Aku mau keluar gedung mau ngopi di warung angkringan di depan kampus ini.

Oh ia,..meskipun kampus ini sangat besar dan ada di salah satu negara maju di dunia, tetapi jangan salah sangka kampus ini bakal bersih dan tertib dari keramaian. Di depan kampus ini mirip kampus-kampus di Indonesia.

Ya, di depannya banyak warung angkringan. Namun karena kampus ini adalah kampus besar, menghasilkan tokoh-tokoh besar, gedungnya juga besar-besar dan tinggi, pagarnya saja juga lebar.

Sepertinya ini memang didesain dengan tujuan agar Bus dan hewan seperti sapi,  kerbau juga bisa masuk. Dan memang sepertinya juga memang sengaja, kampus ini dibangun di tengah ladang.

Pertemuan dengan Teman

Sampai di pintu auditorium kukembali terkejut, karena bertemu dengan Ambar dan Ratna, teman lamaku juga.

Langsung kusapa duluan ” eh kalian di sini juga?”. Mereka berdua kemudian tertawa sambil menjawab ” Ia mas bro, ku ambil master di sini” jawab Ambar.

Langsung telingaku menyusut lagi menuju ukuran normal. Rasa banggaku sudah mulai berkurang. Kuperhatikan sekeliling, ternyata banyak kulihat teman-teman lama yang juga kuliah di sini. Namun yang paling banyak adalah teman-teman satu organisasi.

Aku melanjutkan untuk turun dari tangga, menuju jalan keluar kampus. Beberapa langkah  tak sengaja kuterkejut kembali karena bertemu lagi dengan tiga orang teman, sebut saja Ani, Ina dan Tari.

Tanpa ragu kusapa duluan “ Lah kalian kuliah di sini juga?”tanyaku.

“ Ia mas, kami ambil master bisnis di sini” Jawab ani.

Sambil jalan aku pun mbatin “ oalah, ternyata banyak juga yang kuliah di sini “. Karena kutemui banyak teman kuliah dan sepermainan kuliah di kampus ini juga, memunculkan tanda tanya dipikiranku.

Si Junior

Dugaanku mungkin ada kerjasama khusus antara ini kampus dengan organisasi di Indonesia. Aku semakin yakin saat melanjutkan perjalanan, tanpa sengaja bertemua lagi dengan juniorku di organisasi, sebut saja Mamad dan Abdul, mereka senyum-senyum.

Dengan cepat kusapa duluan “ Lah kalian kuliah di sini juga”. Pertenyaanku kesekian kali karena terkejut dengan hal yang sama.

“ Ia mas, saya ambil master agrikultur di sini” Jawab Mamad.

“oalah Mad, aku baru tau, yaudah, ayo kita ngopi saja di luar”

Akhirnya kita bertiga berjalan menuju keluar kampus. Karena kampus ini besar dan ada di tengah sawah jadi nampak asri. Aku baru tau kalau di Prancis ada kampus seperti ini, ibarat perpaduan modernitas dan tradisional.

Kampus sebagai gambaran modernitas yang penuh kemajuan sedangkan lading di sekliling mewakili gambaran masyarakat tradisional yang agraris.

Kami bertiga melalui jalan kecil menuju keluar. Jalan yang kami lewati masih berupa tanah tanpa aspal, sedangkan kanan kiri jalan sempit itu rimbun dengan rumput. Persis jalan menuju sekolahku sewaktu di bangku sekolah dasar di desa. 

Sedangkan di ladang sekitar nampak petani sedang bajak sawah menggunakan sapi dan kerbau. Luar biasa dan susah di nalar secara logika, yang kutahu melalui berita online dan foto-foto temanku di media sosial, Prancis adalah negara maju, banyak kampus top dunia.

Mahasiswa Indonesia yang disana selalu foto-foto dengan latar bangunan gedung eropa yang megah. Tak terlihat sawah ataupun pertanian.

Menyusun Rencana

Ini sepertinya kebetulan bagiku, kuliah di kampus dimana akses dari luar menuju kampus masih berupa tanah, dan banyak orang berladang, mencangkul atau nandur istilah jawa.

Saya sampaikan ke Mamad dan Abdul; “ Mad dan Dul, sepertinya kampus ini punya kerja sama khusus deh dengan ogranisasi kita!”.

“ Kog bisa mas?” tanya Dul.

“ Coba kalian liat dan perhatikan, banyak orang-orang satu organisasi dengan kita kuliah di sini” . Jawabku.

“ Ia juga ya mas, kayagnya betul itu” timpal Dul.

Kulanjutkan perjalanan dengan mereka. Lalu kusampaikan dugaanku berikutnya terhadap mereka bedua mengenai letak kampus di tengah ladang.

Sepertinya ini pemerintah Prancis sengaja, membangun kampus sebesar ini di tengah sawah. Coba perhatikan di sekliling kita, banyak tuh petani sedang nandur (bertani) di tanah yang subur.

Ini sepertinya usaha dari pemerintah Prancis, untuk membantu mahasiswa yang kuliah di sini. Bukannya kampus ini cukup besar, dan memiliki alat canggih. Tentu penggunaan alat-alat tersebut membutuhkan biaya besar.

Mungkin mahasiswa yang kuliah disini beasiswanya tidak bakalan cukup untuk biaya memakai alat-alat canggih tersebut yang diluar tanggungan pemerintah Prancis.

Membangun kampus ini di tengah ladang merupakan langkah cerdas mereka. Tujuannya agar aku, kalian dan seluruh mahasiswa lain yang tidak bisa bayar bisa ikut nandur dan macul di ladang bersama petani.

Hasilnya bukan untuk siapa, tetapi untuk diri-sendiri, buat makan dan bayar kekurangan kuliah. Jadi mahasiswa tidak perlu demo terkait UKT atau penarikan dana. Aku sendiri telah mempersiapkan diri untuk nandur dan macul di ladang di sekitar kampus.

Mimpi

Tiba-tiba kudengar adzan Allahuakbar, allahuakbar…….2x. Saya langsung bangun, ternyata saya sedang bermimpi di siang bolong. Saya pikir sedang mendengar adzan di tengah sawah di Prancis. Ternyata aku dikasur.

Tak kulihat disekitar ladang dan para petani yang nandur. Untung saja aku terbangun dan ini hanya mimpi, tidak bisa dibayangkan bagaimana kalau kuliah di Prancis sambil macul di sana. Oh Gusti kupikir ini nyata, masak ia kuliah di Prancis sambil nandur.

Bagikan
Exit mobile version