Site icon Inspirasi Muslimah

Lansia Juga Berhak Ceria dan Bahagia

lansia

Dia terkekeh ketika melihatku mendendangkan lagu nostalgia kesukaannya sambil sedikit bergaya sesuai isi lagu. Tak cukup satu. Dia minta lagu yang lain seolah aku ini tape recorder yang bisa memutar kaset dengan berbagai lagu pilihan. Anehnya aku turuti permintaannya tanpa beban. Aku pun nyanyi lagi. Setelah kelar sekitar 4 lagu, aku pamit pulang dan berjanji besok datang lagi menyanyi untuknya.

Dia manggut-manggut senang. Sambil tertawa riang kulihat ada bulir bening di dua sudut matanya yang berwarna keruh. Entah sebahagia apa hatinya, dia tampak semringah meski ada telaga di sana. Mungkin terkenang masa-masa bahagia bersama kekasih hatinya, suami, yang tak bisa lenyap begitu saja. Dia, si Embah tetangga yang masih terlihat cantik dan cerdas. Kini hidup berdua ditemani sang cucu yang berprofesi sebagai guru SD.

Kapan hari aku pernah melihat embah-embah yang hidup sendiri karena jauh dari anak-anaknya. Dikaruniai tubuh yang sehat dan mampu melayani diri sendiri adalah sesuatu yang harus dan patut disyukuri. Orang Jawa bilang, dia masih kiyeng dan trengginas atau tangkas dan energik. Masih mampu bersih-bersih rumah, masak sendiri dan menyelesaikan pekerjaan rumah sehari-hari lainnya. Melihat kesehariannya, sempat terbesit di hatiku, kelak bila sampai seusia Mbah tersebut semoga aku memiliki tubuh yang sehat dan tidak merepotkan orang lain.

Bicara soal perempuan, kita tidak hanya membahas tentang; perempuan-perempuan muda yang aktif, ibu-ibu yang sibuk membagi waktu antara karier dan keluarga. Namun, perlu di sorot pula tentang ibu-ibu di rumah yang berjibaku tiap hari tetapi kadang tak terlihat karya nyatanya, dan para perempuan lansia yang perlu pendampingan dalam mengisi hari-hari tuanya.

Perempuan maju yang selalu tampil di depan, para perempuan andal, profesional dan para aktivis perempuan sudah sering muncul di berbagai media berita. Apakah karena ruang gerak yang kini terbatas lantas para perempuan lansia yang sudah tidak seaktif dulu, kepada mereka kita pura-pura lupa? Lupa bahwa masih ada mereka di samping kita, di sekitar kita, atau bahkan di dalam keluarga kita sendiri?

Tidak ada salahnya kita tengok sejenak para perempuan lansia ini yang dulunya sempat menjadi perempuan andal. Ada yang pernah menjadi pengajar, penyanyi, tenaga administrasi desa atau kecamatan pada masanya, petani tulen dan masih banyak aktivitas keren lainnya saat itu. Bahkan ada yang sangat hebat, mengasuh selusin putra-putrinya tanpa asisten dan semua anaknya menjadi orang. Kurang kerenkah mereka?

Embah-embah atau para nenek itu sekarang sebagian telah pergi untuk selama-lamanya. Sebagian lagi masih menghirup udara bumi dengan sejumlah hiruk pikuk yang ada. Ada yang hidup bahagia berkecukupan bersama anak cucu, ada yang hidup sederhana apa adanya penuh keikhlasan, dan ada pula yang di masa tuanya cukup memrihatinkan.

Pada umumnya dengan kekuatan fisik yang terbatas, para embah ini mau tidak mau tetap membutuhkan teman dalam kesehariannya. Apakah itu anak cucu, kerabat, atau orang lain yang dipekerjakan untuknya karena berbagai alasan. Bila terpaksa tinggal sendiri lantaran sudah tidak punya siapa-siapa lagi, apa boleh dikata.

Seperti yang sering kita lihat di media sosial, beberapa lansia terpaksa hidup sendirian, sepi, dan menyedihkan. Ada yang tidak mau diajak anaknya atau justru ada yang benar-benar dilupakan oleh sang anak. Jika hal ini terjadi di sekitar kita, apakah kita hanya diam berpangku tangan? Walaupun bukan orang tua kita, tetapi atas dasar kemanusiaan mereka tanggung jawab kita juga.

