Site icon Inspirasi Muslimah

Bu Tejo Ada di Diri Kita

mbah malik

Belakangan ini film “Tilik” menjadi viral dan sampai detik ini masih hangat dibicarakan oleh warganet. Terhitung sejak film di upload di youtube pada tanggal 17 Agustus 2020 telah menyedot 11 juta viewer dalam sepekan. Gaya Siti Fauziah yang memerankan sosok “Bu Tejo” menyedot perhatian dan membuat geram bagi penonton. Merasa gemas dengan kenyinyirannya sehingga tidak sedikit netizen yang iseng dengan membuatkan meme Bu Tejo dan sticker WA (Whatsapp) sebagai bentuk sindirian maupun guyonan.

Film yang menceritakan sepanjang perjalanan rombongan ibu-ibu di atas truck diadopsi dari realitas budaya jawa yang diistilahkan dengan “Tilik”. Budaya “Tilik” di Jawa merupakan hal lazim dilakukan oleh ibu-ibu untuk menjenguk sanak kerabat, tetangga, baik bagi yang baru melahirkan, orang yang sakit, dan lain-lain. Biasanya menjenguk bersamaan atau rombongan.

Sosok Bu Tejo

Cerita yang sangat epik dalam film pendek ini menggambarkan bagaimana realitas sosial budaya orang jawa setempat, ketika mengunjungi seseorang dengan menggibah orang lain dan kebiasaan tersebut sangat lekat dengan kehidupan kita sehari-hari. Uniknya sosok sentral dalam film ini adalah Ibu Baedah, istri dari Bapak Tejo sehingga lumrah dipanggil Bu Tejo.

Bu Tejo digambarkan dengan sosok karakter tokoh antagonis, yang membicarakan  sosok Dian yang dianggap sebagai gadis nakal, dan kerap kali menggoda laki-laki bahkan suami seseorang. Sebenarnya dalam perjalanan romobongan tersebut para ibu-ibu menjenguk Ibu Lurah yang sedang sakit di Rumah Sakit.

Namun sepanjang perjalanan Bbu Tejo adalah tokoh sentral yang selalu mem-framing sosok Dian dengan tujuan agar gadis tersebut kelihatan gadis yang tidak nggenah (tidak benar). Dengan bahasa Jawa yang khas desa, dialektika Bu Tejo memang agak menggelitik dan berhasil membuat penonton menjadi geram dengan karakter yang diperankannya.

Mengambil Hikmah dari Karakter Tokoh

Di sisi lain warganet tidak sedikit yang memberikan penghargaan atas film tersebut karena berhasil mengangkat kisah nyata yang tidak jauh dari kehidupan sehari-hari. Oleh karenanya dapat dijadikan hikmah dan diambil pelajaran agar kita tidak seperti apa yang dilakukan oleh Bu Tejo. Secara tersirat terdapat pendidikan akhlak yang disampaikan dalam film “Tilik”, dengan menempatkan pemeran Yu’ Ning sebagai penyemimbang dari Bu Tejo.

Bagaimana tidak dengan lihainya Ibu Tejo dengan bahasa yang menohok dapat mempengaruhi ibu-ibu yang lain. Namun, dengan adanya Yu’ Ning mampu menjadi counter pengaruh dari Bu Tejo.

Yu’ Ning dengan kebijaksanaanya berusaha agar berita atau kabar burung yang kita dengar dan tidak jelas darimana sumbernya jangan mudah dipercaya. Sebab dikhawatirkan berita yang kita dapat dan memang itu terbukti tidak benar bias menimbulkan fitnah. Tak lupa Yu’ Ning mengucap kalimat popular bahwa fitnah itu lebih kejam dari pada pembunuhan.

Sosok Bu Teja dalam Diri Kita

Bila kita boleh menarik dari apa yang disampaikan oleh Yu’ Ning dilihat dari konteks saat ini ternyata banyak sosok karakter dari Bu Tejo ada di dalam diri kita. Tak usah dipungkiri terkadang kita juga terbawa dari omongan orang lain dan sesekali kita percaya padahal kebenarannya belum terbukti. Dan bisa jadi kita sendirilah yang memerankan akhlak Bu Tejo dalam kehidupan sehari-hari.

Terlebih dengan adanya kemajuan teknologi dan arus informasi pemberitaan dengan cepat menyebar melalui media sosial. Dalam hitungan menit berbagai informasi ada di genggaman kita. Di konteks inilah terkadang kita tidak sengaja belum membaca isi berita tapi sudah kita share ke beberapa group media sosial. Nasehat dari Yu’ Ning patut kita resapi bahwa perlu adanya tabayun terkait berita yang kita dapatkan apapun beritanya.

Kemajuan teknologi juga berdampak pada kecanggihan bentuk informasi. Semua berita bisa dimanipulasi dengan tool editing video, foto, maupun gambar. Sebagai contoh agar suatu berita terlihat benar seorang editor bisa mengubah laman berita yang dicapture kemudian diedit dengan berita lain kemudian disebar dan akhirnya pembaca berita percaya karena terkecoh dengan hasil editing tersebut. Biasanya berita yang dicapture dan diedit adalah laman berita ternama semacam kompas.com, detiknews.com, dan lain sebagainya.

Hasil berita yang sudah diedit biasa kita kenal dengan istilah “Hoax”. Kalau kemudian kita tidak ber-tabayun/klarifikasi lalu ikut menyebarkan berita hoax kita tidaklah berbeda dengan apa yang dilakukan oleh Bu Tejo dalam film Tilik besutan  Wahyu Agung Prasetyo. Maka dari itu kita dapat mengambil pelajaran dari apa yang dikisahkan dalam film tersebut.    

Bagikan
Exit mobile version