Site icon Inspirasi Muslimah

Gelombang Kedua Pandemi, Saatnya Indonesia Bangkit

keresahan

Oleh: Hayatul Mughiroh*

Angka pasien positif Covid-19 di Indonesia menunjukkan jumlah yang luar biasa. Seperti yang dsampaikan Juru Bicara pemerintah untuk Penanganan Covid-19 bahwa  total jumlah pasien covid-19 sampai tanggal 19 Mei 2020 yakni 18.496  orang positif, 4.467 orang dinyatakan sembuh dan 1.221 orang  meninggal.

Sampai saat ini, Indonesia menempeti peringkat ke 33 dari 188 negara, dengan jumlah kasus positif terbesar di dunia. Upaya sudah dilakukan mulai dari social distancing, physical distancing dan menjaga pola hidup bersih dan imunitas tubuh. Selain itu gerakan untuk tetap tinggal di rumah , belajar di rumah, WFH, tidak mudik, sampai pada Pembatasan Sosial Berskala Besar di wilayah tertentu.

Edaran demi edaran diterbitkan. Awalnya, sebagian dari bangsa ini masih ada yang “ngeyel” dan tidak mentaati aturan. Tetapi, tidak selang lama, sebagian besar masyarakat indonesia mulai sadar bahwa betapa pentingnya kesehatan dan nyawa seseorang. Melawan Covid- 19, menjadi semakin gencar dikampanyekan. Beberapa orang yang selama ini tidak pro dengan pemerintah hanya karena masalah politik, mendadak balik arah bahwa mereka mengajak satu sama lain untuk mentaati ulama dan umara’. Mengapa? Karena keduanya bersatu untuk melawan Covid- 19 agar tidak menyebar.

Masyarakat bersatu, budaya khas Indonesia sangat terlihat selama masa pandemi ini. Setiap orang ingin membantu yang lainnya, bahu membahu tanpa melihat mereka itu siapa. Baik lembaga sosial, organisasi kemasyarakatan maupun individu perseorangan terus berupaya mengumpulkan dana untuk didonasikan kepada masyarakat yang terkena dampak pandemi ini.

Semangat bahu membahu begitu kental. Sulit untuk membedakan organisasi apa, lembaga mana, dan gerakan apa karena semua hanya ingin meringankan beban masyarakat yang terkena dampak covid. Hal ini dilakukan agar warga kehilangan mata pencahariannya, bisa tenang di rumah dan tidak tertular virus Covid 19 ini.

Saat bangsa ini mulai nyaman dan merasa mampu untuk mengikuti anjuran pemerintah, tiba tiba seperti hanya dilakukan setengah hati. Larangan mudik masih diberlakukan tetapi beberapa tranportasi diijinkan beroperasi oleh perhubungan. Bandara, meskipun memberlakukan persyaratan dan tindakan medis sebelum berangkat, toh yang terjadi sangat minim adanya physical distanching. Masyarakat berbondong bondong memenuhi bandara untuk melakukan perjalanan. Parahnya, beberapa penumpang diketahui positif covid.

Edaran baru, datang dari kementrian pendidikan. Sejumlah dinas pendidikan, beberapa hari terakhir ini telah mengeluarkan surat bahwa mulai awal Juni 2020, sekolah sudah diaktifkan kembali. Masa belajar anak anak di rumah sudah habis. Masa pembelajaran daring sepertinya akan ditarik kembali dan belajar sebagaimana biasanya.

Flu Spanyol dan Era New Normal

Beberapa pakar mengatakan bahwa angka pergerakan status Covid 19 di Indonesia mulai melandai, meskipun tidak signifikan. Bahkan pernyataan WHO yang disampaikan direkturnya di  Jeneva mengatakan bahwa virus corona ini mungkin tidak akan hilang sebagai endemi di dunia. Sehingga, beberapa negara mempersiapkan diri untuk memasuki kehidupan baru yang disebut dengan New Normal (kenormalan baru), termasuk Indonesia.