Panti jompo mungkin jalan terbaik bagi para embah yang terpaksa kesepian di rumah sendiri. Keputusan menitipkan orang tua ke panti jompo sudah tentu setelah melalui berbagai pertimbangan. Tidak bisa kita mungkiri bahwa tidak semua orang setuju membawa lansia ke panti jompo atau ada yang menyebutnya panti wreda.

Bisa saja karena sang anak sibuk bekerja yang berujung merasa kurang maksimal dalam mendampingi. Atau bisa juga karena terpaksa dan berat hati tak mampu melepas pekerjaan demi menghidupi diri, anak sekaligus orang tua itu sendiri. Misalnya, seorang anak perempuan yang kebetulan menjadi single parent, terikat dengan pekerjaan sehingga ‘terpaksa’ menitipkan sang ibu di panti. Walau sang ibu kerasan di panti, sang anak selalu berupaya ada jadwal mengunjungi dengan harapan agar hubungan tetap terjalin dan ibu tak merasa ‘dibuang’. Karena itulah, tidak jarang terjadi adegan yang menguras air mata manakala sang anak berpamitan dengan si Embah yang lebih memilih di panti.

Tidak setiap panti jompo itu bercitra buruk. Baik yang berada di bawah pengelolaan pemerintah maupun swasta bertujuan menyejahterakan para lansia dalam mengisi hari tua dengan hal-hal positif. Kini sudah banyak bermunculan panti-panti yang didirikan oleh organisasi keagamaan dengan para pramu rukti yang sudah terlatih. Di panti akan bertemu dengan teman-teman yang seumuran, kesehatan penghuni yang selalu dipantau, olahraga rutin, asupan makan minum terjamin, dan ibadah dengan teratur.

Jika tidak harus tinggal di panti, secara berkala dan teratur pihak panti mengupayakan kunjungan ke tempat tinggal para lansia ini. Menghibur mereka, menumbuhkan semangat dan mengontrol kesehatan mereka. Dalam hal ini pihak panti bekerja sama dengan instansi yang terkait. Semua ini berlandaskan rasa kasih dan sayang kepada setiap orang tua (lansia) yang telah menjadi tanggung jawab bersama selain keluarganya sendiri.

Menitipkan si Embah ke panti atau tidak tentu sudah dipertimbangkan masak-masak yang tak menyimpang dari kaidah agama. Misalnya titip hanya dalam waktu tertentu karena sesuatu hal dan tidak untuk selamanya. Sering terjadi para lansia ini justru tidak mau diajak pulang ke rumah. Di panti seolah menemukan kembali ‘dunianya’ setelah bertemu dengan teman-temannya.

Kesejahteraan para lansia lebih tepatnya adalah tanggung jawab keluarga yaitu anak-anaknya. Sebagaimana perintah agama bahwa kita harus berbuat baik dan berbakti kepada orang tua hingga usia lanjut dalam pemeliharaan kita. Berkata “ah” saja dilarang apalagi jika kita berbuat semena-mena pada mereka. Para lansia ini berhak memperoleh perlindungan dan perlakuan terbaik dari kita sebagai salah satu bentuk bakti anak ke orang tua. Pun sekaligus sebagai wujud menjalankan salah satu perintah-Nya.

Selain kesejahteraan di masa tua, mereka juga butuh hiburan agar hatinya gembira. Membuka memori bahagia yang pernah ada merupakan salah satu cara membuatnya ceria. Mengajak bergurau, bercerita yang lucu-lucu atau mengingatkannya pada momen-momen romantis di masa muda akan menciptakan suasana yang menyenangkan.

Meluangkan waktu sejenak mengobrol bersama baik yang di panti maupun yang ada di dekat kita, akan membuatnya merasa punya teman, merasa mendapatkan perhatian dan cinta. Sebagai insan yang peduli pada lansia, kita usahakan sesering mungkin berinteraksi dengan mereka. Mereka berhak ceria dan bahagia di hari tua. Jangan sampai kita menyesal ketika tiba-tiba ada kabar si Embah ini meninggal atau si Embah itu sudah tiada sementara kita belum pernah membuatnya tertawa gembira.

Bagikan
Exit mobile version