Site icon Inspirasi Muslimah

Ingin Redakan Stres? Berikut Tipsnya!

redakan stres

Martina Mulia Dewi

Pernahkah Rahmania merasakan kegelisahan yang luar biasa? Stres dengan aktivitas keseharian, rasanya lelah, baik fisik maupun psikis. Kadang overthinking dengan hal-hal yang pikirku tidak penting, insecure  dan mulai membandingkan dengan pencapaian orang lain. Apalagi saat ini dunia social media membuat semua jadi seolah berkompetisi dengan pencapaian masing-masing. Hal inilah yang aku alami di tengah pandemi beberapa waktu belakangan ini. Semakin parah jika tidak segera dilakukan tindakan. 

Sebenarnya, yang membahayakan selain virus yang makin ganas sekarang ini adalah stres itu sendiri. Kalau kita stres, kita tidak bahagia, memandang hidup jadi pesimis, tidak ada semangat untuk beraktivitas, bahkan bisa membunuh kreativitas. Karena semakin lama, kita menjadi tidak produktif dan terpenjara dalam situasi yang kita ciptakan sendiri.

Beberapa hal yang aku lakukan untuk keluar dari zona ini adalah melakukan self healing. Bukan menyelesaikan, tapi mungkin sedikit demi sedikit bisa meredakan stres yang ku alami. Setiap orang mungkin beda treatmentnya, tapi coba saja!

Self Healing  dengan Menulis

Terinspirasi dari cerita B.J Habibie pada saat meninggalnya Ibu Ainun. Kondisi psikis yang begitu terguncang luar biasa bahkan beliau sempat linglung dan bingung setelah kepergian sosok yang begitu beliau cintai. Kata dokter, beliau mengidap Psikosomatis Malignant, yaitu kesedihan yang mendalam akibat kehilangan orang yang sangat dekat. Atas beberapa saran yang dokter verikan, beliau memilih untuk menulis. Terus menerus beliau menulis dan bahkan menjadi sebuah buku dan diangkat kisah nyata itu dalam sebuah layar lebar.

Kisah ini membuatku berpikir bahwa kekuatan menulis dapat menyembuhkan luka batin yang luar biasa. Tentu saja untuk meredakan stres, mengeluarkan isi pikiran, hati, perasaan, semuanya dituangkan dalam sebuah tulisan. Bayangkan saja jika 20.000 kata-kata yang bisa dikeluarkan oleh perempuan setiap harinya tapi tidak tersalurkan, akan jadi apa? Karena aku tidak suka banyak bicara dengan orang lain, jadilah energi itu tersalurkan dengan menulis. Dan aku merasa lebih baik. Menulis bisa meredakan apa yang bergemuruh di dalam hati, menyalurkan emosi, dan pikiran jadi terbuka.

Self Healing dengan Al-Qur’an

Salah satu nama Al-Qur’an adalah Asy Syifa, penyembuh. Obat dari segala penyakit. Allah pun juga berfirman dalam Al-Qur’an bahwa,

Wahai manusia! Sungguh, telah datang kepadamu pelajaran (Al-Qur’an) dari Tuhanmu, penyembuh bagi penyakit yang ada dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang yang beriman.” (QS Yunus 10:57)

Semakin hari, interaksi yang kita bangun dengan Al-Qur’an semakin membuat hati menjadi tenang. Al-Qur’an bisa jadi penyembuh untuk hati dan jiwa kita. Bahkan beberapa orang telah menunjukkan keajaiban sembuh dari sakitnya dengan Al-Qur’an.

Al-Qur’an bukan hanya menjadi bacaan. Ternyata kalau kita bisa menyentuhnya lebih dalam lagi, membacanya, menghafalnya, mentadabburinya, satu ayat saja sudah membuat perubahan luar biasa dalam diri kita. Ketenangan hati berawal dari interaksi kita dengan Al-Qur’an setiap harinya.

Mendisiplinkan Diri

Salah satu alasan kenapa kita bisa terus-terusan overthinking  karena kita terus berpikir tapi doing nothing. Semua yang kita pikirkan, khawatirkan, hanya berhenti di kepala dan tidak terjadi di dunia nyata. Maka dari itu, salah satu solusinya adalah dengan mendisiplinkan diri lebih lagi. Gimana  orang stres malah disuruh disiplin? Ya jangan biarkan diri kita terlena dan larut dalam overthinking itu. Buat kegiatan, kesibukan baru, atau apapun itu yang membuat kita terus bergerak. Boleh istirahat, tapi jangan terlalu lama. Karena waktu juga terus berputar dengan cepat. Kita tidak sedang berlomba dengan orang lain, tetapi dengan diri kita sendiri dan waktu yang kita miliki.

Mungkin tiga hal ini yang coba aku lakukan saat ini. Selain itu, saran dari teman-teman yang pernah juga ke psikolog buat meredakan stres mereka, ada yang mengatakan banyak membaca buku, harus bisa menyeimbangkan antara perasaan dan pikirannya, belajar tentang ilmu-ilmu psikologi langsung dari ahlinya; dimindmaping  problemnya, diuraikan lagi masalahnya, diperbaiki lagi ibadahnya, kalau membutuhkan teman mendengarkan ceritakan saja kepada orang yang dipercaya, mengasah potensi dan belajar hal-hal baru, dan lain-lain. Aku biasanya juga suka jalan-jalan naik motor buat menikmati suasana di sekeliling. Rasanya jadi fresh lagi.  Kalau Rahmania, bagaimana caranya untuk meredakan stres? Coba berbagi kisahmu di kolom komentar, barangkali orang di luar sana terinspirasi dari kisahmu.

Bagikan
Exit mobile version