Site icon Inspirasi Muslimah

Idulfitri Tahun Ini, dari Berbeda hingga Beri Pelajaran

idulfitri

Oleh : Dzanur Roin*

Kebiasaan yang Tidak Dilakukan di Idulfitri Kali Ini

Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, lebaran tahun ini sangat amat berbeda. Kalau dulu sewaktu menempuh pendidikan Madrasah Ibtidaiyah. Habis sholat Ied dilapangan saya bersama teman-teman sekelas atau teman sepermainan. Kami keliling desa dari satu rumah kerumah yang lain, dari rumah tetangga satu kerumah tetangga yang lain,  dari satu erte ke erte yang lain, dari erwe satu ke erwe yang lain.  Tidak ada rumah yang tidak kami datangi. Semuanya kami datangi dan memintak maaf, kenal atau tidak kenal, tua, muda, kaya, miskin,  laki, perempuan.

Tidak hanya satu desa, bahkan bisa juga ke tetangga desa. Dari mulai pagi sampai siang. Kemudian istirahat sebentar ; sholat dhuhur dan tentunya makan siang. Kemudian dilanjut lagi sampai sore. Seakan-akan tiada capeknya. Apakah ini yang dinamakan bahagia sehingga tiada rasa lelah. Hari Raya Idulfitri adalah hari kemenangan bagi ummat islam. Semuanya bergembira menyambut hari besar ini. Setelah selama sebulan lamanya melaksanakan kewajiban berpuasa.

Ada waktu khusus ketika malam sehabis sholat magrib. Bersama teman-teman kami biasa berkunjung ke rumah guru-guru kami yang ada di desa. Ini menjadi agenda yang wajib karena bersama kunjugan ini ada tugas khusus yaitu meminta tanda tangan guru-guru kami. Ini menjadi bukti bahwa kami sudah bersilaturahmi. Dan nanti ketika masuk sekolah kartu yang berisi tanda tangan guru-guru kami harus dikumpulkan. Sungguh indah mengenang masa-masa kecil dulu. Lebaran adalah hari yang paling istimewa. Baju baru, celana baru, sandal baru, semunya serba terbaru. Dan tak kalah senangnya adalah saat itu menu makanan semuanya enak-enak. Jajan atau makanan ringan semuanya serba ada dan tinggal memilih mana yang disukai.

Lebaran yang tak Seindah Dulu

Lebaran Idulfitri tahun ini, yang bertepatan dengan hari Ahad, tanggal 24 Mei tahun 2020. Menjadi lebaran yang tak seindah dulu. Pandemi virus corona yang mengguncang dunia merubah tata cara kita bersosialisasi. Mulai awal ramadhan kita semua disarankan untuk sholat terawih di rumah. Sampai sholat berjamaah harus menjaga jarak, membawa sajadah sendiri, dan tak lupa memakai masker. Sebelum dan sesudah beraktifitas jangan lupa untuk mencuci tangan, ini semua untuk menjaga diri kita semua. Bukankah mencegah lebih baik daripada mengobati.

Usai sholat Id tidak ada salam-salaman, baik dengan teman atau dengan tetangga kanan-kiri yang menjadi kebiasaan diantara kami. Ini bagian dari menjaga jarak alias social distancing yang menjadi protokol kesehatan diera pandemi corona yang lagi mewabah dan semua orang mahfum satu dengan yang lainnya. Sampai di rumah kami sarapan dengan menu yang lumayan istimewa dari hari-hari biasanya. Setelah semua selesai sarapan. Kini, waktunya sungkeman. Memang memintak maaf tidak harus di hari kemenangan seperti hari raya iedul fitri tapi ini adalah moment yang tepat untuk saling memaafkan dan memintak maaf.

Anak sungkem kepada kedua orang tua, istri sungkem kepada suami, suami sungkem kepada istri. Yang muda sungkem kepada yang tua dan yang sebaya sungkem dengan sesama. Sungguh indah di hari istimewa semua orang mengaku bersalah dan tidak ada yang merasa benar, meraka saling memaafkan satu dengan yang lainnya.

