Site icon Inspirasi Muslimah

Ingin Membeli Rumah Tapi Gaji Masih UMR

membeli rumah

“Mumpung masih muda, beli rumah saja …..”  kalimat yang  lumayan memprovokasi itu pernah membuat darah muda saya mendidih.
“Beli rumah gundulmu itu buat makan saja masih Senin-Kamis,” batin saya waktu itu, karena toh tinggal di kontrakan masih cukup nyaman, dekat dengan tempat kerja dan masih berada di wilayah ibukota, meskipun letaknya di dalam gang sempit yang semua penghuninya berhimpitan dan berdesakan.

Namun setelah sewa kontrakan saya bertambah dengan semena-mena oleh pemilik rumah, niat untuk membeli rumah pun mulai meronta-ronta dalam jiwa. Apalagi kalau saya hitung-hitung, sebenarnya anggaran untuk bayar kontrakan setiap bulannya hampir sama dengan besarnya cicilan KPR seandainya saya membeli rumah sederhana (asal bukan rumah sederhana sangat sempit selonjor pun sulit, lho..).

Apalagi pandemi kali ini ternyata menyumbang pelambatan laju harga rumah dan juga juga rendahnya bunga kredit pemilikan rumah. Artinya saat ini adalah waktu yang paling tepat untuk membeli rumah. Menunggu tahun depan? Mungkin bunga sudah naik sejalan dengan kenaikan pertumbuhan ekonomi imbas semakin menurunnya covid.

Bila masih takut membeli rumah karena cicilannya yang bisa membuat pecicilan setiap bulan, ikuti saja  trik-trik berikut ini:

Pilih Tenor Angsuran yang Paling Panjang

Karena gaji masih UMR, jelas pembelian rumah harus dengan KPR. Namun perlu panjang akal supaya cicilan tidak mencekik leher, dengan cara memilih tenor angsuran yang paling panjang.

Mengapa pilih yang panjang? Karena semakin panjang itu semakin enak…eh, memangnya choki-choki? Untuk pembelian rumah, semakin panjang jangka waktu kredit, tentu cicilannya akan semakin kecil. Tinggal saya sesuaikan dengan budget yang sudah saya sisihkan, tapi jangan melebihi 30% dari gaji supaya tidak mengganggu anggaran makan. Woo jelas dong, jangan sampai kita nanti jadi kurus kering karena kurang makan gara-gara cicilan rumah.

Khawatir bunganya mahal dengan tenor yang panjang? Tenang… rumah itu tidak seperti onde-onde yang makin lama akan menyusut dan kisut. Karena harga tanah dari tahun ke tahun tidak pernah turun, maka dalam jangka panjang kenaikan harga properti yang kita beli tetap akan melampaui bunga yang kita bayarkan.

Semakin muda usia kita saat membeli rumah, maka akan semakin panjang pula tenor KPR yang meraka tawarkan dari pihak bank karena usia produktif kita masih lama. KPR bahkan bisa memperpanjang hingga mendekati masa usia pensiun. Berbeda dengan jaman orang tua kita dulu yang kesulitan membeli rumah karena sudah dapat warisan. Eh…. karena durasi tenor KPR tidak bisa panjang, maksimum 0-15 tahun. Sekarang perbankan berani menawarkan tenor hingga 25-30 tahun.  

Memilih Rumah Subsidi tanpa Menanggalkan Harga Diri

Memilih rumah subsidi adalah pilihan bijaksana karena rumah subsidi adalah proyek yang memprakarsai pemerintah untuk masyarakat berpenghasilan rendah. Karena pemerintah tak mungkin menyengsarakan rakyat, maka rumah subsidi yang terjual dengan harga yang sangat terjangkau ini rata-rata lokasinya masih mudah dalam jangkauan,  dekat dengan sekolah, jalan protokol, atau pusat perbelanjaan.

Ketika memilih rumah, tidak perlu memaksakan diri membeli real estate hanya demi bisa bertetangga dengan sultan. Namun juga jangan memilih rumah yang terlampau murah dengan kualitas bangunan seadanya dan lokasi yang teramat jauh dari pusat kota karena akan menyusahkan kita.

Sudah murah, fasilitasnya bagus pula. Maklum pemerintah memang sedang senang-senangnya memanjakan rakyat. Apalagi pemilu sudah semakin dekat.

Manfaatkan Fasilitas Cicilan DP Rumah                                           

Biang kerok kegagalan pembelian rumah KPR yang sering terjadi adalah tidak terjangkaunya DP alias uang muka. Nilai DP ini biasanya berkisar 20% – 30% dari harga rumah. Silahkan hitung sendiri berapa rupiah yang harus tersedia sebelum mulai mencicil rumah, yang pasti lebih dari sebulan gaji UMR.

Namun jangan khawatir, karena sekarang ini banyak Pengembang yang ingin membangun rumahnya seakan laku keras bak kacang goreng sehingga pembelian rumah pun melakukan hal yang sama seperti menjual barang obral di pasar malam, antara lain dengan memberikan kemudahan berupa cicilan DP. Yeay!

Memanfaatkan fasilitas cicilan DP rumah tentu pilihan tepat bagi pejuang rupiah (baca: recehan) seperti kita, karena mengumpulkan DP itu sangat berat, jauh lebih berat daripada menanggung rindu. Kalau nggak percaya, coba tanya Dilan..

Pilih Bank dengan Fasilitas KPR yang Bersahabat

Setelah DP terkumpul dan rumah yang sudah terpilih, maka proses KPR bisa segera dimulai dengan memilih bank yang tepat. Pengembang biasanya punya beberapa bank rekanan untuk proses pembelian rumah melalui KPR ini. Pilihan tepat tentu saja bank dengan kredibilitas yang baik dan menawarkan KPR dengan tingkat bunga terendah.

Untuk meminimalkan risiko bertemu dengan Pengembang nakal, usahakan cicilan KPR tetap dilakukan melalui bank, bukan cicilan langsung ke Pengembang. Jangan sampai kita nangis bombay  karena Pengembangnya kabur dengan uang kita yang tak seberapa namun kita kumpulkan dengan susah payah bahkan berdarah-darah itu.

Kurang-kurangi Gaya Hidup Boros supaya Lebih Cepat Jadi Bos

Kalau pengen jadi bos di rumah sendiri, gaya hidup boros memang wajib dikurang-kurangi karena setelah bank menyetujui untuk membiayai KPR kita, maka perjuangan yang sebenarnya baru saja dimulai.

Paling tidak 30% dari pendapatan pun akan beralih ke pos cicilan rumah ini. Syukur-syukur rumah yang dibeli bukan indent dan bisa segera ditempati, maka cicilan KPR ini bisa diambil dari anggaran biaya kos. Lebih ngirit lagi, Bos!

***

Nah, itulah trik-trik membeli rumah untuk menyiasati pendapatan yang sedikit di masa sulit. Penting dilakukan sebagai persiapan sebelum berumah tangga. Iya dong, namanya juga rumah tangga, masak hanya menyiapkan tangga doang? Rumahnya mana?

Editor: Kholifatul Husna

Bagikan
Exit mobile version