f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
bullying

Merdeka Belajar, Enyahlah Pembully!!

Suatu hari di masa kecilku, aku bilang pada ibuku, bahwa aku tak mau lagi belajar di TPQ yang waktu itu lokasinya berada di sebuah ruangan di Kantor Desa. “Nyapo to, nduk?” tanyanya, padaku. “Cirose mbak Luk, klambi kulo mboten cocok damel sekolah TPQ, Bu. Mbak Luk lho didawuhi Ustaz ken nyirosi Kulo.”, sambil membik-membik menangis khas anak-anak.

Waktupun berlanjut dan aku tak mau lagi masuk TPQ setelah peristiwa itu. Perasaan was-was muncul, kalau-kalau, aku diusir guru dari kelas gara-gara baju yang kukenakan. Padahal ibuku sudah meyakinkan bahwa itu tidak akan terjadi.

Oh benar rupanya nasihat ibuku hari itu, karena beberapa bulan kemudian baru aku mendapatkan informasi terpercaya bahwa si mbak Luluk bukan menyampaikan pemberitahuan dari Ustaz, tapi dia menginginkan baju yang aku pakai itu.

Memang, waktu aku curhat, ibuku sempat bilang bahwa, “Mosok to guru kok koyo ngono, paleng yo koncone sampean kui seng pengin nyileh klambi, nduk.”

Apakah saya masih mengingat hingga kini perlakuan teman saya saat kecil itu? Tentu saja. Karena sebentuk kecil apapun, akan menimbulkan ingatan, apalagi jika yang menjadi korban adalah anak-anak.

Walaupun saat itu saya belum paham, bahwa apa yang menimpa saya dikategorikan sebagai bullying.

***

Bulliying atau kasus perundungan adalah jenis perlakuan yang mengakibatkan korban merasakan kesakitan, bisa pada bagian fisiknya maupun batinnya. Efeknyapun bergam, bisa jangka pendek, menengah, atau panjang.

National Centre Against Bullying mengatakan bahwa bullying adalah penyalahgunaan kekuasaan secara terus menerus dan disengaja dalam hubungan melalui perilaku verbal, fisik, atau sosial yang berulang dan berniat menyebabkan kerusakan fisik, sosial, dan psikologis.

Baca Juga  Tentang Menempatkan Anggota Keluarga Sebagai "Subjek"

Masih dari laman yang sama, pelaku bisa merupakan individu ataupun kelompok, yang perundungan tersebut dilakukan secara terselubung ataupun terang-terangan, baik melalui media sosial atau secara langsung.

Belakangan, perundungan secara langsung bagi anak-anak yang banyak bermunculan kasusnya terjadi di sekolah/madrasah. Kenapa sekolah seolah-olah bukan lagi tempat yang aman? Apakah sekolah-sekolah di Indonesia tidak bisa menjamin terjalinnya kehidupan pembelajaran yang penuh dengan kebahagiaan, sebagaimana yang pernah Jhon Dewey ungkapkan pada abad 20-an?

Sekolah bukan lagi tempat yang aman, terbukti menjadi sarang berbagai kasus bullying. Salah satu yang pernah viral di media sosial adalah kasus bullying yang dialami siswa SMP di Malang Februari 2020 lalu. Kasus perundungan oleh teman-temannya itu menyebabkan tangan korban mengalami kesakitan yang luar biasa dan mendapat diagnosa awal dari dokter untuk diamputasi.

Yang menjadi lucu dalam kasus tersebut adalah Dinas Pendidikan kota Malang tidak pernah mendapat laporan dari sekolah dan malah mendapat kabar tersebut dari wartawan.

Bisa kita telaah, hingga saat ini, kasus bullying yang terjadi di sekolah sangat banyak ragamnya, bahkan sampai menyebabkan korban jiwa. Namun tidak semua kasus tersebut terendus keluar. Bahkan mungkin pihak sekolahpun merasa citra sekolahnya turun jika kabar perundungan yang terjadi tersebar ke penjuru tanah air.

Tercatat pada laporan KPAI sebanyak 2.473 kasus bullying sejak 2011 hingga 2019 di sekolah dan melalui media seosial. KPAI juga mencatat bahwa mayoritas kasus bullying terjadi di jenjang sekolah dasar dengan total 25 kasus atau sekitar 67% dari keseluruhan kasus pada tahun 2019. 

***

Bisa dikatakan bahwa sekolah bukan lagi tempat yang ramah bagi anak-anak; namun menjadi lahan bagi mereka untuk marah-marah lalu menindas yang lemah. Ujung kasusnya adalah bertanda tangan di atas materai bahwa tidak akan melakukan perbuatan tersebut dikemudian hari bagi pelaku. Lalu bagaimana nasib korban bully-nya, apakah masih bisa bersekolah dengan nyaman? Bagaimana mengatasi traumanya atau cacat fisik akibat bullying tersebut?

Baca Juga  Budaya Membaca Ala Milenial

Bullying bukan hantu yang tak bisa dilihat mata manusia biasa; namun sesuatu yang nyata dan bisa dideteksi dan ditindaklanjuti dengan beragam solusi. Guru, orang tua, psiokolog, dan komite sekolah menjadi bagian penting yang seharusnya bergandengan tangan menyatukan tekad untuk sama-sama menghapus perundungan di sekolah.

Setidaknya ada 3 hal yang menjadi catatanku pada peringatan hari anak nasional:

  • Pusat pengaduan harus dibangun oleh sekolah-sekolah di Indonesia, agar setiap masalah sekecil apapun terdeteksi dan ditangai dengan baik dan adil.
  • Sosialisasi Permendikbud No. 82 Tahun 2015 tentang pencegahan penanganan kekerasan di sekolah harus mulai digiatkan kembali, agar masyarakat sekolah lebih melek pada sitausi terkini yang terjadi.
  • Mendorong agar SRA/Sekolah Ramah Anak tumbuh dan berkembang pesat di Indonesia, sehingga sekolah menjadi tempat yang tidak hanya membangun kreatifitas dan kecerdasan peserta didik, namun mampu menjadi ruang yang membahagiakan untuk menempuh pendidikan.

Karena menurut catatan KPAI hanya sejumlah 13.000-an sekolah dan madrasah yang berkategori SRA; sisanya sebanyak 387.000 belum masuk kategori Sekolah Ramah Anak.

Meski kembali ajaran baru 2021 dimulai dengan seruan belajar di rumah demi keselamatan seluruh komponen bangsa; semoga sekolah menjadi tempat yang ramah dan menumbuhkan semangat untuk saling menghormati dan menyayangi. Mari bergandengan tangan mendukung pemerintah melalui Kementerian Pendidikan untuk menciptakan semakin banyak Sekolah Ramah Anak di Indonseia; sehingga kasus bullying enyah dari negeri tercinta kita Indonesia.

Referensi

https://republika.co.id/berita/q1izh6349/tindak-kekerasan-di-sekolah-dan-efekivitas-permendikbud-82

http://indonesiabaik.id/infografis/cegah-kekerasan-dengan-sekolah-ramah-anak#:~:text=Indonesiabaik.id%20%2D%20Sekolah%20Ramah%20Anak,perlakuan%20salah%20lainya%20serta%20mendukung

Bagikan
Comments
  • Badrus Sholeh

    Bullying harus ditangani serius melibatkan sekolah, orang Tua, Masyarakat, Dan Pemerintah

    Tulisan sangat penting menggugah kesadaran Kita semua

    Terima kasih tulisannya Yang Keren Bu Anis 🙏🙏

    Juli 23, 2021
Post a Comment