Site icon Inspirasi Muslimah

Memahami Potensi Diri Dan Konsep Rezeki Yang Tak Akan Tertukar

belajar

Dinul Qoyimah

Beberapa hari yang lalu seorang saudara mengajak saya berdiskusi tentang kerja usaha online shopnya yang merangkak maju. Beberapa akun toko online yang ia buka sejak 2017 telah banjir orderan yang akhirnya mengantarkan salah satu tokonya menjadi salah satu toko dengan predikat star seller. Wow, pencapaian yang tak pernah dia bayangkan sebelumnya.

Pencapaian tersebut tak ayal membuatnya harus extra tenaga dalam mengelola toko tersebut. Pada perjalanannya, dia merasakan bahwa tak mungkin semua kegiatan toko ia lakukan sendiri. Apalagi dengan statusnya yang juga sebagai karyawan di sebuah perusahaan swasta. Mau tidak mau dia harus membagi tenaga, pikiran dan waktunya untuk dua pekerjaan yang ia rasa sama-sama penting. Dalam hal ini dia merasa kesulitan untuk mampu fokus pada dua hal sekaligus dalam waktu yang bersamaan. Karena akan selalu ada yang dominan dan yang terpaksa menjadi nomor dua.

***

“Lalu, solusi apa yang terpikir dalam benakmu untuk meringankan beban pekerjaanmu ini?” tanya saya kepadanya. Saya sengaja memancingnya seperti itu karena saya yakin. Sebenarnya dia hanya memerlukan validasi untuk sebuah solusi yang sebenarnya telah dia siapkan di kepalanya.

“Aku tak mungkin keluar dari perusahaan, mbak. Karena aku masih membutuhkan gaji dari pekerjaan ini. Kita kan tak pernah tahu, era kejayaan online shop akan berlangsung sampai kapan. Jadi kupikir lebih baik memiliki dua sumber penghasilan agar stabilitas keuanganku tetap terjaga,” jawabnya tegas. Ya, sebuah jawaban yang sangat rasional dan antisipatif untuk orang-orang yang tak memiliki backup dana kuat seperti kami.

“Terus….?” kejar saya.

“Mungkin aku akan mencari tenaga kerja untuk membantu di toko online. Dia akan menghandle toko hanya ketika aku sedang bekerja di perusahaan. Setelah pulang kerja aku yang handle toko”. Nah kan, sebenarnya dia sudah memiliki solusi untuk permasalahan yang ada, hanya memerlukan penguatan keyakinan saja.

“Ya udah, cari aja orang untuk bantu kamu. Kamu bisa membuka lowongan kerja atau menawarkan ke orang yang kamu anggap pantas dan mampu membantumu.”

“Tak semudah itu mencari tenaga kerja, mbak,” sanggahnya. Nah kan, akhirnya terbongkar juga alasan utamanya mengajak saya mengobrol. Hi-hi.

***

Kemudian mengalirlah sebuah cerita tentang seorang temannya yang juga memiliki usaha online shop yang sudah lama terintis, tetapi harus kolaps di awal tahun ini. Ketika awal pandemi, toko temannya tersebut sangat laris, omsetnya meningkat drastis sampai akhirnya temannya tersebut mempekerjakan seorang karyawan untuk membantu kegiatan jual beli online tersebut.

Tetapi belum ada satu tahun, karyawan itu mengundurkan diri ketika musim penjualan di online shop sedang ramai. Teman dari saudara saya ini merasa terkhianati karena setelah menularkan ilmu dan info-info tentang online shop, karyawan tersebut malah mendirikan toko sendiri dan meninggalkannya yang telah memberi ilmu dan pengalaman.

“Jadi begitu mbak. Aku takut akan mengalami hal yang sama dengan temanku itu,” katanya di akhir cerita.

Saya jadi teringat pengalaman saya sendiri ketika merintis bimbingan belajar milik saya ini. Pada waktu itu ada seorang tentor baru yang merupakan sarjana pendidikan matematika, tetapi dia belum percaya diri untuk mengajar matematika tingkat menengah. Akhirnya saya memberikan kelas secara bertahap mulai dari SD kelas bawah. Seiring dengan kepercayaan dirinya yang makin bertumbuh, level kelas yang ia ampu pun semakin meningkat dan mampu mengajar matematika untuk semua tingkatan kelas.

***

Beberapa tahun kemudian, dia mengajukan permohonan pengunduran diri, tidak bisa mengajar di bimbingan belajar ini lagi. Ya, pada saat mengajukan pengunduran diri dia memang sudah diterima mengajar juga di sebuah SMK swasta, tetapi ternyata alasan utamanya mengundurkan diri adalah karena hendak mendirikan bimbingan belajar sendiri bersama beberapa temannya.

Entah mengapa, ketika dia mengutarakan alasan tersebut, tak ada sedikitpun terbersit rasa terkhianati dalam diri saya. Yang terlintas dalam benak saya adalah harus segera mencari tambahan tentor matematika lagi, hanya itu. Saya bersyukur sekali tak ada sedikitpun rasa kecewa, mangkel, atau merasa dicurangi.

Setiap orang berhak mendapatkan pelajaran, pengalaman dan kesempatan mengembangkan potensi diri. Sebelum mendirikan bimbingan belajar sendiri, saya juga ngangsu kawruh dan mencari pengalaman sebanyak mungkin terkait metode pengajaran yang baik di lembaga bimbingan belajar yang lain, bahkan di beberapa lembaga sekaligus. Dan lembaga-lembaga tempat saya mencari pengalaman dulu masih eksis, masih berjalan seperti biasa, masih banyak siswa yang les di tempat tersebut dan tidak terpengaruh dengan keberadaan bimbingan belajar yang saya dirikan.

Setiap makhluk di bumi ini terlahir dengan rezekinya masing-masing, sesuai takaran dan tak akan tertukar. Sebuah gambaran yang sangat klise, bahwa di pasar banyak sekali pedagang yang berjualan jenis barang yang sama, tapi toh semua memiliki pelanggan mereka sendiri dengan fanatismenya masing-masing. Ada yang memilih berbelanja di suatu toko dengan alasan harga yang lebih murah, ada yang karena keramahan layanannya, ada juga yang karena kelengkapan jenis barangnya. Di luar semua alasan tersebut, sekali lagi, konsep yang mendasarinya hanyalah rezeki tak akan tertukar.

***

Seandainya kita memahami kelebihan dari layanan atau produk yang kita miliki, tak akan ada rasa khawatir akan tersaingi oleh orang lain. Ada kekhasan yang menjadi alasan para konsumen atau pengguna jasa kita untuk kembali ke tempat kita. Dan inilah yang seharusnya diupayakan, dicari dan menjadi ciri khas kita.

Di penghujung percakapan dengan saudara saya tersebut, saya kembali bertanya kepadanya,” Seandainya karyawan barumu nanti menikungmu, apakah usahamu akan langsung kolaps begitu saja?”

“Ya enggak gitu juga mbak. Kan aku bisa mengantisipasinya. Tidak semua hal dia yang mengerjakan, ada beberapa hal prisipil yang harus aku kerjakan sendiri. Selain itu, ada beberapa pelanggan unik, memerlukan treatment yang harus aku handle sendiri “

“Ok, kamu sudah menemukan jawaban dari kegalauanmu,” kata saya mengakhiri percakapan ini.

Bagikan
Exit mobile version