Site icon Inspirasi Muslimah

Helicopter Parenting dan Dampaknya bagi Anak

helicopter parenting

Setiap orang tua pasti selalu menginginkan segala hal yang terbaik untuk anaknya. Maka tak jarang kebanyakan dari mereka turut andil dalam membantu anak mengambil segala keputusan dalam hidup sang anak, mulai dari masalah pendidikan, pekerjaan, pasangan hidup hingga cita-cita. Bagi orang tua menerapkan helicopter parenting merupakan hal yang wajar dan demi kebaikan anak, tapi menurut anak perilaku demikian membuat mereka merasa terkekang.

Meskipun hal tersebut terlihat sangat mengatur, akan tetapi sesungguhnya hal itu mereka lakukan semata karena mereka terlalu sayang dengan anaknya sehingga mereka ingin anaknya memiliki kehidupan yang baik dan sukses. Namun, banyak anak yang tak menyadari keinginan orang tuanya tersebut. Justru mereka akan menganggap kedua orang tuanya egois.

Kondisi di mana orang tua selalu mengawasi anaknya merupakan helicopter parenting. Ketika kita sedang berada di atas helikopter, maka seluruh wilayah akan dapat terpantau. Sama halnya dengan orang tua, ketika mereka selalu mengawasi anaknya dan mengatur seluruh kehidupan anaknya mulai dari segala hal. Sehingga upaya kita yang awalnya hanya berusaha memberikan yang terbaik bagi anak justru akan menjadi boomerang tersendiri bagi orang tua karena akan berpengaruh pada kemandirian anak. Di antara dampak-dampak dari helicopter parenting bagi anak di antaranya, yaitu:

1. Anak jadi penakut dan tidak percaya diri

Karena anak terbiasa apa-apa dipikirkan oleh orang tuanya, maka saat anak dihadapkan oleh masalah kecil saja, anak menjadi takut, tidak berani mengambil keputusan. Misalnya saja dalam masalah potong rambut, ketika mereka ditanya oleh tukang cukurnya mau model seperti apa, mereka takut untuk menyampaikan keinginannya karena mereka segala keputusan hidupnya ada pada kedua orang tuanya.

2. Anak tidak mampu menyelesaikan masalah

Saat anak bermain dengan teman-temannya pasti ada diantara mereka memiliki konflik, bertengkar dengan temannya yang lain karena suatu hal. Anak yang didik dengan pola asuh helicopter parenting akan kesulitan untuk menyelesaikan konflik dengan temannya. Sebab mereka terbiasa hidup tenang dan damai karena orang tuanya selalu berusaha memberikan lingkungan yang baik untuk anak. Sehingga, alih-alih anak berusaha menyelesaikan permasalahannya justru mereka pergi meninggalkan lingkungan yang menurutnya buruk.

3. Anak lebih sering berbohong

Membiarkan perilaku orang tua yang terlalu mengatur akan mengekang bagi anak. Ketika anak mulai lelah dengan tekanan-tekanan yang orang tuanya berikan, bukan tidak mungkin anak akan berbohong dengan orang tuanya. Sederhanya mereka mungkin akan mengiyakan apa yang dikehendaki orang tuanya, tapi pada kenyataannya mereka tidak sedikitpun melaksanakan keinginan orang tuanya. Sehingga mereka akan berusaha mencari alasan atau jawaban yang orang tuanya percaya.

4. Anak mudah mengalami stress

Hidup di bawah tekanan yang begitu besar apalagi bertentangan dengan kemauan diri sendiri barang tentu akan menjadi beban dalam pikiran. Tak jarang kemauan antara orang tua dan anak itu berseberangan. Namun, helicopter parenting berusaha agar anak memilih keinginan orang tua tanpa memperdulikan kemauan dan kesehatan mental anak.

Dengan demikian, sayang sekali jika menerapkan helicopter parenting di lingkungan keluarga. Maksud hati ingin memberikan yang terbaik untuk anak, justru malah akan membuat anak mengalami beberapa gangguan kepribadian seperti di atas. Sebagai orang tua yang baik, boleh sesekali kita mengatur dan mengambil beberapa keputusan untuk kehidupan si anak. Namun, sesekali biarkanlah anak menjadi pribadi yang independen atau bebas.

Berikanlah anak ruang untuk berpendapat atau memilih hal yang ingin dia lakukan. Cobalah ayah ibu sadari bahwa mereka sekarang ini hidup di era yang berbeda dengan kehidupan kalian dahulu. Cara yang ayah ibu lakukan untuk keberhasilan yang telah kalian dapatkan mungkin sudah tidak berlaku lagi di masa sekarang. Jadi, selama anak masih memegang nilai-nilai agama dan nilai-nilai yang keluarganya pegang teguh, biarkanlah anak mengeksplorasi dunianya. Jangan terlalu mengatur mereka, cobalah untuk mendengarkan apa keinginan mereka.

Kewajiban kita sebagai orang tua hanyalah mengarahkan dan mengingatkan anak agar mereka tidak salah jalan. Bukan dengan mengekang mereka dengan kemauan kita sendiri. Orang tua yang memaksa anak untuk menuruti segala keinginannya tidak akan menjadikan anak mau menuruti perintah orang tua. Malah yang akan terjadi anak akan berusaha memberontak dan melawan hingga pada akhirnya mental anak juga akan ikut terguncang. Bukankah kondisi keluarga yang demikian juga malah akan menjerumuskan keduanya ke dalam jurang neraka? Sebab di antara anak dan orang tua sudah tidak ada lagi sikap kasih mengasihi.

Penulis: Salsa Bela

Editor: Fitria Salsabila

Bagikan
Exit mobile version