Site icon Inspirasi Muslimah

Bersedih dengan Gembira

sedih

Dinul Qoyimah

Beberapa bulan terakhir ini banyak sekali kabar sedih/duka yang saya dengar. Beberapa saudara dan teman kehilangan orang-orang tercintanya. Berawal dari beberapa bulan lalu, budhe dari garis keturunan bapak telah meninggal karena stroke ringan yang cukup lama. Kemudian dua minggu yang lalu, bapak dari sepupu saya juga meninggal karena sebab yang sama. Sedangkan berita duka yang terbaru adalah meninggalnya orang tua dari seorang siswa les yang cukup mengejutkan. Mengingat usianya yang baru menapaki awal empat puluhan.

Kepergian orang-orang terkasih ini, tak bisa dipungkiri, pasti meninggalkan duka yang dalam pada diri setiap anggota keluarga yang ditinggalkan. Tetapi di balik rasa kehilangan dan kesedihan, terselip ada rasa ikhlas dan kelegaan. Terutama bagi mereka yang telah merawat almarhum/almarhumah selama sakit. Lega karena akhirnya beliau-beliau terbebas dari sakit yang diderita selama ini. Ikhlas, karena pada akhirnya semua juga akan kembali pada Sang Pencipta.

Ya, selalu ada pilihan dalam menghadapi kesedihan. Meratapi kesedihan atau menghadapinya dengan lapang hati. Kesadaran akan hal-hal positif dari kesedihan pada akhirnya menguatkan rasa ikhlas dan lega untuk melepaskan. Menyadari bahwa datang selalu berdampingan dengan pergi, sehingga timbul pemahaman tentang urusan dan ketentuan Tuhan yang tak mungkin ditolak. Memahamkan kita bahwa ada hal-hal yang tak mungkin bisa kembali meskipun kita telah banjir peluh dan air mata meratapinya.

***

Ah, saya jadi teringat pada peritiwa yang saya alami bertahun-tahun lalu. Bapak sakit keras ketika saya sedang dalam proses pembuatan kartu kuning sebagai syarat kelengkapan tes CPNS. Pada saat itu, awal tahun 2006, saya adalah seorang sarjana yang baru beberapa bulan mendapatkan ijazah, masih dengan pemikiran yang konvensional, dan memiliki impian menjadi PNS sangatlah manusiawi. Apalagi gambaran kehidupan PNS yang waktu itu cukup “menggiurkan”.

Pada waktu itu, saya melihat begitu nikmatnya hidup keseharian seorang PNS, terutama guru. Datang dan mengajar di sekolah setiap pagi sampai siang, sedangkan di sore dan malam hari mereka bisa menghabiskan waktu bersantai di rumah saja atau mencari tambahan penghasilan dengan memberikan les pelajaran. Bahkan ada seorang guru SMA saya yang menekuni usaha cake and bakery selepas mengajar, dan berhasil mengembangkan usahanya tersebut menjadi sebuah catering yang cukup besar. Hh, sebuah gambaran hidup yang menjanjikan irama teratur, tertata dan terkesan stabil.

Ternyata setelah masa berganti, gambaran tersebut berbanding terbalik dengan kenyataan yang terjadi saat ini. Di mana seorang guru tidak bisa lagi hanya datang pagi pulang siang. Tetapi totally menghabiskan waktunya seharian penuh di “sekolah”, meskipun tak sepenuhnya mengajar di kelas. Para guru jaman sekarang selain bertugas mengajar juga masih harus menghadapi tumpukan tugas administrasi, menghabiskan banyak energi mengkreasikan PJJ agar tetap memberikan hasil pembelajaran yang maksimal. Sungguh, menjadi guru PNS jaman sekarang tak seperti bayangan indah saya di waktu dulu.

***

Kembali ke kisah saya yang gagal mengikuti tes seleksi CPNS karena akhirnya proses tersebut harus berhenti. Saya memilih untuk merawat bapak dan menanggalkan keinginan untuk mengikuti seleksi CPNS. Kecewa? Iya, tidak saya pungkiri ada rasa kecewa di hati. Tetapi kemudian ada rasa gembira karena saya memilih meluangkan waktu untuk bapak di saat-saat terakhirnya.

Sebuah keputusan yang tak pernah saya sesali karena ada kesadaran bahwa ada hal positif dari keputusan yang berat tersebut. Seandainya saya memilih untuk tetap melanjutkan proses tes seleksi tersebut. Maka hati, pikiran dan tenaga saya akan terpecah, tidak bisa fokus hanya untuk bapak. Tetapi saya gembira telah memilih untuk fokus merawat bapak, sehingga saya benar-benar mendapatkan quality time bersamanya di saat-saat yang terakhir.

Hal lain yang akhirnya menggembirakan juga adalah, saya tak perlu berkutat dengan rutinitas guru sekolah seperti yang dialami beberapa teman yang lolos mengajar di sekolah baik menjadi PNS ataupun tidak. Karena pada kenyataannya, irama hidup yang saya alami sekarang terasa lebih indah. Meskipun tidak mengajar di sekolah, saya tetap bisa mengajar di rumah, mengembangkan berbagai tehnik mengajar yang pernah saya dapatkan di bangku kuliah untuk memaksimalkan pencapaian pembelajaran, untuk anak-anak saya sendiri dan anak-anak yang les di bimbingan belajar yang saya dirikan.

Ya, memang proses tersebut tidak mudah dan memerlukan waktu yang tidak sebentar. Tetapi rasa ikhlas menerima kenyataan memberikan pemikiran positif  dan pembelajaran akan hal-hal-hal baik di balik keadaan yang mungkin buruk menurut kita. Seperti masa pandemi yang terasa sangat melelahkan ini. Banyak hal akhirnya berubah total dari apa yang telah berjalan selama bertahun-tahun. Tapi banyak pula hal positif di sekitar kita yang ternyata muncul semenjak hadirnya si cantik Corona.

***

Di masa pandemi ini akhirnya lebih banyak masyarakat  yang aware pada kebiasaan hidup sehat seperti sering mencuci tangan dengan sabun, rajin mandi, rajin berolahraga serta memperhatikan pola makan dan istirahat. Para orang tua yang akhirnya menyadari bahwa mengajar anak ternyata tidak mudah, sehingga mulai menghargai rumitnya tanggung jawab guru di sekolah. Anak-anak juga belajar menghargai pentingnya saat-saat pertemuan mereka dengan guru di sekolah dan menghargai pekerjaan-pekerjaan rumah yang semula mereka anggap sepele.

Dan lebih jauh lagi, pemikiran konvensional bahwa bekerja adalah pergi pagi pulang sore pun bergeser menjadi lebih kreatif dengan bekerja bisa di mana saja dan kapan saja. Yang akhirnya memunculkan banyak sekali ide-ide keren dan menarik yang bahkan terkadang dulu masih kita anggap impossible.

Banyak sekali hal-hal yang tidak mengenakkan dalam hidup ini. Tetapi beberapa pemikiran positif sering muncul saat kemalangan menimpa. Seperti, “semua ada hikmahnya”, atau “ada hal yang baik dari musibah ini”, atau “untung hanya seperti ini” dan banyak lagi yang lain. Pemikiran positif tersebut akan mengubah keadaan menjadi situasi yang positif juga jika kita menggunakannya sebagai energi yang mensupport hati dan pikiran untuk tetap gembira. Rasa gembira menjadikan kita lebih ringan dalam melangkah dan lebih rileks dalam berpikir.   

Bagikan
Exit mobile version