Site icon Inspirasi Muslimah

Alami Overthinking; Apakah Hal yang Wajar?

overthinking

Bagi kalangan remaja mengalami overthinking adalah suatu hal yang banyak terjadi, karena usia remaja merupakan fase pencarian jati diri. Tidak dapat terelakan lagi bahwa remaja saat ini banyak mengalami overthinking. Overthinking merupakan suatu kebiasaan berfikir dengan cara yang merugikan melalui ruminasi dan kekhawatiran. Ruminasi merupakan sebuah kebiasaan memikirkan kejadian yang telah lampau, sedangkan khawatir merupakan kebiasaan memikirkan prediksi yang negative. Dari pengertiaannya saja, banyak hal negative yang akan terjadi jika terlalu banyak overthinking. Hal itu bukan solusi terbaik untuk selesai dari suatu masalah. Malah mungkin akan menimbulkan masalah baru.

Kehidupan adalah tentang timbul masalah dan mencari solusinya. Dan tatkala sudah selesai dari suatu masalah tidak jarang timbul masalah baru yang hadir. Namun, dalam menyelesaikan masalah inilah banyak orang mengambil jalan dengan overthinking mengeluh atas masalah yang ada. Kebanyakan orang merendahkan diri karena harus berhadapan dengan masalah dan merasa tidak mampu untuk menyelesaikannya, bahkan ada yang sampai menyesali perbuatan kemarin, karena merasa masalah sekarang terjadi atas perbuatan kemarin. Cukup rumit memang, harus berdampingan hidup dengan masalah. Namun, jika hidup tanpa masalah malah terasa hampa bukan? Karena dari sebuah permasalahanlah seseorang dapat memperbaiki kesalahan yang pernah terjadi dan dapat tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik.

Overthinking Secukupnya

Untuk itu wajar jika sesekali mengalami overthinking atas perbuatan yang telah terjadi kemarin. Namun bukan untuk disesali atau bahkan sampai menyalahkan diri. Cukup ambil hikmah dari setiap penyesalan atas kesalahan yang ada, dan tempuh Langkah dengan lebih hati-hati lagi agar Langkah kurang tepat yang pernah kita ambil tidak terulangi lagi. Yang menjadi masalah ialah saat berlarut dalam overthinking, karena hal itu dapat berpengaruh terhadap kesehatan mental.

Memang cukup sulit untuk dapat menghindari overthinking, namun setidaknya ada usaha untuk sedikit mengurangi overthinking berlebih, karena saat seseorang bertekad untuk tidak melakukan sesuatu secara berlebihan pasti ada upaya yang akan ia lakukan meskipun hanya hal kecil, karena berawal dari hal kecil itulah akan menjadi dampak yang besar.

Untuk itu, mulailah dengan mengurangi overthinking mulai dari sekarang, karena kebanyakan orang tidak menyadari bahwa derajat kebahagiaan itu terwujud oleh diri sendiri, dan apakah kalian sadar? Jika sampai saat ini masih melakukan hal yang mencederakan diri akankah kebahagiaan itu dapat terwujud? Saya rasa dengan overthinking akan banyak kebahagiaan yang terlewatkan karena terlalu sibuk bergelut dengan ekspektasi kepada diri sendiri yang tak kunjung terwujud. Melelahkan bukan?

Maka dari itu lebih baik fokus terhadap pengembangan diri, tanpa harus menjadikan pencapaian orang lain sebagai tolak ukur keberhasilan, karena hal itulah yang mengundang overthinking. Setiap kita telahir dengan ragam dan kemampuan berbeda. Lantas untuk apa membandingkan-bangdingkanya dengan orang lain jika hal itu hanya akan mengundang rasa gundah.

****

Cukup sudahi sampai sini overthinkingnya. Mulailah mengenali potensi diri dan tunjukan pada dunia bahwa siapapun bisa menjadi salah satu bintang yang bersinar indah. Jadilah seseorang yang mampu menghargai diri sendiri karena penghargaan terbaik adalah dari diri sendiri. Jadilah seseorang yang mampu memaafkan kesalahan kemarin dan berkomitmenlah untuk akan memperbaikinya. Dengan begitu seseorang akan sedikit mengurangi kebiasaan overthinking. Karena overthinking hadir saat seseorang tidak percaya diri, maka dari itu jadilah seseorang yang percaya akan siri sendiri, dengan percaya diri akan menjadi jalan untuk bisa menerima kekurangan dan kelebihan diri dan Bahagia menerima diri sendiri.

Pepatah mengatakan ada banyak hal yang sudah tidak bisa kita ubah dalam hidup antaranya adalah masa lalu; maka fokuslah pada hal yang bisa kita ubah seperti masa yang akan datang yang masih bisa kita persiapkan. Artinya masa lalu itu sudah terjadi dan tidak dapat kita ubah kembali namun masih ada masa depan yang masih bisa kita persiapkan, maka untuk apa merawat dendam, kecewa, sakit hati, dan putus asa terhadap kejadian yang telah berlalu karena hal tersebut tentu hanya meracuni diri sendiri jika terus-terusan kita timbun dalam diri.

Penulis: Wulan Prasesti

Editor: Wildan Assegaf

Bagikan
Exit mobile version