Site icon Inspirasi Muslimah

Gen Z dan Sedentary Lifestyle

gen z

Generasi Z dikenal akrab sebagai sahabat teknologi, nafas hidupnya ketergantungan dengan teknologi yang semakin pesat kemajuannya. Pada tahun 2024 gen Z ini berusia 12 – 27 tahun yang di mana sekarang berada  di usia sekolah, kuliah, kerja atau menikah. Teknologi berhubungan erat dengan koneksi internet yang gen Z gunakan untuk memenuhi kehidupannya. Seperti mengerjakan tugas, freelance, atau hanya sekedar selancar dunia sosial media.

Gaya hidup sehat pada gen Z semakin menurun terlihat dari minimnya aktivitas yang mereka lakukan. Gen Z sangat dekat dengan penggunaan teknologi yang semakin mudah mereka akses di mana dan kapan saja. Salah satu menjadi penyebab minimnya melakukan aktivitas fisik pada umumnya.

Sedentary Lifestyle

Menurut World Health Organization (WHO) lebih dari 80% populasi remaja di dunia kurang melakukan aktivitas fisik. Selaras dengan memicu peningkatan risiko kematian sebesar 20%-30% orang yang kurang aktif. Jika kita lihat dari budaya dan penggunaan teknologi pada gen Z ini merupakan kebiasaan yang menjadi kurang baik bagi kesehatan tubuh.

Sedentary Lifestyle merupakan gaya hidup yang mengarah pada segala jenis aktivitas yang dilakukan di luar waktu jam tidur dengan karakteristik keluaran kalori paling sedikit. Kegiatan ini sering kita lakukan tanpa sadar, contohnya : membaca, menulis, duduk, gaming, rebahan, menonton TV, bekerja di depan laptop/komputer dalam waktu yang lama.

Gaya hidup gen Z yang tidak terlalu banyak gerak di rumah. Melainkan menggunakan privilege  kendaraan irit tenaga tidak dengan biaya bahan bakarnya yang padahal bisa mereka jangkau dengan berjalan kaki. Ditambah ketersediaan gadget teknologi yang mudah dengan smartphone yang digunakan gen Z seperti digunakan kebermanfaatannya untuk freelance, conten creator, dan lain-lain.

Terdapat kategori Sedentary Lifestyle terbagi berdasarkan durasi waktu yaitu :

1. Level rendah, dalam durasi kurang dari 2 jam

2. Level sedang, dalam durasi 2-5 jam

3. Level tinggi, dalam durasi lebih dari 5 jam

Dampak Kesehatan bagi Tubuh

Pola hidup yang pasif tidak banyak melakukan gerak aktivitas akan berdampak buruk bagi Kesehatan tubuh. Aktivitas fisik yang rendah akan menyebabkan sirkulasi darah yang tidak lancar dalam mengurai metabolisme dalam tubuh. Sedentary Lifestyle dapat menyebabkan meningkatnya penumpukan energi yang kemudian di simpan dalam lemak. Proses pemecahan glukosa dan lemak dalam tubuh akan mengalami kesulitan dan berdampak pada penambahan berat badan.

Kebiasaan buruk yang berlangsung secara continue akan mempengaruhi kondisi tubuh dan akan berisiko terjadi penyakit Non Communicable Disease  (NCD) atau penyakit tidak menular. NCD ini penyakit kronik yang penyebabnya ialah gaya hidup dan tingkah laku yang tidak sehat di kalangan Masyarakat. Contohnya seperti penyakit kardiovaskuler, diabetes milletus tipe 2, hipertensi, obesitas, gangguan musculoskeletal seperti nyeri sendi dan osteoporosis.

Kondisi kesehatan mental seperti peningkatan risiko depresi merupakan salah satu dampak buruk dari Sedentary Lifestyle. Dampak kejadian tersebut dalam kesehatan mental energi yang menjadi lebih lemah, keadaan susasana hati yang tidak bersemangat, merasa lesu, cenderung lebih banyak merasakan kecemasan dan memiliki potensi mengalami stress serta depresi. Terlebih perilaku pada usia dewasa muda yang sebagian waktunya habis untuk screen time akan menyebabkan pola gangguan tidur yang terganggu. Selain itu juga mampu menyebabkan peningkatan tingkat kecemasan dan berpotensi depresi. Kejadian tersebut menyebabkan respon tubuh yang sulit beristirahat padahal tubuh membutuhkan porsi istirahat. Hal ini mengakibatkan kelelahan pada tubuh yang tidak diikuti oleh istirahat yang cukup.

Kondisi ini meningkat selama masa pandemic Covid-19. Gangguan fungsi kognitif dan emosi berkaitan dengan kondisi psikososial, Tingkat Pendidikan, dan gaya hidup seperti aktivitas fisik dan Sedentary Lifestyle. Dampak psikologis dari Sedentary Lifestyle adalah depresi, kecemasan, dan stress. selain itu juga bisa berdampak pada fungsi kognitif yang berpengaruh pada kemampuan akademik pada gen Z.

Pola Hidup Sehat

Aktivitas fisik merupakan setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang membutuhkan pengeluaran energi. Pada normalisasi yang WHO tetapkan, kegiatan aktivitas fisik dengan intensitas sedang setidaknya 150-300 menit sepanjang minggu untuk mendapatkan kebermanfaatan dalam kesehatan tubuh.

Peningkatan risiko terbentuknya Sedentary Lifestyle dapat kita cegah dengan intervensi gaya hidup seperti program peningkatan aktivitas fisik individu. Melakukan berbagai kegiatan yang bermanfaatan dengan aktivitas fisik yang mencukupi misalnya kerja bakti, olahraga bersama, atau kegiatan sosial lainnya. Tuntutan pekerjaan menjadi alasan kuat untuk gen Z kurang beraktivitas. Namun mengatur waktu untuk bergerak dan latihan fisik sangat membantu individu untuk dapat produktif dan sehat baik secara fisik dan mental. Percepatan teknologi mampu mengukur aktivitas dengan menggunakan aplikasi pada smartphone yang dapat mengingatkan untuk berpindah dan bergerak Ketika sudah lama dalam posisi yang sama.

Gen Z perlu adanya validasi dan dukungan dari keluarga dan teman sebaya dalam melakukan kegiatan aktivitas fisik. Perilaku gen Z lebih banyak terpengaruhi oleh teman sebaya mereka berhubungan dengan kemampuan komunikasi teman yang lebih dapat seorang individu terima. Dukungan tersebut sebagai afirmasi positif, penghargaan, informatif, emosional untuk gen Z melakukan aktivitas fisik dalam menekan perilaku Sedentary Lifestyle. Ayo gelorakan hidup sehat!

Bagikan
Exit mobile version