f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
kakak

Pesan untuk Semua Kakak

Perjalanan setiap anak dalam menjalani kehidupan menuju masa dewasa tentunya banyak lika-likunya, apalagi jika dilalui tanpa kehadiran ibu dan ayah. Saya akan menceritakan betapa hebatnya teman saya melalui masa kecilnya sampai posisi dia saat ini.

Ibunya wafat saat ia berusia 11 tahun, ia merupakan anak terakhir dan terbiasa dimanja dengan segala kasih sayang dari ibunya; sehingga kejadian itu begitu membuatnya terpukul. Dia yang dikenal sebagai anak yang sangat pintar, prestasi yang banyak dari sekolah formal maupun non-formal mendadak anjlok di tahun pertama sepeinggal sang ibu.

“Nilai kamu dulu pasti di atas 90 tapi sekarang turun sekali sampai kurang dari 70,” ujar salah satu gurunya. Mungkin banyak sekali yang ia pendam dan tidak banyak orang lihat, tentang mentalnya dan rasa kesepiannya.

***

Teman saya mempunyai dua orang kakak yang masing-masing sudah berkeluarga, ayahnya menikah lagi beberapa hari pasca peringatan 100 hari wafat ibunya. Setelah ayahnya menikah kembali, teman saya tinggal bersama kakak perempuannya karena ayahnya tinggal bersama istri barunya di tempat yang cukup jauh.

Dia tidak terlalu dekat dengan kakak-kakaknya karena terpaut umur yang cukup jauh, sehingga cukup kesulitan untuk mengobrol. Wafat ibunya membuat ia kesepian, tidak ada teman bercerita. Ia yang sebelumnya sangat ceria dan selalu bercerita apapun yang ia lalui di sekolah maupun di lingkungan teman-temannya, sekarang kesepian.

Walaupun ia tinggal bersama kakak perempuannya, namun tidak ada obrolan antara mereka, sekalipun mereka sama-sama perempuan. Tinggal satu atap tanpa tegur sapa membuatnya banyak bercerita kepada saya, betapa berat kehidupannya. Saya sebagai teman hanya bisa menjadi pendengar dan berusaha selalu ada untuknya.

Baca Juga  Air Mata dalam Kelas

Karakternya dan kakaknya memang sangat berbeda, teman saya cenderung ceria dan selalu berbagi cerita, sedangkan kakaknya cuek dan dingin. Suasana seperti itu membuat rumah sangat sepi.

Dia sering menangis saat berangkat sekolah yang disebabkan sindiran kakaknya; kesiangan karena tidak ada yang membangunkan (kakaknya tidak suka membangunkan teman saya), atau beban pekerjaan rumahnya (sebelum berangkat sekolah teman saya harus beres-beres rumah dulu). Dia sering menangis tapi tidak tau bisa bercerita pada siapa, karena posisinya keluarganya yang ada adalah kakaknya; sedangkan kakaknya tidak cukup dekat dengan dia.

***

Ia melewati masa menstruasi pertamanya tanpa bimbingan, beruntung dia orang yang cerdas sehingga dia mudah memahami apa yang dia sedang lewati. Dia melewati masa-masa bingung mencari tujuan hidup tanpa tuntunan orang yang lebih dewasa. Ia jarang jajan karena uangnya sering ia tabung untuk hal-hal kecil yang mudah anak-anak lain peroleh, seperti sandal, kerudung dan lain-lainnya; karena ia tidak berani meminta pada kakaknya.

Pernah suatu pekan saat dia masih sekolah SD, dia bercerita bahwa sandalnya copot dan dia tidak memiliki sandal, alhasil dia menggunakan sandal yang kebesaran. Hal itu diketahui salah satu penjual makanan di sekolah, sehingga teman saya diberi uang yang jumlahnya mungkin tidak seberapa untuk beberapa orang, yakni Rp.7.500. Dia sangat senang karena memang tabungan teman saya baru terkumpul Rp.5.000 sehingga pulang sekolah dia langsung membeli sandal.

Dulu, sejak lulus sekolah dasar kakak teman saya memang memutuskan untuk kerja, sehingga banyak melalui susahnya mencari uang dan terbiasa kerja keras. Namun sayang, beliau melontarkan perkataan yang seolah-olah mengharuskan teman saya juga turut merasakan hal yang sama. Hal itu membuat kakaknya banyak membandingkan beban kehidupannya dengan kehidupan teman saya, teman saya selalu berkata bahwa ia ingin terus sekolah. Beruntung teman saya mempunyai semangat belajar yang sangat tinggi, sehingga tidak heran dia selalu menjadi perwakilan sekolah untuk lomba cerpen, puisi dan juga olimpiade MIPA. Sampai-sampai saya sangat dibuat kagum olehnya saat dia berhasil mendapatkan beasiswa SMA dari pemerintah Jawa Barat secara penuh.

Baca Juga  Air Bah di Negeri Saba' (2)

Beasiswa itu bukan semata memberikan uang untuk sekolah, tapi juga termasuk tempat tinggal (boarding school) dan uang jajan; sehingga dia tidak tinggal di rumah kakaknya lagi. Saya sebagai teman sangat senang mendengar hal itu; mengingat begitu berat perjuangan dia ketika berada di rumah, dan begitu sering air matanya mengalir dan meminta untuk tinggal jauh dari kakaknya.

***

Saya memahami beberapa hal tentangnya, ia begitu semangat dalam menjalani hidup. Ia mempunyai banyak mimpi. Ia selalu terus berjuang sekali pun jalannya begitu sepi. Ia manusia yang selalu menangis kesepian tapi selalu melanjutkan hidupnya. Ia selalu menebar keceriaan sekali pun setiap malam harus meneteskan air mata.

Untuk kalian para kakak, jika orang tua kalian telah tiada dan adik kalian hanya memiliki kalian, rangkullah dia; karena sesungguhnya dia tidak mendapat rangkulan sebagaimana kalian telah mendapatkan rangkulan cukup lama dari orang tua. Arahkan ia dalam kehidupannya. Jangan biarkan mereka kebingungan lalu mencari jalan yang salah. Jika ujian kehidupanmu berat, apakah kalian tau betapa sendu isi hati adikmu tanpa ibu dan ayahnya? Jelas itu lebih pelik.

Sedikit kabar tentang temanku sekarang: alhamdulillah dia hampir menyelesaikan studi S1 nya di salah satu perguruan tinggi negeri dan ayahnya sudah wafat tahun lalu.

Bagikan
Post a Comment