Site icon Inspirasi Muslimah

3 Cara Membangun Support System Agar Ibu Bahagia

support system ibu

Lelah, capek, kesal kenapa sih pekerjaan tidak selesai-selesai? Padahal rasanya tenaga sudah dikeluarkan semua. Capek, tapi tidak bisa istirahat. Akhirnya, emosi ibu pun meledak, kalau enggak marah-marah yah ujung-ujungnya nangis di pojokan kamar.

Ibu merasa stress menjalani perannya karena merasa tidak punya sistem. Ibu merasa sendiri dan harus bertanggung jawab karena kurang ada bantuan, gedebukan mengerjakan dan memikirkan segala hal sendiri. Namun adakalanya bukan orang lain yang tidak mau membantu, tetapi ia tidak paham kalau kita membutuhkan bantuan atau orang tidak tahu bisa membantu apa? Nah itulah pentingnya support system.

Ibu merasa overload, banyaknya tugas yang terasa tidak masuk akal. Ibaratnya ibu bekerja 24 jam, bahkan lebih! Di sini lah fungsi membagi tugas. Apa saja yang bisa ibu lakukan untuk megurangi beban? Misalnya memberi tanggung jawab sesuai kapasitas keluarga, saya mencoba membiasakan anak-anak untuk bertanggung jawab terhadap barang miliknya.

Sangat jarang bagi saya merapihkan mainan, karena anak-anak saya akan melakukannya sendiri. Membiasakan mereka untuk dapat merapihkan mainan, membereskan kamar, perlu proses butuh tarik ulur dulu untuk mendisiplinkan mereka dengan kebiasaan membersihkan dan merapihkan. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, mereka sudah otomatis atau paling sedikit diingatkan untuk bisa jalan sendiri merapihkan mainannya.

Hingga saat kita butuh bantuan, kita tak lagi harus merasa sungkan. Karena mereka, orang yang menyayangi kita, akan selalu siap untuk di garda depan meringankan beban kita. Berikut tiga cara membangun support system :

Tunjukkan Apresiasi Sekecil apapun Bantuan yang Diberikan

Cerita dan diskusi dengan suami, tanyakan kenapa sih kalau nolongin harus diminta dulu? Hampir sebagian suami mungkin tidak membantu, bukan karena malas, tetapi terkadang kita kurang mengapresiasi. Misalnya bantu cuci piring, malah kita ngomel karena kurang bersih, mau membantu mencuci baju takut salah membedakan deterjen dan pewangi pakaian. Mau buat sarapan eh malah masakannya hangus. Padahal kalau kita renungi, suami itu tulus banget ya bantuin kita. Selanjutnya kita bisa memberikan senyuman, dan mengucapkan “Terima kasih ya Mas, sudah membantu”.

Nah, kalau sudah seperti ini kita dapat mengapresiasi bantuan yang suami berikan seperti mengucapkan terima kasih. Mungkin hasilnya jauh dari sempurna, bantuan kecil yang diberikan orang terdekat kita mungkin sudah dilakukan dengan susah payah. Mengapresiasi bantuan yang diberikan bisa menciptakan support system dalam kehidupan kita.

Menyediakan Waktu Berkualitas dengan Komunikasi yang Sehat

Bukan rahasia lagi kalau banyak ibu merasa tertekan menjalani perannya. Bukan hanya capek fisik, ibu juga sering sakit hati, terkadang, apa yang ibu rasakan ia pendam sendiri. Akhirnya ibu jadi stress, bahkan jatuh ke lubang depresi, merasa tidak maksimal dalam menjaga rumah.

Dari kejadian ini, kita bisa menyediakan waktu untuk keluarga. Kenapa menghabiskan waktu bersama yang berkualitas sangat penting? Menghabiskan waktu bersama dengan penuh kehangatan, mengungkapkan isi hati perasaan masing-masing, membuat orang sekitar kita akan lebih peka terhadap kebutuhan bantuan. Bukan seberapa banyaknya frekuensi pertemuan yang hanya selewat, tentu akan percuma. Berbeda dengan saat suami dan istri menghabiskan waktu bersama dengan penuh kehangatan dan saling bercerita. Ikatan yang kuat bahkan bisa membuat orang di sekeliling kita lebih peka saat Ibu membutuhkan bantuan, kita tidak perlu berkoar minta bantuan, tiba-tiba uluran tangan datang.

 Misalnya, suami-istri memiliki waktu untuk membahas tentang kondisi anak di rumah, bercerita tentang kerjaan, dan lain-lain. Keluarga yang hangat dan kompak biasanya memiliki kebiasaan komunikasi yang sehat. Bayangkan dalam sebuah keluarga yang tidak saling terbuka satu sama lain. Suami akan berpikir istrinya baik-baik saja, padahal dalam hatinya, istri sedang menanggung beban luar biasa. Atau kita pernah mendengar anak yang tidak terbuka saat punya masalah. Orang tua sudah merangkul dan menawarkan bantuan, tetapi anak malah mengatakan dia baik-baik saja.

Keluarga yang mendukung biasanya melibatkan rasa nyaman secara emosional dan komunikasi yang terbuka satu dengan yang lain akan dapat menemukan solusi bersama. Ketika ibu sudah mencurahkan isi hatinya akan membantu memberikan ketenangan pikiran dan perasaannya. Secara pribadi saya dan suami memiliki waktu untuk berdiskusi berdua sebelum tidur malam atau setelah subuh, kegiatan rutin ini kami lakukan agar saling mengoreksi atau sekedar mendengar cerita masing-masing selama seharian beraktivitas.

Menyadari akan Kapasitas Orang yang Dimintakan bantuan

Sebelum menuntut terlalu banyak, sebaiknya kita kenali dulu sejauh mana orang dapat membantu kita. Dengan demikian kita bisa mendapatkan bantuan yang efektif. Kita tidak memberatkan orang lain, tetapi juga tugas-tugas kita bisa terasa lebih ringan.

Membagi tugas bukan berarti manja, tetapi belajar dan usaha untuk menyeimbangkan kehidupan diri tanpa menambah beban di keluarga. Misalnya; setiap orangtua selalu ingin mendidik  anak supaya menjadi orang yang mandiri dan bertanggungjawab adalah cara kita melatih anak agar bisa membantu mengerjakan tugas-tugas rumah tangga. Melatih dan membentuk tanggung jawab anak memang harus dimulai dari rumah, anak dapat mengerjakan hal-hal yang sederhana serta mudah dilakukan oleh anak. Misalnya meletakkan piring di tempat cucian piring, merapihkan mainan sendiri, melakukan pekerjaan rumah tangga lainnya.

Dengan support system, ibu bisa punya kehidupan yang berkualitas dan bahagia. Tinggal bagaimana cara kita mengkomunikasikannya. Masing-masing ibu memiliki cara untuk berkomunikasi dengan keluarga. Support system yang dimiliki keluarga inilah ibu akan lebih merasa bahagia.

Bagikan
Exit mobile version