Site icon Inspirasi Muslimah

Pendidikan Khusus Perempuan ala Rahmah El Yunusiyah

rahmah el yunusiyah

Satu hal yang perlu disetujui bersama adalah bahwa perempuan merupakan ujung tombak sebuah pendidikan, bahkan peradaban. Kenapa demikian? Tentu sebab pendidikan selalu diawali dari keluarga. Istilah madrasatul ula sangat lekat dengan ibu.

Sedangkan, peradaban selalu ditopang oleh pendidikan. Bisa dibilang hal yang fundamental dalam peradaban adalah pendidikan yang kokoh. Tengok saja kejayaan suatu bangsa, pasti pendidikannya cukup paripurna.

Dari sana, harusnya bisa sangat disepakati kalau kemajuan sebuah peradaban tergantung pada kemajuan seorang perempuan, atau dalam hal ini adalah ibu.

Kesadaran ini juga seharusnya membuat kita semua terdasar untuk selalu memberikan “kesempatan” seorang perempuan untuk selalu mengembangkan dirinya. Tanpa diskriminasi dan tanpa ada batasan-batasan yang merugikan.

Dalam upaya peningkatan kapasitas tersebut bagi perempuan, sangat dibutuhkan sebuah konsep pendidikan yang memang secara khusus bertujuan mengembangkan potensi dari perempuan. Begitulah yang dikatakan oleh Rahmah El Yunusiyyah

Bagi yang belum tahu, beliau ini merupakan pahlawan bangsa dari Padang Panjang yang merupakan pelopor terbentuknya wadah belajar yang khusus untuk perempuan. Yakni Diniyyah Puteri.

Upaya beliau untuk menyejahterakan perempuan bisa dikatakan cukup berhasil. Bahkan Rektor Al Azhar kala itu, Syekh Abdurrahman Taj, memberikan gelar sebagai Syekhah kepada Rahmah atas dedikasi dan kecemerlangan konsep yang dibuatnya. Konsep Rahmah ini pun diadopsi oleh Universitas Al-Azhar yang kemudian membuat Kulliyat al-Banat yang merupakan wadah pendidikan khusus untuk wanita.

Dalam buku “Perempuan yang Mendahului Zaman”, Khairul Jasmi mengatakan kalau tidak sembarang orang mendapat gelar Syekhah. Karena itu kualitas dari Rahmah El Yunusiyyah sebagai seorang pemikir pendidikan, maupun tokoh agama sudah tidak perlu diperdebatkan lagi.

Dalam pemikirannya, beliau ini sangat percaya kalau perempuan memerlukan model pendidikan tersendiri yang terpisah dari laki-laki. Kenapa demikian? Sebab ada banyak persoalan tentang keperempuanan yang tidak bisa dijelaskan dengan baik jika terdapat laki-laki dalam satu ruangan. Alhasil, perempuan pun tidak memahami secara mendalam keilmuan mengenai dirinya sendiri.

Dan bagaimana mungkin pendidikan dapat membentuk pribadi unggul jika materi yang diberikan tidak tuntas? Hal tersebut memberikan konsekuensi logis bahwa pemisahan kelas sangat diperlukan untuk memudahkan pemberian materi secara gamblang dan sejelas-jelasnya.

Pemisahan kelas dapat menjadi opsi metode yang dapat digunakan agar dalam penyampaian materi seputar wanita dapat dijelaskan dengan lebih terbuka dan detail tanpa rasa canggung karena tidak ada lawan jenis dalam satu ruangan. Atau dalam bahasa lain, tanpa tedeng aling-aling.

Sebuah penelitian mengatakan kalau pemisahan kelas ternyata bisa berpengaruh pada hasil belajar. Dalam penelitian tersebut, Alisa Widiya Lestari mengatakan bahwa “Pelaksanaan pemisahan kelas laki-laki dan perempuan peserta didik kelas VIII MTs Ma’ahid Kudus tahun pelajaran 2018/2019, dikategorikan sebagai pembelajaran yang efektif”. Peserta didik lebih terlihat fokus dan berkonsentrasi karena tidak ada distraksi obrolan antara laki-laki dan perempuan.

Lebih lanjut dikatakan bahwa “Pengaruh pemisahan kelas laki-laki dan perempuan terhadap hasil belajar peserta didik kelas VIII MTs Ma’ahid Kudus tahun ajaran 2018/2019 sebesar 32%”. Hal ini didapatkan dari nilai rata-rata sebesar 89,95 di atas nilai rata-rata KKM=75. Serta nilai koefisien korelasi sebesar 0,573 termasuk pada kategori cukup dengan interval 0,59-0,40.

Rahmah percaya bahwa perempuan perlu dipisahkan agar menerima pendidikan khusus yang memang sesuai dengan kebutuhannya. Selain itu, dalam Diniyyah Puteri yang digagas olehnya juga dilengkapi dengan penanaman keterampilan yang relevan dengan kebutuhan peserta didik dalam kehidupan sehari-hari, agar dapat beradaptasi dan tetap survive sebagai insan yang terus produktif dalam hal positif.

Hemat penulis, di zaman tersebut, memang perempuan sangat dikucilkan. Karena itu langkah beliau untuk membuat sekolah khusus perempuan amat sangat tepat. Akan tetapi di zaman sekarang, di mana perempuan lebih dimudahkan (jika dibandingkan dengan dulu), konsep pendidikan seperti ini perlu dimodifikasi.

Dalam artian mungkin tidak perlu selalu dipisahkan, hanya saja dalam beberapa materi atau pelajaran yang memang tidak dimungkinkan, dapat dipisahkan. Misal ketika membahas fikih perempuan, gender, atau hal-hal sensitif yang memang di situasi dan kondisi tersebut lebih maksimal jika hanya ada perempuan dalam satu ruangan saja.

Bagikan
Exit mobile version