Site icon Inspirasi Muslimah

Habis Vaksin Terbitlah Baper

ponsel

Risnawati-Ridwan

Batal.  Kata yang dilingkari oleh nakes di depan saya membuat saya mengerutkan kening sejenak. Kemudian saya melihat nakes tersebut menulis catatan dan rekomendasi. Pada akhirnya nakes tersebut hanya menyuruh saya untuk foto lembar form screening sebagai bukti tidak melanjutkan vaksin fase 2.

Hari itu saya dan beberapa teman kantor sesama ASN mendapat jadwal untuk melakukan vaksin fase ke dua di Puskesmas. Dua minggu sebelumnya kami menjalani vaksinasi fase 1. Pada saat vaksin pertama, hasil screening  menunjukkan bahwa boleh melanjutkan ke tahap vaksinasi. Tetapi sesaat setelah vaksin, saya mengalami pingsan. Dan hasil observasi menunjukkan bahwa kecemasan yang berlebihan sebagai sebab saya pingsan.

Peristiwa pingsan ini mengingatkan saya peristiwa puluhan tahun silam saat masih bersekolah dan harus menjalani vaksinasi di kelas 1 sekolah dasar. Tentunya banyak teman-teman yang menangis karena sakit plus takut bahkan ada yang melarikan diri melalui jendela dan pingsan. Banyak dari kita mempunyai kenangan buruk soal jarum suntik. Bahkan ketakutan tersebut tetap muncul sampai dewasa.

***

Pingsan setelah memperoleh vaksin merupakan hal yang lumrah. Salah satu reaksi usai vaksin adalah pingsan dan gatal-gatal (detikhealth, 4/2/2021). Seperti yang saya alami yaitu pingsan dan gatal-gatal.

Namun yang menyedihkan dari semua itu adalah ledekan dari teman dan saudara. Bahwa pingsan yang saya alami hanyalah akal-akalan saya. Walaupun dengan nada bercanda, tetapi hal ini  membuat saya baper. Bagaimana tidak, saat sedang berjuang dengan dampak dari vaksin yang saya terima, candaan teman-teman semakin membuat saya down.

Banyak yang mengatakan bahwa Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) yang terjadi adalah biasa, tidak perlu kita besar-besarkan. Saya juga memahami bahwa vaksinasi hanyalah salah satu upaya tambahan tameng terhadap virus yang masuk ke tubuh. Namun demikian tubuh tetap memerlukan waktu untuk membentuk kekebalan dalam tubuh dan butuh waktu yang lebih lama untuk membentuk kekebalan kelompok (herd immunity).

Permasalahan timbul saat harapan orang-orang bahwa dengan telah memperoleh vaksin maka urusannya telah selesai. Jangan berharap semudah itu, Ferguso. Masih panjang waktu untuk memastikan herd immunity terbentuk.

***

Pemerintah saja yang sudah bekerja puluhan tahun melaksanakan program imunisasi nasional bagi anak dan dewasa, tetapi masih ada masyarakat yang masih tidak melakukan vaksinasi bagi dirinya atau anaknya. Dengan segala alasan penolakan menjadikan imunisasi nasional ini tidak mencapai tujuan yang di harapkan.

Belum lagi, kita menjadi lupa dengan pengalaman kita yang saat ini telah dewasa, bagaimana dulu di masa kita kecil dipaksa untuk disuntik. Mengingat sejarah kadang kala membuat kita mengambil keputusan bijak, belajar dari pengalaman menjadikan kita lebih bisa bersikap tanpa memberi pengaruh yang buruk bagi orang lain.

Saya yakin sewaktu kecil, kita sangat ketakutan saat akan melakukan suntik. Namun pada masa itu kita tidak mampu melakukan perlawanan dalam bentuk apapun. Mengemukakan ketakutan yang dirasakan saja tidak diberi kesempatan oleh orang dewasa di sekitar kita, apalagi mengemukakan keberatan pada perlakuan mereka terhadap tubuh kita.

Setiap orang akan merasakan bagaimana terintimidasinya perasaan saat melakukan sesuatu dengan terpaksa kemudian tidak ada apresiasi terhadap hasil yang telah dilakukan.  Anak kecil yang telah mendapatkan vaksinasi masih juga mendapat kecaman jika si anak sakit baik itu sebagai akibat vaksinasi atau beberapa waktu kemudian masih sakit walaupun telah divaksin.

***

Jika kita hubungkan dengan situasi sekarang, masyarakat belum melakukan vaksinasi karena beberapa hal, pertama, ketidakpercayaan masyarakat terhadap jenis obat vaksinasi. Dampak ketidakpercayaan ini merupakan hasil dari ketidakpercayaan terhadap pemerintah selama ini dan program-programnya.

Penyebab yang kedua adalah mereka lupa bahwa seharusnya mereka melakukan vaksinasi ini seperti mereka melakukan vaksinasi di waktu kecil. Walaupun dengan perasaan terpaksa tetapi tetap melakukan vaksinasi. Kelupaan yang mereka rasakan membuat mereka tidak dapat bersikap adil terhadap orang lain yang melakukannya. Bahkan karena mereka lupa, mereka tetap menyalahkan pemerintah bahwa proses vaksinasi ini sebagai konspirasi dan mereka lupa bahwa butuh puluhan tahun untuk merubah persepsi dan budaya masyarakat.

Dan yang ketiga adalah ketakutan itu sendiri. Vaksinasi oleh pemerintah ini berlangsung secara mendadak karena virus menyerang juga mendadak. Program imunisasi nasional adalah program yang berjalan karena banyaknya kasus-kasus yang muncul karena ketidaktahuan sehingga proses penyembuhan dan pengembangan obatnya berlangsung secara bertahap dan dalam tempo yang lama.

***

Tetapi lain lagi ceritanya dengan virus Corona, virus ini menyerang seluruh negara dalam waktu yang singkat dengan korban kematian yang banyak. Tentunya kewajiban harus melakukan vaksinasi menjadi ketakutan dalam diri. Ketakutan ini muncul karena tidak adanya penjelasan yang valid dan masif, hanya perintah dan sanksi yang ada jika tidak melakukan.

Menjadi masalah jika ketakutan ini disebarluaskan kepada orang lain. Bahwa dengan mengejek dan mengunderestimate orang lain yang telah melakukan vaksinasi dan merasa diri sendiri baik-baik saja. Padahal dirinya hanya menutupi ketakutannya sendiri.

Berusaha menjalankan program pemerintah dan berusaha membuat linkungan yang sehat dan lebih baik dalam kondisi pandemi begini tentunya adalah harapan smeua orang. Namun kadang kala ketakutan terhadap program itu sendiri membuat pilihan dengan menakut-nakuti orang lain bukanlah hal yang bijak untuk dilakukan. Terutama untuk vaksinasi ini. Pemerintah masih berupaya agar warga negara mendapatkan vaksinasi, dan sudah menjadi tugas kita sebagai warga negara menjalaninya. (RbR)

Bagikan
Exit mobile version