Site icon Inspirasi Muslimah

Revolusi Industri: Berubah atau Mati?

Dunia telah tersenyum, melihat kau bertaruh nyawa, tak pedulikan yang kau punya, demi raga yang lain.

Sedikit penggalan lagu yang berjudul demi raga yang lain karya Eka Gustiwana dan Yessiel Trivena. Lagu ini seolah-olah mengajak kita mengenang jasa pahlawan abad ini yang berjuang di garis terdepan melawan wabah Covid-19 yang tak tentu berakhirnya ini. Namun sangat disayangkan melihat kejadian-kejadian terakhir; tidak ada kerjasama yang baik antara pemerintah dan rakyat sehingga jumlah kasus semakin hari semakin menjadi-jadi.

Di samping itu, roda-roda perekonomian menjadi tidak stabil. Bagaimana tidak, masyarakat Indonesia yang mayoritas perekonomian tidak bisa dikatakan sejahtera dihadapkan pada kondisi yang antimainstream seperti ini. Sungguh ironis sekali memang, ditambah lagi dengan kebijakan-kebijakan pemerintah  yang hanya lebih menggelitik rasa geli saja.

Terlepas dari itu semua, sebagai manusia kita telah melewati berbagai era industri. Sebagaimana dalam sistem revolusi pilihannya hanya ada dua, berubah atau mati. Mau tidak mau, Indonesia sebagai negara yang memiliki populasi penduduk terbesar di dunia suatu saat akan menjadi bom klaster bagi pasar global. Apabila hal itu tidak dipersiapkan sejak sekarang; maka hanya akan menunggu waktu saja indonesia hanya akan menjadi bagian konsumtif dari dampak kapitalisme global yang mendunia saat ini. Indonesia harus segera bangkit dari keterpurukan dan segera menjawab tantangan-tantangan global.

Pahlawan Bernama Tenaga Medis

Dari segi pendidikan Indonesia masih tertinggal jauh dari negara-negara maju akan tetapi bukan menjadi alasan untuk tidak mempersiapkan segala hal untuk menjawab tantangan global. Kita memiliki sejarah kuat dengan pahlawan-pahlawan yang selalu berjuang demi kemerdekaan bangsa ini.

Mereka rela berkorban jiwa dan raganya demi kemerdekaan bangsa ini dan hal itu sekarang tertempel kuat pada tenaga ahli medis yang sedang berjuang menyelamatkan bangsa ini. Apakah kita tega mengecewakan pengorbanan mereka hanya dengan berkoar-koar yang tak pernah ada selesainya? Sudah saatnya kita mulai berkontribusi dengan cara mencari problem solving atas krisis ekonomi yang mulai merajalela ini.

Mulai berpikir tidak hanya untuk hari ini tapi ke depanya bagaimana nasib orang-orang di sekitar kita yang mulai kehilangan pekerjaannya. Indonesia memiliki SDM (sumber daya manusia) dan SDA (sumber daya alam) yang memadai; tinggal bagaimana hal itu bisa dimaksimalkan dengan sikap yang bijaksana.

Kesempatan Terbuka Lebar dengan Perkembangan Teknologi

Di era ini semua terasa mungkin dengan perkembangan teknologi yang begitu canggih. Generasi terdahulu harus numpang ke rumah tetangga yang memiliki TV hanya sekedar mengetahui suatu berita. Sedangkan hari ini, detik ini juga tak perlu beranjak dari rumah bahkan dari tempat tidur kita sudah dapat mengetahui suatu berita dari belahan dunia manapun.

Segala informasi dapat diketahui hanya dengan benda berbentuk persegi yang ada di tangan masing-masing. Berbagai macam hal sudah dapat kita dapatkan dari benda itu mulai dari yang paling mendasar seperti kesehatan, makanan, pendidikan bahkan pekerjaan.

Banyak platform-platform yang menyediakan kebutuhan kita. Di setiap platform dapat memberikan pekerjaan dan menghasilkan tambahan uang sehingga yang dibutuhkan detik ini hanya perlu mengasah minat dan bakat. Karena industri era ini menjadikan manusia lebih cenderung kepada daya kreativitas yang dapat menghasilkan sistem kehidupan modern.

Suatu sistem yang memunculkan efisiensi waktu dalam bekerja sehingga dapat menikmati hidup dengan nyaman. Faktor kenyamanan akan menjadi tatanan sekaligus pandangan utama dalam kehidupan manusia abad modern ini. Disadari ataupun tidak; Indonesia sekarang adalah negara transisi dari negara berkembang menuju negara maju dan dapat dikatakan juga seperti anak kecil yang baru berlatih berjalan.

Menjawab Tantangan dengan Ide dan Inovasi Kreatif

Dengan mulai banyaknya industri-industri teknologi yang ada; sudah saatnya Indonesia belajar dan memulai menciptakan suatu alat yang dapat membantu mengolah SDA ini menjadi SDA yang dikelola sendiri. Sesuatu yang dapat menghasilkan pemasukan bagi negara sendiri dan hutang negara akan menjadi terkurangi bahkan terlunasi; sekaligus rakyat kelas bawah yang dulunya tak terjangkau dapat hidup dengan sejahtera yang sekarang masih sekedar mimpi semata.

Sebagai generasi milenial maupun generasi Z abad ini, perlunya membuka lebar-lebar wawasan kita mengenai prospek cerah untuk menyambut kesempatan ini. Apalagi kita akan dihadapkan pada situasi kehidupanadaptasi kebiasaan baru yang menuntut kita untuk selalu berinovasi dengan ide-ide kratif dan bermanfaat supaya tidak tertelan oleh derasnya arus revolusi industri.

Memanfaatkan benda persegi yang sekarang ada di genggaman kita semua dengan bantuan jaringan internet selain menggunakannya sekedar pamer foto selfie ataupun bermain game yang tak ada habisnya. Ada baiknya melihat lebih jauh lagi potensi-potensi yang ada untuk mengembangkan minat dan bakat sebagai bentuk manfaat khususnya bagi diri sendiri dan umumnya orang lain.

Bukannya tidak boleh menikmati hal-hal demikian, sah-sah saja kok tapi mau sampai kapan menjadi penonton tanpa pernah menjadi pemain utama. Waktu terus berlalu tanpa mengenal parkir sehingga apa yang kita kerjakan sehari-hari itulah akumulasi masa depan kita karena hidup ini seperti film. Kita sebagai sutradara yang membuat ceritanya jadi hanya ada satu pilihan berubah atau mati?

Bagikan
Exit mobile version