Site icon Inspirasi Muslimah

Mengatasi Kejenuhan dalam Pembelajaran Jarak Jauh

pembelajaran jarak jauh

Reyta Noor Oktandari

“Kak, gimana sekolahnya hari ini?” pertanyaan itu saya lontarkan kepada anak saya yang paling besar, sekaligus untuk memastikan bahwa dia benar-benar mengikuti sekolah daring hari ini. “capek, bosan, jenuh, ngantuk, pokoknya ga asyik!“, jawabnya.

Itu memang keluhan yang sudah sering saya dengar dari anak saya, sejak dia mulai kangen sekolah. Dan ternyata hampir semua teman di kantor bercerita, anaknya juga sudah mulai jenuh dengan pembelajaran jarak jauh.

“Kok bisa?” bukannya malah enak ya, seharian di rumah saja, duduk manis menatap layar laptop atau handphone, mendengarkan penjelasan guru sambil sesekali makan camilan (jika ada hehe). Ternyata pendapat saya salah besar.

“Bayangin aja mak, seharian dari jam 7 pagi sampai jam 12 siang cuma duduk di depan laptop, diam aja dengerin guru, ga ada yang bisa diajak ngobrol, ga bisa main sama teman, trus sendirian aja, gimana ga bosan coba?”. Saya diam sejenak sambil berusaha mencerna penjelasan anak saya.

Setelah saya pikir-pikir, benar juga ya, anak-anak melakukan kegiatan yang monoton selama berjam-jam, tidak ada teman diskusi atau sekedar guyon dengan teman sebangku, dan itu dilakukan hampir setiap hari. Saya bisa membayangkan betapa membosankannya aktivitas itu. Apalagi untuk tipe seperti anak saya yang tidak bisa diam saja ketika belajar.

Sudah setahun lebih anak-anak harus menjalani pembelajaran jarak jauh; dan di tahun ajaran baru ini pun pembelajaran jarak jauh masih menjadi pilihan yang terbaik di antara yang tidak baik, hehe daripada tidak sekolah maksudnya.

Meskipun sudah terencana dengan matang, pembelajaran tatap muka secara terbatas dengan penerapan protokol kesehatan secara ketat urung terlaksana. Kebijakan pembelajaran jarak jauh terpaksa pemerintah terapkan lagi seiring dengan kembali melonjaknya kasus covid dan ancaman virus varian baru yang menyasar usia anak-anak.

*

Pembelajaran jarak jauh memang memiliki tantangan tersendiri untuk dilaksanakan di Indonesia. Berbagai hambatan seperti terbatasnya kuota internet, gangguan konektivitas jaringan, tidak tersedianya sarana pendukung seperti handphone atau laptop, kurang optimalnya peran orang tua sebagai guru pendamping di rumah serta kurangnya inovasi dalam pembelajaran semakin menjadikan sistem ini terasa sulit untuk dijalankan.

Bicara tentang kurangnya inovasi pembelajaran jarak jauh, hal ini sangat mempengaruhi motivasi belajar siswa. Bagaimana bisa? Siswa biasa bersosialisasi dengan warga sekolah tapi dengan pembelajaran jarak jauh interaksi dan komunikasi siswa menjadi sangat terbatas.

Hal ini menyebabkan siswa sangat bosan. Apalagi selama ini, aplikasi pembelajaran jarak jauh yang terpakai hanya sebatas google classroom, Learning Management System (LMS) dan sejenisnya. Padahal siswa sangat membutuhkan situasi yang fresh and fun untuk belajar.

Oleh karena itu, guru perlu melakukan inovasi agar pembelajaran menjadi menarik bagi siswa. Misalnya menggunakan aplikasi game digital seperti halnya yang telah digunakan beberapa tenaga pendidik di Amerika sebagai media belajar.

Guru-guru di Indonesia sebenarnya juga bisa mengembangkan metode belajar yang inovatif seperti itu. Misalnya dengan memanfaatkan situs semacam kahoot.com, quizizz dan lain-lain. Hal ini akan meningkatkan motivasi siswa karena metode belajar menjadi lebih asyik.

Dengan metode belajar yang menyenangkan, siswa jadi terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Sehingga, siswa merasa hadir di kelas karena bisa aktif berinteraksi tidak hanya dengan teman-temanya tetapi juga dengan guru secara real time.

*

Selain dengan meningkatkan inovasi dalam metode pembelajaran, guru bisa mengurangi beban tugas siswa. Selama ini dari cerita anak saya, tugas-tugas selama pembelajaran jarak jauh terlalu banyak sehingga bagi sebagian sangat memberatkan. Guru lebih banyak memberi tugas daripada menjelaskan pelajaran.

Misalnya tugas merangkum, ada guru yang memberikan tugas merangkum materi terlalu banyak. Alih-alih mendapatkan pemahaman tentang materi, siswa hanya memindahkan tulisan dari buku paket ke dalam buku tulis. Tugas merangkum ini perlu mendapatkan feedback juga dari guru, supaya guru memahami sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi yang ada di buku.

Seringkali guru hanya melihat semakin banyak halaman semakin bagus rangkumannya, guru sebaiknya memberikan batas maksimal bukan batas minimal. Jadi siswa benar-benar merangkum berdasarkan pemahaman mereka dengan menggunakan bahasanya sendiri. Hal ini akan menunjukkan tingkat pemahaman siswa sekaligus mengembangkan kreatifitas siswa dalam menuangkan ide atau gagasan ke dalam tulisan.

Waktu pembelajaran juga perlu diperhatikan, meskipun daring siswa juga membutuhkan waktu istirahat diantara jam pelajaran. Istirahat dibutuhkan untuk mengembalikan mood siswa untuk menerima pelajaran berikutnya.

Siswa diberi kesempatan beristirahat 10-15 menit untuk sekedar melakukan aktivitas lain seperti minum, chating dengan teman, ke kamar mandi atau melakukan aktivitas lain sehingga tidak terasa monoton. Setelah istirahat siswa akan merasa lebih fresh, dan siap untuk menerima pelajaran kembali.

Anak-anak adalah aset yang sangat berharga untuk masa depan. Mereka harus mendapatkan pendidikan yang optimal sejak dini, sehingga kelak akan mampu menjadi sumberdaya manusia yang berkualitas dan berdaya saing.

Oleh karenanya motivasi belajar siswa harus tetap terjaga dalam pembelajaran jarak jauh ini, supaya mereka tetap bisa berprestasi dan mendapatkan pendidikan yang memadai. Harapannya tentu saja, anak-anak Indonesia akan mampu bersaing di ranah global.

Bagikan
Exit mobile version