Beberapa negara mulai masuk era new normal. Disebutkan, negara-negara tersebut sedang memasuki gelombang kedua covid 19. Setelah sempat dinyatakan sembuh dari virus corona, Tiongkok membuka lock down di Wuhan. Tetapi saat ini dilaporkan, kota tersebut menyuplai kurang lebih 14 kasus baru dan terus bertambah. Begitu juga dengan Korea Selatan menghadapi serbuan covid gelombang kedua, negara yang sempat dalam sebulan tidak ada penambahan kasus sama sekali (nol kasus). Begitu lock down dibuka, negeri Gingseng tersebut langsung menyumbang 43 kasus baru. Selebihnya kasus covid di Timur Tengah (tepatnya di Iran) juga meningkat tajam angka kematiannya, karena masyarakatnya  yang tidak patuh untuk physical distancing.

Jika kita membaca sejarah, pada tahun 1918 – 1920, dunia mengalami masa pandemi terparah yakni Flu Spanyol. Flu ini berlangsung selama dua tahun dalam tiga gelombang serangan. Tercatat 500 juta orang terinfeksi dan angka kematian mencapai 50 juta jiwa, termasuk di Indonesia (wikipedia).

Berdasarkan sejarah yang ada, dari tiga gelombang sebelum pandemi  Flu spanyol berakhir, gelombang kedua disebut paling mematikan. Bahkan disebutkan gelombang kedua merupakan serangan kematian paling kejam. Virus menyebar  dengan sangat cepat dibanding gelombang sebelumnya.

Indonesia Bangkit

Saat ini, sebagaimana negara lainnya, Indonesia mempersiapkan diri masuk era new normal. Pemerintah telah meminta kepada masyarakat untuk berdamai dengan covid 19. Dengan kata lain, bahwa bagaimana agar bangsa ini berupaya untuk tetap beraktivitas sebagaimana biasanya di tengah masa pandemi ini. Guru dan murid akan kembali melaksanakan kegiatan belajar mengajar di sekolah, perkantoran akan kembali dibuka, jasa layanan dan masih banyak lagi yang lain akan opened..

Sebelum kaki kita menginjak di gelombang kedua masa pandemi ini, tentu kita harus belajar dari sejarah. Pandemi Flu Spanyol menjadi pelajaran yang berharga. Tiongkok dan Korea Selatan yang telah melewati masa kritis covid 19 kemudian membuka lockdown, ternyata justru kasusnya semakin bertambah. Masyarakat Iran yang tidak taat untuk physical distancing setelah masuk gelombang kedua menyumbang tiga kali lipat angka kematian dari sebelumnya.

Kenyataan yang kita lihat sekarang adalah sebagian masyarakat tidak bisa menahan untuk mudik menjelang lebaran. Pasar, Bank, mall ataupun pusat perbelanjaan dipenuhi orang untuk mempersiapkan lebaran. Ironisnya, mereka tidak lagi bermasker ataupun physical distancing.

Gelombang kedua masa pandemi ini telah dimulai. Seakan akan Covid 19 mulai menghilang, bukan berarti kita langsung kembali seperti biasanya. Kita tidak kembali ke old normal, tetapi new normal. Dengan begitu, penting bagi kita untuk menjaga diri dan mematuhi protokol kesehatan, terlebih mempersiapkan keluarga.

Langkah persiapan untuk memasuki gelombang kedua masa pandemi ini antara lain, 1) menjaga imunitas anggota keluarga. Penyakit apapun akan mudah menyerang tubuh kita jika imunitas tubuh kita lemah. Bukan hanya Covid 19, tetapi flu biasa pun akan mudah menjangkit. Menjaga imunitas tentu kaitannya dengan pola hidup sehat, seperti pola makan, olahraga serta istirahat yang cukup; 2) Physical distancing, meskipun angka status covid melandai, tetapi kita tetap memberlakukan aturan ini. Kita tahu bahwa covid 19 ini belum benar benar hilang. Sehingga physical distancing dan tidak keluar rumah jika tidak penting, akan meminimalisir penyebaran Covid 19. 3) Cuci tangan sesering mungkin;  4) Menjaga psikologis anak dengan memberikan pemahaman protokol pencegahan covid, bagaimana agar anak anak tidak panik dan optimis; serta 5) Selalu mendekatkan diri kepada Allah dimanapun berada.

Nah, kelima hal tersebut akan kita lakukan terus di era new normal terhadap keluarga kita. Upaya ini terus dilakukan agar bangsa ini benar benar bisa bangkit meskipun pandemi melanda. (s)

*Ibu Rumah Tangga dan Komisioner KPU Kabupaten Merangin

Bagikan
Exit mobile version