Tidak ada lagi unjung-unjung atau silaturahmi baik ke tetangga ataupun ke sanak famili. Semuanya berdiam diri di rumah. Anjuran dari pemerintah untuk tetap di rumah stay at home. Silaturahmi, saling sapa dengan keluarga yang berada di tempat yang berbeda cukup di lakukan dengan teknologi. Teknologi bisa mendekatkan yang jauh, saat-saat seperti inilah teknologi betul-betul membantu kehidupan kita, meringankan tugas kita. Rasa rindu sedikit terobati meski tak harus bertemu dan saling berjabat tangan.

Sebagai Mahluk Sosial

Kita semua adalah makhluk sosial dimana kita tidak bisa hidup sendiri, satu dengan yang lainnya saling membutuhkan, saling  memerlukan dan saling ketergantungan. Sehebat apapun kita, kita tidak bisa sendiri. Kemajuan teknologi tidak bisa menggantikan peran manusia sebagai makhluk sosial. Teknologi hanya bisa membantu meringankan sebagian peran manusia sebagai makhluk sosial. Meski kita bisa menyapa dengan sanak keluarga dan famili yang jauh nun disana ada yang kurang kalau kita tidak bertemu, bersenda gurau dan berkumpul bersama apalagi di hari istimewa seperti hari raya iedul fitri sebagaimana kita rasakan saat ini.

Saat ini kita hanya bisa bersilaturahmi dengan media daring karena keadaan yang mengharuskanya tanpa mengurangi hakikat dari sebuah silaturahmi. Dalam pegertian silah memiliki arti menghubungkan, dan Rahmi memiliki arti kasih sayang. Silaturahmi adalah menghubungkan tali kasih sayang kepada sesama manusia satu dengan yang lainnya. Dalam bersilaturhami tidak dibatasi oleh waktu dan tempat. Akan tetapi saat ini, karena suatu keadaan yang menghendaki kita untuk menjaga jarak sementara, menjauh sementara untuk mendekatkan selamanya, berpisah untuk bersatu dikemudian hari. Meski dalam silaturahmi banyak nilai-nilai pahalanya. Seperti yang disebutkan dalam sebuah hadits barang siapa yang ingin dipanjangkan umur dan diluaskan rezekinya hendaknya menyambung tali persauadaraan atau silaturhami.

Ramadan yang Memberi Banyak Pelajaran

Banyak hal-hal yang menarik dan kejadian unik pada lebaran tahun ini. Sebagaimana yang sudah di informasikan oleh aparat pemerintah desa. Bahwasanya usai sholat hari raya Idulfitri semua  warga desa tidak boleh keluar desa selama dua hari. Dan tidak diizinkan menerima tamu dari luar desa. Beraktifitas hanya di sekitar rumah bersama keluarga inti. Sesering mungkin untuk mencuci tangan usai dari luar rumah dengan air yang mengalir disertai dengan sabun. Atau cuci tangan dengan hand sanitaizer.             

Semua gang masuk desa diportal dan hanya melalui satu pintu utama sebagai akses keluar masuk desa kami. Dan harus melalui pemeriksaan suhu badan. Ketika masuk desa harus cuci tangan sekaligus diperiksa suhu badannya lagi oleh petugas jaga kampung kami. Akses pintu utama di jaga selama dua puluh empat jam secara bergiliran oleh warga desa yang telah terjadwal dengan baik.

Ramadan tahun ini banyak memberikan pelajaran buat kita semua. Di tengah kewaspadaan merebaknya wabah corona. Hindari keramain untuk lebih menyibukkan diri dengan memperbaiki diri agar menjadi pribadi-pribadi yang berbudi tutur kata dan tindak tanduknya. Ingatlah dari pribadi-pribadi yang baik akan lahir keluarga yang baik dan dari keluarga yang  baik akan terbentuk masyarakat, bangsa dan negara yang baik pula.     

Dan pada akhirnya kita semua menjadi pribadi-pribadi yang suci sebagaimana Idulfitri. Semoga kita semua menjadi pemenang sejati dalam melawan hawa nafsu yang tidak terarah. Selamat hari raya Idulfitri Minal Aidzin wal Faizin 1441 H. Mohon maaf lahir dan batin. Semoga kita semua bisa berjumpa dengan ramadhan tahun depan. Keadaan semakin baik agar kita bisa menjalankan dengan semaksimal dan seoptimal mungkin dalam meraih keridhaan Allah swt. (s)

*Penulis adalah Guru SD Muhammadiyah 12 Surabaya (SDM dubes)

Bagikan
Exit mobile version